Orang-orang yang berhenti menimba ilmu akan menjadi pemilik masa lalu, orang-orang yang terus menimba ilmu akan menjadi pemilik masa depan (Mario Teguh) Let's Follow @ibnumalkanhasbi
Selasa, 14 Januari 2020
Jumat, 03 Januari 2020
Praktek Lapang BIOEKONOMI Perikanan
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
BIOEKONOMI PERIKANAN
ANALISIS HASIL TANGKAPAN GILL NET DAN PANCING TONDA PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI)
PAOTERE
KELOMPOK 3
OLEH:
WILDA WIDYASTUTY
IRKA IRAWATI
WINDA YUWAINDA
RENALDI TOSUA
YANIUS
JUNAEDI
Asisten :
Muhammad Fadhil
Rahmayunita
DOSEN PENGAMPUH MataKuliah
IBNU MALKAN HASBI, S.Pi., M.Si
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN BALIK DIWA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Yang telah melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan dalam menyelesaikan laporan praktikum yang kami buat ini.Laporan ini di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktikum bagi para mahasiswa
Di kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait peraktikum. Yang telah memberi dukungan moral. Dan juga bimbingan pada kami. Ucapan terima kasih ini kamu tujukan kepada :
1. Bapak Prof,Dr,H,Muh,Akmal Ibrahim, M.Si, selaku ketua STITEK
2. Bapak Ibnu Malkan Hasbi, S.Pi, M.Si selaku dosen pengajar
3. Kakak Rahmayunita selaku asisten dosen yang telah membimbing penulis selama melakukan peraktek
4. Kakak Muhammad Fadhil selaku asisten dosen yang telah membimbing penulis selama melakukan peraktek
5. Teman-teman yang ikut mendukung proses praktek
Susunan laporan peraktek ini sudah di buat sebaik-baiknya, namun tentu masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu jika ada kritik atau saran apapun yang sifatnya membangun bagi penulis, dengan senang hati akan penulis terima.
Makassar,18 Mei 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Praktek Lapang 3
C. Manfaat Praktek Lapang 3
BAB II 4
METODOLOGI 4
A. Waktu Dan Tempat 4
B. Alat Dan Bahan 4
C. Alur Pengambilan Data Di Lapangan 4
BAB III 6
PEMBAHASAN 6
A. Kondisi Di Lapangan 6
B. Peranan Parameter Oseonegrafi Pada Ikan Pelagis 10
C. Produksi jenis Ikan Yang Di Tangkap 11
D. Daerah Fishing Ground 13
E. Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan 14
A. GILL NET 14
B. PANCING TONDA 19
F. Fasilitas-fasilitas TPI Paotere 24
DAFTAR PUSTAKA 29
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat yang di guanakan 4
Tabel 2. Hasil tangkapan 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Ikan tembang 11
Gambar 2. Ikan tuna 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil tangkapan 24
Lampiran 2. Alat tangkap 25
Lampiran 3. Fasilitas TPI Potere 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan pelagis kecil adalah kelompok besar ikan yang membentuk schooling di dalam kehidupannya dan mempunyai sifat berenang bebas dengan melakukan migrasi secara vertikal maupun horizontal mendekati permukaan dengan ukuran tubuh relatif kecil (Widodo et al. 1994; Fréon et al. 2005). Beberapa contoh ikan pelagis kecil antara lain layang (Decapterus spp), kembung (Rastrelliger sp), siro (Amblygaster sirm), selar (Selaroides sp), tembang (Sardinella fimbriata), dan teri (Stolephorus spp) (Gafa et al. 1993; Widodo et al.1994 ; Pet-Soede et al. 1999).
Sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya ikan yang paling melimpah di perairan Indonesia. Hampir seluruh hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di Indonesia dikonsumsi lokal karena harganya relatif murah dan rasanya enak, sehingga diduga kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan protein dari ikan bagi masyarakat sangatlah nyata. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan ikan pelagis kecil ini, maka kelestariannya perlu dijaga agar dapat dimanfaatkan secara terus menerus dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Prinsip dasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya ikan yang tidak hanya menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi bagi pengguna, namun tetap menjaga kelestariannya (keberlanjutan). Clark (1985) mengungkapkan bahwa pendekatan bioekonomi adalah pendekatan yang memadukan kekuatan ekonomi yang mempengaruhi industri penangkapan dan faktor biologi yang menentukan produksi suplai ikan. Pemakaian konsep ekonomi dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan berdasarkan tinjauan ekonomi. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendekatan bioekonomi merupakan suatu bentuk pendekatan yang mengakomodasikan harga yang berubah karena perubahan volume produksi. Selain itu melalui pendekatan bioekonomi dapat diketahui profitabilitas dan produktifitas dari nelayan.
