RUMPON SEBAGAI PENGUMPUL POPULASI IKAN PELAGIS
I. PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan hasil
tangkapan ikan, khususnya ikan pelagis adalah sangat terbatasnya alat bantu
untuk menentukan atau mencari gerombolan ikan yang berkaitan erat dengan daerah
penangkapan ikan. Seperti nelayan yang mau menangkap ikan yang berangkat dari
pangkalan bukan untuk menangkapnya, sehingga selalu berada dalam ketidak
pastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil
tangkapannya juga menjadi tidak pasti.
Rumpon merupakan salah satu alat
bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan dimana mempunyai kontruksinya
menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat di perairan laut
yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencarai makan, memijah, dan
berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan
di laut, untuk mengefisienkan oprasi penangkapan bagi para nelayan.
Dalam memilih dan menentukan daerah
penangkpan, harus memenuhi syarat-syarat antara lain : kondisi daerah
penangkapan harus sedemikian rupa sehigga ikan mudah datang dan berkumpul,
daerahnya aman dan alat tangkap mudah dioperasikan, daerah tersebut harus
daerah yang secara ekonomis menguntungkan.
Alat tangkap yang dapat dioperasikan
di sekitar rumpon adakah rawai tuna, pole and line, pancing ulur, pukat cincin,
jaring insang dan lain –lainya. Jenis-jenis yang ada disekitar rumpon adalah
jenis ikan yang hidup di permukaan perairan antara lain : ikan tuna,ikan
cakalang, ikan tongkol, ikan lemuru,ikan kembung dan lain- lainya
Indonesia telah diakui dunia sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 2/3 dari wilayah kedaulatannya
adalah wilayah laut dengan luas 5,8 juta km2 yang terdiri dari wilayah
territorial dengan luas 3,1 km2 dan wilayah ZEEI dengan luas 2,7 km2, dan
terdiri dari 17.504 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km dan memiliki
kandungan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hayati ( ikan ) yang berlimpah
dan beraneka ragan. Menurut Komnas Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut (Komnas
Kajiskanlaut, 1998), potensi sumberdaya ikan laut di seluruh perairan
Indonesia, di duga sebesar 6,26 juta ton per hatun, sementara produksi tahuanan
ikan laut Indonesia pada tahun 1997 mencapai 3,68 juta ton. Ini berarti tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia baru mencapai 58,80%.
Pemanfaatan sumberdaya ikan laut
Indonesia di berbagai wilayah tidak merata. Di beberapa wilayah perairan masih
terbuka peluang besar untuk pengembangan pemanfaatannya, sedangkan di beberapa
wilayah yang lain sudah mencapai kondisi padat tangkap atau overfishing.
Hal tersebut dapat disebabkan karena
pengelolaan potensi sumberdaya perikanan tidak dikelola secara terpadu. Salah
satu penyebabnya adalah tidak tersedianya data dan informasi mengenai potensi
sumberdaya perikanan wilayah Indonesia. Kurangnya data dan informasi
menyebabkan potensi perikanan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan
lestari.
Keberhasilan suatu usaha penangkapan
ikan tergantung pada pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku ikan.
Beberapa jenis ikan pelagis mempunyai sifat mudah tertarikdan berkumpul di
sekitar benda-benda yang terapung di laut. Bahkan ikan tuna dan cakalang sering
ditemui berenang-renang mengikuti gelondong-gelondong kayu yang hanyut dan juga
kadang-kadang bergerombolan bersam-sama dengan ikan lumba-lumba, cucut dan
sebagainya. Kejadian ini sering kali dimanfaatkan oleh nelayan untuk usaha
penangkapan dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pengembangan usaha
perikanan dengan memanfaatkan benda-benda terapung, para nelayan yang mencari
nafkah dengan menggunakan berbagai ragam alat tangkap dan alat bantu
penangkapan ikan yang telah dikenal masyarakat nelayan sebagai alat pengumpul
ikan atau selama ini masyarakat nelayan mengenal salah satu adalah rumpon. Alat
bantu penangkapan ikan yang oleh masyarakat nelayan dikenal sebagai alat
pengumpul ikan, yaitu rumpon.
Masalah utama yang dihadapi dalam
upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan khususnya ikan pelagis adalah sangat
terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau mencari gerombolan ikan yang
berkaitan erat dengan daerah penangkapan ikan. Seperti nelayan yang mau
menangkap ikan yang berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap tetapi untuk
mencari lokasi penangkapan terlebih dahulu baru menangkapnya sehingga selalu
berada dalam ketidak pastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan
ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti.
II. KARAKTERISTIK IKAN
Ikan dalam arti sebenarnya adalah
makhluk hidup / binatang bertulang belakang yang selama hidupnya (hidup) di
dalam air, bernafas dengan insang, berdarah dingin, bersisik / tidak, dan
bersirip (berpasangan dan tunggal).
Ikan-ikan yang hidup di sekitar
rumpon ada yang hidup dipermukaan (pelagis), ada juga yang hidup di dasar
periran (demersal) ikan yang hidupnya di permukaan perairan ( pelagis ) dengan
ciri-cirinya antara lain seperti hidup bergerombolan atau berkelompok, berenang
cepat, warnanya cerah, pada umunya hidup di daerah neritik dengan kedalaman
perairan 0 - 200 meter ikan-ikan pelagis ini banyak bernilai ekonomis penting,
juga berfungsi sebagai konsumen anatar dalam food chain (antara produsen dengan
ikan-ikan, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan dasar (demersal) dengan
ciri-ciri antara lain warnanya gelap, pada umunya hidup tidak bergerombolan
(sendiri), bentuknya bervariasi.
Berdasarkan habitatnya ikan pelagis
dibagi menjadi ikan pelagis kecil dan pelagis besar. Menurut Komnas
Kajiskanlaut, 1998, yang termasuk ikan-ikan utama dalam kelompok ikan pelagis
besar diantaranya; Tuna dan Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora
Tuna Sirip Biru, Cakalang), Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk biru, Setuhuk hitam, Setuhuk
loreng, Ikan Layaran), Tongkol dan Tenggiri (Tongkol dan Tenggiri), dan Cucut
(Cucut Mako). Sedangkan jenis ikan pelagis kecil antara lain; Karangaid
(Layang, Selar, Sunglir), Klupeid (Teri, Japuh, Tembang, Lemuru, Siro) dan
Skombroid (Kembung).
III. DAERAH
PENANGKAPAN
Penentuan daerah penangkapan ikan
yang umum dilakukan oleh nelayan sejauh ini masih menggunakan cara-cara
tradisional, yang diperoleh secara turun-temurun. Akibatnya, tidak mampu
mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan
perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis. Ekspansi nelayan
besar ke daerah penangkapan nelayan kecil mengakibatkan terjadi persaingan yang
kurang sehat bahkan sering terjadi konflik antara nelayan besar dengan nelayan
kecil.
Secara garis besarnya daerah
penangkapan, penyebaran dan Migrasi sangat luas, yaitu meliputi daerah tropis
dan sub tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat disekitar perairan
khatulistiwa. Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan. Dalam hubungannya
dengan alat tangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat
menguntungkan. Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh
dari pelabuhan dan alat tangkap mudah dioperasikan. (Waluyo, 1987). Lebih
lanjut Paulus (1986), menyatakan bahwa : . Hal ini tentu saja erat hubungannya
dengan kondisi oseanografi dan meteorologi suatu perairan dan faktor biologi
dari ikan –ikan itu sendiri. Musim penangkapan di perairan Indonesia
bervariasi. Musim penangkapan di suatu perairan belum tentu sama dengan
perairan yang lain. Berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi
penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut musim
puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya disebut musim
paceklik.