Bioekonomi perikanan merupakan ilmu yang bersifat multi disiplin ilmu. Dalam bioekonomi model dasarnya menggunakan teori dan konsep biologi yang selanjutnya di padukan dengan konsep ekonomi. Pemakaian konsep ekonomi dimkasudkan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hayati bedasarkan tinjauan ekonomi. Sedangkan bioekonmi perikanan merupakan aplikasi konsep bioekonomi pada bidang perikanan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pengolahan perikanan seperti yang di manfaatkan dalam undang-undang No.31 tahun 2004 tentang perikanan yaitu agar sumberdaya ikan tetap lestari serta pemanfatannya dapat optimal dan berkelanjutan, maka perlu di lakukan beberapa langkah yang berkaitan dengan penggunaan alat penangkapan ikan diantaranya yaitu, pembuatan ketentuan atau pengaturan yang mengatur tentang penggunaan alat penangkapan ikan, pencatuman jenis dan dimensi utama alat penangkapan ikan yang di gunakan dalam SIPI,pengawasan penggunaan alat penangkapan ikan di lapangan.
B. Tujuan Praktek Lapang
Adapun tujuan melakukan peraktek lapang ini sebagai berikut
1. Untuk mengetahui keadaan umum perikanan pelagis di potere
2. Mengetahui potensi dan tingkat pemanfaatan ikan pelagis
3. Menganalisis bioekonomi ikan pelagis
C. Manfaat Praktek Lapang
1. Pengembangan ilmu dan pengetahuan tentang pengolahan sumberdaya perikanan
2. Dapat bagaimana menganalisis bioekonomi ikan pelagis
BAB II
METODOLOGI
A. Waktu Dan Tempat
Peraktek lapang di laksanakan di pangkalan pendaratan ikan (PPI) Potere, jl. Sabutung 3, kelurahan Camba Berua, kecematan ujung tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tanggal 18 dan 22 Mei 2019 yang di lakukan oleh program study pemanfaatan sumberdaya perikanan fakultas ilmu kelautan dan perikanan STITEK Balik Diwa Makassar
B. Alat Dan Bahan
Tabel 1.1 alat yang di gunakan berupa :
ALAT DAN BAHAN KEGUNAAN
Alat tulis menulis
Kamera Untuk mecatat data
Untuk dokumentasi hasil yang di dapat di lapangan
C. Alur Pengambilan Data Di Lapangan
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu tehnik pengumpulan data, dimana terjadi komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara. Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
2. Observasi
Metode observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diselidiki. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Margono observasi diartikan sebagai pengamatan atau pencatatan yangsistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian(Margono, 1997: 158). Terdapat beberapa variasi bentuk observasiyang dilakukan oleh peneliti yaitu (1) observasi partisipasi aktif, yaknipeneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamatiatau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, sambilmelakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakanoleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. (2) observasipartisipasi pasif, yakni peneliti hanya datang di tempat kegiatan orangyang diamati, mencatat hal-hal yang diamati dan tidak ikut terlibatdalam kegiatan tersebut. (Sugiyono, 2008: 66).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang di lakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan dan sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kondisi Di Lapangan
Pelabuhan potere menjadi salah satu tempat bersandarnya kapal-kapal. Potere adalah salah satu pelabuhan perahu yang terletak di kecematan Ujung tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. Pelabuhan yang berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada perahu phinisi ke Malaka.
Pelabuhan potere sekarang ini masih di pakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti phinisi dan lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan, dimana dapat di lihat di sepanjang jalan di pelabuhan berjejer tokoh-tokoh yang menjual bertbagai macam jenis ikan kering, perlengkapan nelayan, serta beberapa restoran seafood.
Sejarah potere di bangun pada tahun 1991 pengadaan saran PPI paotere kota Makassar atas program bersama antara Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Direktorat jendral perikanan melalui proyek pengembangan prasarana perikanan tahun anggaran 1991/1992, yang dananya bersumber dari bantuan luar negri (ADB) sebesar Rp.981.222.000,-(sembilan ratus delapan puluh satu juta dua ratus dua puluh dua ribu rupiah), dan dari APBN sebesar Rp.55.910.000,- (lima puluh lima juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah).