Pengetahuan mengenai penyebaran dan
bioekologi berbagai jenis ikan sangat penting artinya bagi usaha
penangkapannya. Data dan informasi tentang penyebaran dan bioekologi ikan
pelagis sangat diperlukan dalam mengkaji daerah penangkapan ikan di suatu
perairan seperti perairan laut banda, kawasan timur Indonesia, kawasan Samudra
Hindia dan lain sebagainnya.
IV. RUMPON
Rumpon merupakan salah satu alat
bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan dimana mempunyai kontruksinya
menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat di perairan laut
yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencarai makan, memijah, dan
berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan
di laut, untuk mengefisienkan oprasi penangkapan bagi para nelayan.
Rumpon merupakan alat bantu
penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan
agar berkumpul disuatu tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan.
Dengan makin majunya rumpon telah
menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan daerah penangkapan buatan dan
manfaat keberadaannya cukup besar. Sebelum mengenal rumpon, nelayan menangkap
ikan dengan cara mengejar ikan atau menangkap kelompok ikan di laut, kini
dengan makin berkembangnya rumpon maka pada saat musim penangkapan, lokasi
penangkapan menjadi pasti di suatu tempat. Dengan telah ditentukan daerah
penangkapan maka tujuan penangkapan oleh nelayan dapat menghemat bahan bakar,
karena mereka tidak lagi mencari dan menangkap kelompok renang ikan dengan
menyisir laut yang luas. Nelayan di beberapa daerah telah banyak yang
menerapkan rumpon ini. Di Utara Pulau Jawa telah lama mengenal rumpon untuk
memikat ikan agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga memudahkan penangkapan
.
Rumpon umumnya dipasang (ditanam)
pada kedalaman 30-75 m, setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang
diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersfat tetap tergantung pemberat yang
digunakan. Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat atu
diatur sedemikian rupa, maka waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara
keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu
penggerak(skoci,jukung dan canoes).
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan
ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk memudahkan penangkpan dibuat
rumpon mini, yang pada waktu penangkpan mulai diatur begitu rupa, diusahakan
agar ikan-ikan berkumpul di sekitar rumpon ara lain yang ditempuh yaitu
seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara
menenggelamkan rumpon induk atau rumpon induk atau mengangkat separoh dari
rumpon yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang
ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon mini dan disini dilakukan
penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan
tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali
slembar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon,
sedangkan ujung tali slembar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon.
Menjelang akhir penangkapan satu dua orang akan turun ke air untuk mengusir
ikan –ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa
juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka
menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau dengan
menggunakan galah dari satu sisi perahu.
A. Fungsi dan Manfaat Rumpon
Direktorat Jenderal Perikanan (1995)
melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni : memudahkan pencarian
gerombolan ikan, biaya eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh
nelayan kecil.
Fungsi rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan
ikan adalah sebagai berikut
1.Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah
ditemukan gerombolan ikan dan menangkapanya.
2.Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya
3.Sebagai tempat berkumpulnya ikan
4.Sebagai tempat daerah penangkap ikan
5.Sebagai tempat mencari makan bagi ikan.berlindung
jenis ikan tertentu dari serangan ikan predator Sebagai tempat untuk memijah
bagi ikan.
Banyak ikan-ikan kecil dan plankton
yang berkumpul disekitar rumpon dimana ikan dan plankton tersebut merupaka
sumber makanan bagi ikan besar.
Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang
menjadi rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah
untuk menangkapnya.
Sedangkan manfaatnya adalah sebagai berikut :
•Memudahkan nelayan menemukan tempatuntuk
mengoperasikan alat tangkapnya.
•Mencegah terjadinya destruktif fishing, akibat penggunaan
bahan peledak dan bahan kimia/beracun.
•Meningkatkan produksi dan produktifitas nelayan.
•Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon
dengan beberapa ciri yang khas yaitu :
Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan
air.
Warna air akan telihat lebih gelap dibandingkan dengan
warna air disekitarnya karena banyak ikan yang bergerombol.
Adanya burung yang berkeliaran di permukaan laut.
Adanya gelondong-gelondong kayu yang hanyut di
permukaan laut.
Adanya kelompok ikan lumba-lumba di permukaan laut.
banyak ikan yang bergerombol.
Buih-buih di permukaan laut akibat
udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan
menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas
biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah
matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke
permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish
finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja
hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
B. Tata Cara Pemasangan Rumpon
Rumpon dapat di pasang di wilayah :
a. Perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut,
diukur dari garis pantai pada titik surut terendah.
Perairan di
atas 4 ml laut sampai dengan 12 mil laut, diukur dari garis pantai titik surut
terendah.
Perairan
diatas 12 mil dan ZEE Indonesia, dan perorangan atau perusahaan berbadan hukum
yang akan memasang rumpon wajib terlebih dahulu memperoleh izin.
Pengusaha / nelayan yang akan
memasang rumpon mengajukan permohonana izin kepada Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap. Dinas Perikanan dan Kelautan propinsi / Kabupaten / kota
sesuai kewenangan pemberi izin sesuai dengan Kepmen Kelautan dan Perikanan
No.Kep 30/MEN/2004 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon. Dalam permohonan
izin harus dilakukan penilaian baik terhadap administrasi pemohan maupun lokasi
periran. Penilaian Lokasi Pemasangan Rumpon Harus Memperhatikan :
Apakah daerah tersebut tidak
merupakan alur pelayaran atau kepentingan lainnya seperti daerah suaka, atau
daerah lainnya. Pemasangan rumpon tidak boleh dilakukan pada daerah perairan
tersebut.
Apakah daerah tersebut tidak merupakan konsentrasi
penangkapan ikan nelayan-nelayan yang tidak menggunakan rumpon, rumpon tidak
boleh dipasang pada perairan tersebut.
Apakah daerah tersebut berbatasan dengan propinsi
lain, untuk itu maka Dinas Perikanan dan Kelautan dari domisili pemohon izin
rumpon ditujukan kepada propinsi tersebut.( Indah R. 2009).
C. Macam-Macam Rumpon
A. Berdasarkan pada posisi / letak pengumpul ikan :
1.Rumpon permukaan
1.1. Rumpon laut dangkal yaitu di pasang pada
kedalaman 20-100 meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecl seperti
: kembung, selar, tembang, japuh, layang dan lain sebagainya
runpon permukaan
rumpon pertengahan
rumpon dasar
1.2.Rumpon laut dalam yaitu rumpon yang dipasang pada
kedalaman 1200 – 3000 meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis besar
seperti tuna, cakalang dan lain sebagainya yang berada di permukaan sampai pada
kedalaman 60 meter dibawah permukaan laut. Pada posisi tertentu ikan tuna besar
merupakan ikan yang dominan pada kedalaman lebih 100 meter, dibawah permukaan.
Pada waktu tertentu (pagi hari dan sore hari) muncul ke permukaan perairan
untuk mencari makanan. Pada kondisi ini di permukaan terdapat ikan kecil,
misanya ikan layang, ikan tongkol dan lain-lainnya.
B. Bedasarkan Kemenetapan Pemasangan Rumpon
1. Rumpon Menetap(memliki jangkar / pemberat berukuran
besar) sehingga tidak dapat dipindahkan dan dipasang di perairan dalam dengan
kondisi gelombang besar dan arus kuat, guna memikat / mengumpulkanjenis ikan
pelagis besar.
2.Rumpon yang dapat dipindahkan (terbuat dari bahan
yang relatif ringan) sehingga memungkinkan untuk diangkat / dipindahkan guna
memikat / megumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecil.