Pembangunan fisik di laksanakan selama 11 bulan, mulai dari bulan Maret 1991 sampai dengan bulan Januari 1992 dan PPI paotere mulai di funsikan nelayan pada bulan Maret 1992, dengan rincian pembangunan fisik sebagai berikut:
• 16 unit sarana di bangun melalui dana bantuan luar negri (ADB)
• 3 unit traktor saran di bangun melalui dana APBD kota Makassar
• 1 unit traktor sarana di bangun melalui swadaya masyarakat yakni melalui koperasi insan perkanan potere
Pada tahun anggarana 2002, pangkalan pendaratan ikan (PPI) potere kembali di lakukan pengembangan dengan merahibilitasi beberapa fasilitas sarana yang ada, serta membangun beberapa fasilitas sarana yang sebelumnya dimiliki PPI potere dengan menghabiskan dana sebesar Rp.5.293.311.000,- (lima milyar dua ratus sembilan pulu tiga juta tiga ratus sebelas ribu rupiah), sumber dana berasal dari bantuan luar negri.
Pada tahun anggaran 2008 pangkalan pendaratan ikan (PPI) potere kembali di reabilitasi melalui dana APBN, yang pelaksanaannya di lakukan dinas perikanan kelautan provinsi Sulawesi Selatan dengan dana sebesar Rp.700.000.000,- (tujun ratus juta rupiah), dengan rincian pembangunan fisik diantaranya :
• Rehabilitasi Pelataran Dermaga
• Rehabilitasi Pelataran Pelelangan Ikan
• Rehabilitasi Lahan Parkir PPI Potere
• Rehabilitasi Drainase Dan
• Rehabilitasi Atap
Pada tahun 2008, pemerintah pusat melalui Depertemen Kelautan dan Perikanan mengeluarkan program pengembangan sistem rantai dingin ( cold chine system) di berbagai daerah di indonesia. Khusus provinsi Sulawesi Selatan, pangkalan pendaran ikan(PPI) Potere kota makassar mendapat kesempatan sebagai tempat pelaksanaan program pengembangan system rantai dingin ( coold chine system) dan merupakan sarana percontohan sistem rantai dingi (CCS) di provinsi Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2009, PPI Potere merahabilitasi pelataran parkir depan kantor PPI Potere melalui dana APBN. Tujuan adanya usaha pengembangan sistem rantai dingin dalam wilayah kota Makassar dalah:
• Untuk menekan tingkat kemunduran mutu ikan slama peroses distribusi berlangsung
• Meningkatkan mutu peoduk perikanan dan penyediaan bahan pangan protein hewani yang bergizi dlam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.
• Meningkatkan mutu dan jaminan kemanan bahan pangan asal ikan, dalam rangka perlindungan konsumen
• Meningkatkan mutu dan nilai tambah yang memiliki daya saing di pasar global.
• Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyrakat perikanan
• Meningkatkan devisa negara/ekspor.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) potere berada di peissir laut di bagian utara Makassar di jalan sabutung kelurahan pattingan loang kecematan Wajo, PPI potere sebelah utara dan barat berbatasan dengan selat Makassar, sebelah timur dengan depertemen perhubungan dan sebelah selatan denga PT. Perikanan Indonesia. Situasi di PPI ini di ramaikan oleh kesibukan para nelayan membongkar muat ikan, menimbang, transaksi ikan, dan pembersihan kapal. Kondisi pelelangan ini terlihat kotor karena genangan air ikan akibat permukaan tanah dan permukaan dermaga yang tidak rata, sehingga genangan tersebut menimbulkan polusi bau. Pelelangan ini terkesan gersang karena kurangnya pepohonan dan peneduh.
Setelah menganalisis kondisi eksiting dan mengidentifikasi sarana prasarana pelabuhan pendaratan ikan potere, maka masalah-masalah yang terdapat di PPI Potere diantaranya :
• Material jalan yang telah rusak sehingga terjadi penggenangan air. Dampak dari genangan air di area yang ditimbulkan oleh air limbah yang di hasilkan dari air ikan sehingga akan terjadi polusi bau.
• Jaringan drainase yang tersumbat sehingga saluran pembuangan air limbah/air kotor tidak lancar dan tergenang, hal ini juga menghasilkan polusi bau.