C. Berdasarkan Tingkat Teknologi
1.Rumpon tradisional (teknologi sederhana) bahan-bahan
pembuatan murah dan mudah didapat di sekitar lokasi pemasangan, biasa digunakan
untuk perikanan sekala kecil. Penggunaan rumpon tradisional ini banyak
ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Selatan) dan Jawa Timur. Menurut
Monintja(1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan
Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang,Philipina, Srilanka,
Papua Nugini dan Australia. Beberapa alasan iakan sering ditemukan disekitar rumpon
2.Rumpon modren, investasi relatif besar umumnya
digunakan oleh perikanan sekala besar / industri guna memikat / mengumpulkan
jenis-jenis ikan pelagis besar.
D.Berdasarkan Pemasangan dan Pemanfaatan rumpon dibagi
atas 3 jenis :
(a). Rumpon perairan dasar
(b). Rumpon perairan dangkal dan
(c). Rumpon perairan dalam. Menurut Barus et al. (1992
menjelaskan bahwa metode pemasangan dari rumpon laut dangkal dan dalam hampir
sama, perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi daerah pemasangan serta
bahan yang digunakan . Rumpon laut dangkal menggunakan bahan dari alam seperti
bambu, rotan, daun kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada rumpon laut dalam
sebagian besa bahan yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari
buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas, tali baja, tali rafia
serta semen.
Pemilihan tempat pemasangan rumpon harus memiliki
kriteria sebagai berikut :
1). Merupakan daerah lintasan migrasi ikan yang
menjadi penangkapan
2). Tidak menggangu alur pelayaran atau di daerah yang
dilarang memasang rumpon
3). Mudah untuk mencari dan mencapainya
4). Relatif dekat dengan pangkalan kapal
5). Dasar perairan relatif datar
Bahan yang digunakan bukan dari alam
melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas,
tali baja, tali rafia serta semen.
Rumpon di Indonesia merupakan Fish Aggregating Divice
(FAD) skala kecil dan sederhana yang umumnya dibuat dari bahan tradisional.
Rumpon tersebut ditempatkan pada kedalaman perairan yang dangkal dengan jarak 5
– 10 mil (9 – 18 km) dari pantai dan umumnya tidak lebih dari 10 – 20 mil laut
(35 km) dari pangkalan terdekat (Mathews, Monintja dan Naamin, 1996).
Selanjutnya Subani (1972) menyatakan
bahwa cara pengumpulan ikan dengan ikatan berupa benda terapung merupakan salah
satu bentuk dari FAD, yaitu metode, benda atau bangunan yang dipakai sebagai
sarana untuk penangkapan ikan dengan cara memikat dan mengumpulkan ikan-kan
tersebut. Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai
pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disuatu tempat yang
selanjutnya diadakan penangkapan.
Prinsip lain penangkapan dengan alat
bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul kawanan ikan, pada
hakekatnya adalah agar kawanan ikan mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap
yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap dapat
menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar
gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkapan. Direktorat Jenderal
Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni :
memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya eksploitasi dapat dikurangi dan
dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil.
Desain rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon
laut dangkal secara garis besar terdiri atas empat komponen utama yaitu :
(1) pelampung (float).
(2) tali (rope),
(3) pemikat (atractor)
(4) pemberat (sinker).
Tali yang menghubungkan pemberat dan pelampung pada
jarak tertentu disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah
dibelah menjadi dua. Panjang tali bervariasi , tetapi pada umumnya adalah 1,5
kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani, 1986). Tim
pengkajian rumpon Institut Pertanian Bogor (1987) memberikan persyaratan umum
komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah sebagai berikut :
(1) Pelampung
a. Mempunyai kemanpuan mengapung yang cukup baik
(bagian yang mengapung diatas air 1/3 bagian)
b. Konstruksi cukup kuat
c. Tahan terhadap gelombang dan air
d. Mudah dikenali dari jarak jauh
e.Bahan pembuatnya mudah didapat
(2) Pemikat
a. Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
b.Tahan lama
c. Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertical
dengan arah ke bawah
e.Melindungi ikan-ikan kecil
f. Terbuat dari bahan yang kuat, ahan lama dan murah
(3) Tali temali
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
b. Harganya relatif murah
c. Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah
gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus
d. Tidak bersimpul (less knot)
(4) Pemberat
a. Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
b. Massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan
dapat mencengkeram
Samples dan Sproul (1985), mengemukakan teori
tertariknya ikan yang berada di
sekitar rumpon disebabkan karena :
1.Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi
beberapa jenis
ikan tertentu
2.Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground)
bagi ikan-ikan tertentu.