• Lahan parkir yang tidak tertara sehingga kendaraan terparkir di sembrang tempat.
• Air limbah/air kotor di buang langsung ke laut sehingga air laut menjadi tercemar ( kotor da bau).
• Kurangnya vegetasi, sehingga PPI terasa sangat panas, tidak ada yang dapat melindungi kendaraan dari sinar matahari.
B. Peranan Parameter Oseonegrafi Pada Ikan Pelagis
Hubungan antara ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan lingkungan perairan bersifat komplek,sehingga perlu dikaji secara berkelanjutan.parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dapat berupa parameter fisik, kimia, dan biologi.diantara ketiga parameter tersebut yang mudah di minati adalah parameter fisik berupa suhu, arus, angin, dan gelombang. Parameter lingkungan tersebut akan mempengaruhi penyebaran ikan, migrasi, agregrasi (penggerombolan), pemijahan dan persediaan makanan serta tingkah laku ikan.
Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dengan berbagai kondisi lingkungan. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap priode migrasi musiman, serta keberadaan ikan di suatu tempat. Pada tahap migrasi/penyebaran ikan pelagis sangat dipengaruhi oleh kondisi kekinian oseonegrafi setempat, misalnya suhu, salinitas, arus permukaan, oksigen terlarut, dan faktor oseonegrafi lainnya.
Parameter oseonegrafi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap variabilitasi hasil tangkapan ikan, seperti klorofil-a dan suhu permukaan laut, karena suhu sangat berpengaruh terhadap metabolisme ikan secara biologis. Diliohat dari pengaruh fisiknya, suhu permukaan dapat menyebabkan upweling, yang membawa nutrien ke permukaan dan menjadikan tempat feeding ground bagi ikan, sementara klorofil-a merupakan indikator adanya produktifitas primer bagi ikan, ikan pelagis.
C. Produksi jenis Ikan Yang Di Tangkap
1. Data jenis hasil tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari alat tangkap ke2 iniadalah adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air sea surface dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Jenis ikan yang tertangkap pada gillnet adalah (tembang) dan pada pancing tonda adalah (tuna)
Gambar 1.Ikan tembang Gambar 2.Ikan tuna
2. Perbandingan hasil tangkapan
Dari hasil praktek yang kami lakukan di paotere selama 2 kali. Kami dapat membandingkan hasil tangkapan dari 2 alat tangkap yang berbeda yaitu dari jenis tangkapan ikan, jumlah/hsil tangkapan, dan harga jual dari ikan tersebut
Tabel 2. Hasil tangkapan
no Alat tangkap Jenis ikan Harga Hasil tangkapan (kg)
1 Gilnett Tembang
Simbula
Kembung Rp. 40-50K
Rp. 40 K
Rp. 45 K 17
15
19
2 Pancing tonda Tuna RP. 700-800K 30
Grafik hasil tangkapan
Pada hari pertama kami melakukan praktek lapang di paotere kami bertemu seorang nelayan katingting yang bernama dg…. Dengan alat tangkap gillent (jaring) Dari hasil wawancara yang kami lakukan hasil tangkapan yang biasa di dapat adalah 2-2 basket saja dalam 1 kali hauling . Hasil tangkapannya di jual pada seorang pengepul yang ada di paotere.Tapi pada hari dimana kami mewawancarai bapak tersebut dan hanya mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 1 setengah basket. Dengan modal keselurahanhanya Rp. 50K
Pada hari ke2 kami mewawancarai seorang bapak yang bernama dg… dengan alat tangkap pancing tonda.Dari hasil wawancara, hasil tangkapannya adalah tuna dengan hasil tangkapan yang mencapai puluhan basket dengan harga jual perbasketnya yaitu 700-800K. biasanya mereka pergi selama 5-7 hari dengan modal sebesar Rp.1 mereka biasa mendapat keuntungan bersih sebesar Rp10.000.000,00 sampai Rp12.000.000,00 dengan ABK kapal 5-7 orang yang dimana abk tersebut adalah anak anak dan ponakannya sendiri.
Dari 2 kali praktek tersebut dapat kami simpulkan bahwa hasil tangkapan dan keuntungan dari ke 2 nelayan tersebut sangatlah berbeda jauh itu karena alat tangkap, jenis tangkapan, fishing ground dan harga jual ikan tersebut pun berbeda
D. Daerah Fishing Ground
Daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat di operasikan serta ekonomi. Suatu wilayah perairan laut dapat di katakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penagkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang di gunakan untuk menangkap ikan.