3.Rumpon sebagai sustrat untuk meletakkan telurnya
bagi ikan-ikan tertentu.
4.Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi
ikan-ikan tertentu
5.Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting
point) bagi ikan- ikan tertentu yang
beruaya.
Gooding dan Magnuson (1967)
melaporkan bahwa rumpon merupakan tempat stasiun pembersih (cleaning place)
bagi ikan-ikan tertentu. Dolphin dewasa umumnya akan mendekati bagian bawah
floating objects dan menggesekkan badannya. Tingkah laku ikan ini sesuai dengan
tingkah laku dari famili coryphaenids yang memindahkan parasit atau
menghilangkan iritasi kulit dengan cara menggesekkannya.
Freon dan Dagorn (2000), menambahkan teori tentang
rumpon sebagai tempat berasosiasi (association place) bagi jenis-jenis ikan
tertentu. Ikan berkumpul disekitar rumpon untuk mencari makan. Menurut Soemarto
(1962) dalam area rumpon terdapat plankton yang merupakan makanan ikan yang
lebih banyak dibandingkan diluar rumpon. Selanjutnya dijelaskan bahwa perairan
yang banyak planktonnya akan menarik ikan untuk mendekat dan memakannya.
Soedharma (1994) mengemukakan bahwa organisme
yang pertama ada di pelepah daun kelapa adalah perifiton. Hasil penelitian
Yusfiandayani (2004) menemukan bahwa ada sekitar 26 genus perifiton alga yang
teramati disekitar atraktor rumpon dan 9 genus untuk perifiton avertebrata.
Perifiton alga yang ditemukan antara lain Nitzchia, Rhizosolenia, Navicula,
Peridinum, Amphiprora dan Chaetoceros sedangkan perifiton avertebrata yang
ditemukan antara lain Calanus, Balanus, Thysanopoda, Microsetella dan
Typhloscolex.
Selanjutnya dijelaskan bahwa
perifiton mempengaruhi laju perkembangan proses kolonisasi organisme pemangsa
lainnya termasuk juvenil ikan. Selanjutnya dikemukakan bahwa selain perifiton
ditemukan pula 23 jenis fitoplankton dan 6 genus zooplankton. Jenis
fitoplankton antara lain Chaetoceros, Rhizosolenia dan Thysanessa sedangkan
jenis zooplankton antara lain Eutintinus, Eucalanus, Synchaeta dan
Stolomophorus. Kelimpahan fitoplankton dan perifiton di suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang meliputi fisika, kimia dan biologi.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah suhu, kekeruhan, kecerahan, pH,
gas-gas terlarut, unsur hara dan adanya interaksi dengan organisme lain (Odum,
1971).
Menurut Jamal (2003) menyatakan
bahwa parameter fisika/kimia perairan disekitar rumpon berada pada kisaran
normal, yaitu kecepatan arus berkisar antara 0,001- 0,30 m/det, suhu
29,33-30,33OC, salinitas 30-31 ppt, kecerahan 77,33-84,67 % serta oksigen
terlarut 4-4,57 ppm.
Subani (1986) mengemukakan bahwa
ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai tempat
berlindung juga untuk mencari makan dalam arti luas tetapi tidak memakan
daun-daun rumpon tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa adanya ikan di sekitar
rumpon berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon menciptakan suatu
arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga
ketika rumpon dipasang. Kemudian mahluk renik ini
bersama dengan hewan-hewan kecil lainnya, menarik perhatian ikan-ikan pelagis
ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini akan memikat ikan yang berukuran lebih
besar untk memakannya.