Pada waktu praktek lapang pada saat mewancarai pak muhammad umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapannya di daerah baring-baringan yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.
E. Jenis Alat Tangkap Yang Digunakan
Ada dua jenis alat tangkap yang di gunakan yaitu gill net dan pancing
1. GILL NET
a. Pengertian gill net
Gill net sering di terjemahkan dengan “jaring insang” istilah gill net di dasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gill net” terjerat di sekitar operculumnya pada mata jaring. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring koro, jaring udang, dan sebagainya), ada pula yang di sertai dengan nama tempat ( jaring udang bayeman, dan sebagainya
Gill net sering di sebut jaring insang karena yang menjadi sasaran penangkapan ikan adalah insangnya. Sebab insang dapat terjerat (giled) pada mata jaring ketika ikan menerobos jaring supaya ikan mau menerobos jaring, jaring yang di gunakan dari nilon sehingga ikan tidak dapat melihatnya.
b. Kontruksi Gill Net
Adapun kontruksi jaring insang terdiri atas beberapa bagian antaralain:
a) Jaring utama
Jaring utama adalah sebuah lembaran jaring yang tergantung pada tali ris atas. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa diameter dan ukuran benang darimata jaring umumnya disesuaikan dengan ikan atau habitat perairan lainnya yangdijadikan target penangkapan. Menurut Sparre dan Venema (1992) ada empat caratertangkapnya ikan oleh jaring insang, yaitu tertangkap secara terjerat tepat dibelakang mata (snagged), terjerat di belakang tutup insang (gilled) dan terjerat didepan sirip punggung (wedged), dan ikan terbelit akibat bagian tubuh yangmenonjol (gigi, rahang, sirip) tanpa harus menerobos mata jaring (entangled).
b) Tali ris atas
Tali ris atas adalah tempat untuk menggantungkan jaring utama dan talipelampung.Untuk menghindari agar jaring insang terbelit sewaktu dioperasikan(terutama pada bagian tali ris atasnya) biasanya tali ris atas dibuat rangkap duadengan arah pintalan yang berlawanan (S – Z).
c) Tali ris bawah
Tali ris bawah ini berfungsi sebagai tempat melekatnya pemberat. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa panjang tali ris bawah lebih panjang daritali ris atas dengan tujuan supaya kedudukan jaring insang di perairan dapatterentang dengan baik.
d) Tali pelampung
Tali pelampung adalah tali yang dipakai untuk memasang pelampung yangterbuat dari bahan sintetis seperti haizek, vinylon, polyvinyl chloride, saran ataubahan lainnya yang bisa dijadikan tali pelampung.Untuk menyambungkan antarapiece yang satu dengan piece lainnya bagian tali pelampung dari tiap ujung jarringutama biasanya dilebihkan 30-50 cm (Martasuganda, 2002).
e) Pelampung
Pada jaring insang dasar, pelampung hanya berfungsi untuk mengangkat tali ris atas saja agar jaring insang dapat berdiri tegak (vertikal) di dalam air. Untuk jaring insang pertengahan dan jaring insang permukaan, disampingpelampung yang melekat pada tali ris atas diperlukan juga pelampung tambahanyang berfungsi sebagai tanda di permukaan perairan. Pelampung yang dipakaibiasanya terbuat dari bahan styrofoam, polyvinyl chloride, plastik, karet atau benda lainnya yang mempunyai daya apung. Jumlah, berat, jenis dan volumepelampung yang dipasang dalam satu piece menentukan besar kecilnya dayaapung (buoyancy). Besar kecilnya daya apung yang terpasang pada satu piecesangat berpengaruh terhadap baik buruknya hasil tangkapan.
f) Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring.Pemberat padajaring insang umumnya terbuat dari timah, besi dan semen cor.