Subani, 1986, menyatakan bahwa
rumpon sebagai tempat berlindung banyak ikan-ikan tertentu yang berada
disekitar rumpon berenang pada sisi depan atau belakang atraktor di lihat dari
arah arus. Kadang-kadang mereka bergerak ke kiri dan ke kanan tetapi selalu
kembali ketempat semula demikian juga terhadap arus (sifat ikan umumnya
berenang menentang arus). Sedangkan dari arah lapisan yang lebih dalam terdapat
ikan pemangsa yang berenang ke pertengahan atau permukaan perairan untuk
memangsa ikan yang berukuran lebih kecil. Perilaku bergerombol dari ikan dengan
adanya rumpon maka pemangsa akan mengalami kesulitan dalam menyambar mangsanya
karena ikan yang lemah terlindungi oleh adanya ikan lain dan atraktor.
V. RUMPON SEBAGAI ALAT BANTU DAPAT
MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN
Rumpon sebagai alat bantu untuk
menangkap ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun alaut dalam
dapat meningkatkan hasil tangkapan. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk
menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah
untuk ditangkap. Dengan pemasangan rumpon maka kegiatan penangkpan ikan akan
menjadi lebih efektif dan efisien karena tidak lagi berburu ikan (dengan
mengikuti ruayanya ) tetapi cukup melakukan kegiatan penangkapan ikan desekitar
rumpon tersebut.
Sebagai alat bantu penangkapan ikan,
rumpon berfungsi untuk mengumpulkan kelompok ikan (ikan-ikan pelagis kecil dan
pelagis besar) pada suatu area tertentu sebalum dilakukan penangkapan. Rumpon
di Indonesia telah dikenal sejak dulu yang dikenal dengan berbagai macam
istilah seperti Rabo (Sumater Barat), tendak (Jawa), rumpong (Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan) dan tuasen (Sumatera Utara).
Rumpon perairan dalam sangat
bermanfaat bagi masyarakat nelayan maupun bagi kelestarian ekosistem perairan.
Hal ini disebab karena teknologi rumpon laut dalam atau rumpon perairan ini
memudahkan nelayan atau para penangkap ikan lainnya untuk dapat mengambil ikan
yang berada pada kedalaman diatas 200 meter. Sehingga hasil yang diperoleh juga
akan semakin meningkat.
Sesuai dengan alat tangkap yang
dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap dapat menghemat
waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan
ikan dari dan menuju ke lokasi penangkap
VI. ALAT
TANGKAP YANG DAPAT DIGUNAKAN DISEKITAR RUMPON
Berbagai alat tangkap digunakan di
sekitar rumpon, antara lain alat tangkap :
Rawai tuna atau tuna longline adalah merupakan
rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus.
Huhate (pole and line) khusus
dipakai untuk menangkap ikan cakalang, sering disebut juga pancing cakalang.
Dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar
rumpon.
Handline (pancing ulur) dioperasikan
pada siang hari, kontruksi alat ini sangat sederhana, pada satu tali pancing
utama dirangkaikan 2-mata pancing secara verstikal, dalam pengoperasian alat
ini rumpon sebagai alat pengumpul ikan.
Pukat cincin ( purse seine) adalah jaring yang di
bagian bawah nya di pasang sejumlah cincin atau gelang besi.
Jaring insang (gillnet) adalah
jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di
sepanjang jaring.
6. Dan lain-lainnya.
Sedangkan di Propinsi Maluku Utara
dan Sulawesi, para nelayan telah mulai mengenal rumpon, digunakan untuk memikat
ikan permukaan (pelagic fish), antara lain : ikan selar, ikan layang,ikan
kembung, tuna, dan cakalang agar berkumpul sehingga memudahkan nelayan yang
menggunakan alat tangkap huhate dan pancing, Rumpon merupakan alat penggumpul
ikan yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan, sehingga memudahkan usaha
penangkapannya. Dengan penggunaan rumpon yang tepat maka dapat mempersingkat
waktu operasi, meningkatkan hasil tangkapan, menghemat bahan bakar minyak dan
juga penggunaan rumpon terutama untuk alat tangkap pancing.