g) Tali selambar
Tali selambar adalah tali yang dipasang pada kedua ujung alat tangkapuntuk mengikat ujung jaring insang pada pelampung tanda, serta ujung lainnyadiikatkan pada kapal.Panjang tali selambar yang digunakan umumnya 25-50meter tergantung ukuran alat tangkap dan kapal yang digunakan.Dalam operasi penangkapan, jaring insang biasanya terdiri dari beberapa tinting (piece) jaring yang digabung menjadi satu sehingga merupakan satu unit jaring yang panjang, yang panjangnya tergantung dari banyaknya tinting yang akan dioperasikan. Alat penangkap ini dapat dioperasikan dengan cara dihanyutkan, dipasang secara menetap pada suatu perairan, dengan cara dilingkarkan, ataupun dengan cara menyapu dasar perairan.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, maka jarring insang terdiri atau dapat di bedakan atas jarring insang hanyut, jarring insang tetap, jarring insang lingkar, jarring klitik dan trammel net. Klasifikasi jaring insang berdasarkan metode pengoperasian Jaring insang menetap (setgillnet/fixedgillnet),Jaring insang giring (frightening gillnet/drive gillnet ), dan jarring insang hanyut (driftgillnet), jaring insang lingkar.
c. Metode Pengoperasian
Bila kapal telah sampai di daerah pengkapan, maka persiapa alat di mulai, yaitu ( Miranti 2007 )
1) Posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat penurunan alat.
2) Setelah kedudukan/posisi kapal sesuai dengan yang dihendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan jangkar, pelampung tanda ujung jaring atau tali slambar belakang, dan terakhir pelampung tanda.
3) Pada saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut. Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450-900.
4) Penaikan alat dan pengambilan ikan. Setelah jaring dibiarkan didalam perairan sekitar 3-5 jam, jaring dapat diangkat ( dinaikkan ) ke atas kapal untuk ambil ikannya. Bila hasil penagkapan baik, jaring dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil penangkapan sangat kurang jaring dapat lebih lama di diamkan di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lamadari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan yang lebih besar. Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alat yang dimulai dari pelampung tanda. Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari jaring dengan hat-hati agar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan cara memotong satu atau dua kaki ( bar ) pada mata jaring agar ikan dilepas tidak sampai luka/rusak. Ikan-ikan yang sudah terlepas dari jaring segera di cuci dengan air laut yang bersih dan langsung dapat di simpan kedalam palka, dengan dicampur pecahan es atau garam secukupnya agar ikan tidak lekas membusuk.
2. PANCING TONDA
Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan tradisional yang umumnya di gunakan oleh nelayan tonda untuk menangkap ikan tuna dan pelagis lainnya di laut. Alat tangkap ini memiliki kontruksi yang sama dengan alat tangkap pancing ulur seperti: tali, mata pancing dan umpan, dan dapat dioperasikan pada perairan yang sulit terjangkau oleh alat tangkap lainnya. Pancing tonda merupakan salah satu alat penangkap ikan yang diberi tali panjang dan ditarik oleh kapal atau perahu (Sudirman, 2004). Alat tangkap ini terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Umpan yang di pakai adalah umpan buatan(Ayodhyoa, 1981). Banyak bentuk dan macam pancing tonda (troll line) yang pada prinsipnya adalah sama (Subani & Barus, 1989). Secara umum pancing tonda menarik dan menurunkan satu atau berbeberapa tali pancing denga memakai umpan buatan yang di letakan di belakang kapal yang bergerak. Umpan atau pemikat di rancang dengan warna yang terang atau menyerupai ikan umpan sehingga menarik ikan pemangsa untuk menyambarnya (Von Brandt, 1984). Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai kualitas daging dengan mutu tinggi (Gunarso, 1998).
Pancing tonda ini bukanlah hal yang baru bagi nelayan di indonesia. Alat tangkap ini adalah alat penangkapan ikan yang populer di kalangan nelayan, karena harganya relatif murah dan pengoperasiannya mudah, untuk menangkap ikan di dekat permukaan perairan. Menurut Ayodhyoa (1984) pancing tonda dikelompokan ke dalam alat tangkap pancing dengan beberapa kelebihan yaitu:
a. Metode pengoperasian relatif sederhana
b. Modal yang diperlukan lebih sedikit
c. Dapat menggunakan umpan buatan
d. Syarat-syarat fishing ground relatif lebih sedikit dan dapat bebas memilih
e. Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat terjamin.
Sedangkan kekurangan dari alat pancing tonda adalah
1. Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap yang lain
2. Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat, waktu dan syarat-syarat lain.
Dalam pengoperasiannya, pancing tonda menggunakan umpan untuk menarik ikan agar tertangkap. Umpan di kelompokan menjadi dua jenis, yaitu umpan alami dan umpan buatan. Nelayan pancing tonda jarang menggunakan umpan alami, karena mudah lepas dan rusak. Berdasarkan data Ditjen Perikanan (1998) jenis umpan alami yang biasa di gunakan adalah layang (Decapterus sp), kembung (Rastleriger sp), bandeng (Chanos chanos ), belanak (Mugil sp), lemuru (sardinella longiceps) dan tembang (sardinella fimbriata). Sifat umpan alami memiliki banyak kekurangan, sehingga para nelayan pancing tonda, lebih memilih menggunakan umpan buatan pada operasi penangkapan ikan. Menurut Ruivo vide Hendrotomo (1989). Umpan buatan yang biasa dipakai berasal dari bulu ayam yang halus, sendok, tali plastik, karet plastik dan bahan lainnya yang memiliki sifat yang menyerupai umpan asli baik ukuran, bentuk, warna dan gerakannya pada saat berada di dalam air. Umpan berfungsi untuk memberikan rangsangan (stimulus) yang bersifat fisik maupun kimia, sehingga dapat memberikan respon pada ikan tertentu.
Berikut alasan penggunaan umpan buatan pada pancing tonda yaitu:
1. Harga relatif murah dan mudah didapat.
2. Dapat dipakai berulang-ulang
3. Dapat di simpan dalam waktu yang lama
4. Warna dapat memikat ikan
5. Ukuran dapat disesuaikan dengan bukaan mulut ikan
Umpan buatan yang digunakan pada penelitian ini adalah umpan yang berasal dari benang sutra yang terbentuk menjadi benang berumbai-berumbai. Benang sutra ini berasal dari kokon (air liur atau ludah ulat sutera) yang dikumpulkan, kemudian diolah dengan sederhana dan canggih oleh mesin atau tangan (1992).
Pancing tonda umunya dioperasikan dengan kapal kecil, jumlah nelayan yang mengoperasikannya sebanyak 4-6 orang yang terdiri dari satu orang nahkoda merangkap fishing master, satu orang juru mesin dan 2-4 orang ABK yang masing-masing mengoperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan berlangsung. Pada umumnya panjang perahu berkisar antara 5-20 meter dengan ruang kemudi dibagian depan kapal (haluan) dan dek tempat berkerja berada di bagian belakang kapal (buritan) (Sainsburry 1971). Kapal yang digunakan pada pengoperasian penangkapan ini adalah perahu motor tempel dan perahu kayu dari jenis congkleng (perahu bercadik) yang memiliki panjang 11 meter dan terbuat dari bahan kayu (DKP Sumatra Barat 2011). Kecepatan perahu pada saat menonda mempengaruhi keberhasilan penangkapan sesuai dengan tujuan ikan sasaran. Kapal untuk menangkap ikan pelagis jenis ikan umpan, kecepatan menonda harus lambat (1-3 knot). Waktu penangkapan ikan cakalang dan tuna muda di pagi hari dengan kecepatan perahu sekitar 4-5 knot, dan pada siang hari kecepatan menonda sekitar 7-8 knot (Nugroho, 1992).
Hasil tangkapan utama untuk tonda perairan permukaan yaitu tongkol,cakalang, tenggiri, madidihang, setuhuk, alu-alu, sunglir, beberapa jenis kwe. Hasil tangkapan lapisan dalam terutama berupa cumi-cumi, sedangkan untuk lapisan dasar terutama manyung, pari, cucut, gulamah, senangin, kerapu, dan lain lain (Subani & Barus, 1989). Jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain: baby tuna, cakalang, tenggiri, dan lainnya melalui bagian belakang maupun samping kapal yang bergerak tidak terlalu cepat dilakukan penarikan sejumlah tali pancing dengan mata-mata pancing yang umumnya tersembunyi dalam umpan buatan. Ikan-ikan akan memburu dan menangkap umpan-umpan buatan tersebut, hal ini tentu saja memungkinkan mereka untuk tertangkap (Gunarso, 1998).
Secara global, terdapat 7 spesies ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis penting, yaitu albacore (Thunnus alalunga), bigeye tuna (Thunnus obesus), Atlantic bluefin tuna (Thunnus thynnus), pacific bluefin tuna(Thunnus oreintalis), southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), yellowfin tunam (Thunnus albacares), dan skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), kecuali pacific bluefin dan southern bluefin tuna, kelima spesies tuna lainnya hidup dan berkembang di perairan Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia (Dahuri, 2008). Penyebaran jenis-jenis tuna tidak dipengaruhi oleh perbedaan bujur melainkan dipengaruhi oleh perbedaan lintang (Nakamura, 1969). Di perairan Indonesia, yellowfin tuna dan bigeye tuna didapatkan di perairan pada daerah antara 15o LU–15o LS, dan melimpah pada daerah antara 0-15o LS seperti daerah pantai Selatan Jawa dan Barat Sumatera (Nurhayati, 1995). Penyebaran ikan-ikan tuna di kawasan barat Indonesia terutama terdapat di perairan Samudra Hindia. Pada perairan tersebut terjadi percampuran antara perikanan tuna lapis dalam, yang dieksploitasi dengan alat rawai tuna, dengan perikanan tuna permukaan yang dieksploitasi menggunakan alat tangkap pukat cincin, gillnet, tonda dan payang (Sedana 2004). Menurut Dahuri (2008), ikan madidihang dan mata besar terdapat di seluruh wilayah perairan laut Indonesia. Sedangkan, albacore hidup di perairan sebelah barat Sumatera, selatan Bali sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip biru selatan hanya hidup di perairan sebelah selatan Jawa sampai ke perairan Samudra Hindia bagian selatan yang bersuhu rendah (dingin)
F. Fasilitas-fasilitas TPI Paotere
Adapun fasilitas yang terdapat di TPI Paotere :
1. Fasilitas pokok
a. Dermaga
Dermaga adalah tempat kapal di tambatkan di pelabuhan. Dermaga adalah juga tempat berlangsungnya kegiatan bongkar muat barang dan naik turunnya orang atau penumpang dari dan ke atas kapal. Di dermaga juga di lakukan kegiatan untuk mengisi bahan kapal, memasok kapal, dengan air minum, air bersih, dan mengatur saluran untuk air kotor/limbah yang akan di proses lebih lanjut di pelabuhan.
b. Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah lokasi tempat dimana kapal berlabuh, berolah gerak, melakukan aktivitas bongkar muat, mengisi perbekalan yang terlindung dari ombakdan mempunyai kedalaman yang cukup untuk kapal beroperasi di pelabuhan itu. Agar terlindung dari ombak biasanya kolam pelabuhan di lindungi pemecah gelombang.
2. Fasilitas fungsional
a. Tempat pelelangan ikan
Tempat pelelangan ikan atau yang di singkat dengan TPI yaitu pasar yang biasanya terletak di dalam pelabuhan/pangkalan pendaratan ikan, dan di tempat tersebut terjadi transaksi penjualan ikan/ hasil laut secara lelang maupun tidak ( tidak termasuk TPI yang menjual/melelang ikan darat.
b. Instilasi penyalur BBM
Instalasi penyalur BBM adalah tempat nelayan untuk membeli bahan bakar minyak ( BBM ) agar tidak perlu lagi jauh untuk membeli bahan bahar minyak ( BBM ).
c. Pabrik es
Pabrik es adalah suatu unit produksi untuk membuat dan menghasilkan es dalam bentuk es balok ataupun flake ice sebagai bahan pembantu untuk mendinginkan hasil perikanan dalam rangka mempertahankan mutu ikan
d. Kantor perikanan
Kantor perikanan adalah adalah bidang usaha dan kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas perikanan penyiapan koordinasi, fasilitas perumusan dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta pelaporan pelaksanaan pemberdayaan nelayan kecil.
e. Toilet/wc
Toilet adalah yang umumnya di gunakan sebagai pembuangan kotoran, yaitu urin dan feses
3. Fasilitas penunjang
a. Kios penjual
Kios penjualan adalah sebuah tempat tertutup yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan isi benda atau barang. Kios penjualan umumnya menjual makanan dan minuman
b. Lahan parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya.
c. Pos satpam
Pos satpam adalah satuan kelompok petugas yang di bentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan=- keamanan fisik dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya
Lampiran 1 hasil tangkapan
Gambar 1.Ikan tembang Gambar 2.Ikan tuna
Lampiran 2 alat tangkap
Alat tangkap gillnet (jaring)
Alat tangkap pancing tonda
Lampiran 3 fasilitas TPI Paotere
Pabrik es Tempat penjualan ikan
Instalasi penyalur BBM Kios penjualan
Dermaga Lahan parkir
Toilet Pos satpam
Foto praktek 1 Foto praktek 2
Peraktek 2
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Utoyo.1987.jurnal penelitian perikanan laut, volume 41.publisher; balai penelitian perikanan laut.12
Zulbainarni, nimmi 2016 “ gill net (jaring insang” Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor dilihat pada 16 November 2018.