VII. A. KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Rumpon atau fish Agregation Device
merupakan suatu alat bantu penangkapan ikan yang telah banyak digunakan oleh nelayan,karena
dapat meningkatkan hasil tangkapan, dimana mempunyai kontruksinya menyerupai
pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat di perairan laut.
Rumpon menjadi metode penangkapan
ikan paling efektif
2. Fungsi rumpon adalah sebagai tempat berlindung,
mencarai makan, memijah, dan berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat
diartikan tempat berkumpulnya ikan di laut, untuk mengefisienkan operasi
penangkapan bagi para nelayan.
3. Syarat-syarat penempatan rumpon di perairan adalah
ikan mudah datang dan berkumpul, aman,
alat tangkap mudah dioperasikan dan secara ekonomi menguntungkan.
4. Alat tangkap yang digunakan di sekitar rumpon,
antara lain alat
tangkap
purse seine, pole and line, rawai tuna, pancing ulur, jaring insang dan
lain-lainya.
5. Jenis ikan yang ada disekitar rumpon pada umumnya
ikan yang berada didaerah perairan permukaan dan hidupnya bergerombolan
seperti : ikan kembung. Ikan lemuru, ikan cakalang,
ikan tuna, ikan tongkol dan lainnya.
Anonim.
2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
Balai Riset
Penangkapan Laut-BRKP, 1996.Musim Penangkpan Ikan Pelagis Besar (ikan Tuna).
http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/96-musim-penangkapan-ikan-pelagis-besar.html
Direktorat
Jenderal Perikanan, 1995. Penggunaan Payaos/rumpon di Indonesia. Jakarta 11
hal.
Dinas
Perikanan Propinsi, 2008. Jenis-jenis Alat tangkap Rumpon.Gema Bina Jawa Barat.
Dinas
Perikanan Propinsi, 2008. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna.Gema
Bina.Jawa
Barat. Warning: mysql_fetch_array(): supplied argument is not a valid MySQL result resource in
/home/smanncom/public_html/detkat.php on
line 73
Gafa dan
Sarjana, 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi
melalui
Penerapan Teknologi Rumpon. Departemen Pertanian. Badan Penlitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta 7
hal.
Jamal, M.,
2003. Studi Pengguaan Rumpon untuk Meningkatkan Produksi Hasil Tangkapan
gillnet dan Bubu Dasar yang dioperasikan di Perairan Kabupaten Sinjai Sulawesi
Selatan. Lutjanus. Jurnal Teknologi Perikanan
dan
Kelautan. Vol 8 No.2, Juli 2003, hal 223-231
Jamal, 2004.
Organisasai dan Komplik dalam Ekspansi of The Fishing Groud
untuk Rumpon
Perikanan oleh Orang Sinjai. Institut Pertanian Bogor
Soedharma,
D. 1994. Suatu Struktur Komunitas Ikan pada Kombinasi Rumpon
Permukaan
dan Rumpon Dasar di Teluk Lampung. Laporan Penelitian
Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal 9-26.
Subani, W.
1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid 1. Lembaga
Penelitian
Perikanan Laut, Jakarta. Hal : 85-104
Subani, W.
1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan
Indonesia
Jurnal Penelitian Perikanan Laut, BPPL, Jakarta, 35: 35-45
Tim
Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987.
Laporan
Akhir Survey Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternate,
Tidore,
Bacan dan sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Yusfiandayani,
R. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis
Kecil di
Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan
Pasauran,
Propinsi Banten. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian
Bogor.
Zulkhasyni
skripsi rumpon ikan pelagis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar