IKAN
PORA-PORA DI DANAU TOBA
Danau
Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar
30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini
merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini
terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama
menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan
Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara (Amnte, 2012). Danau Toba
yang mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2 , dengan total volume air
sekitar 1.258 km3.
Kondisi oligotrofik Danau Toba menyebabkan
daya dukung danau untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti
plankton dan bentos sangat terbatas. Pada aspek hidrologis , Danau Toba
merupakan sebuah kawasan Daerah Tangkapan Air-DTA (Catchment Area) raksasa dan
sangat vital bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Siklus pergantian air
110-280 tahun merupakan salah satu keunikan Danau Toba karena siklus perputaran
air danau-danau sedunia ratarata hanya 17 tahun. Danau Toba merupakan sumber
daya air yang mempunyai nilai yang sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi,
hidrologi, serta fungsi ekonomi. Hal ini berkaitan dengan fungsi Danau Toba
sebagai habitat berbagai jenis organisme air, sebagai sumber air minum bagi
masyarakat sekitarnya, sebagai sumber air untuk kegiatan pertanian dan budidaya
perikanan serta untuk menunjang berbagai jenis industri, seperti kebutuhan air
untuk industri pembangkit listrik Sigura-gura dan Asahan. Selain itu, fungsi
Danau Toba sebagai kawasan wisata yang sudah terkenal ke mancanegara dan sangat
potensial untuk pengembangan kepariwisataan di Provinsi Sumatera Utara.
Danau
Toba juga merupakan suatu perairan yang banyak dimanfaatkan oleh beberapa
sector seperti pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan dan juga merupakan
sumber air minum bagi masyarakat di kawasan Danau Toba. Adanya berbagai aktivitas
di sekitar Danau Toba akan memberikan dampak negatif terhadap ekosistem danau
tersebut, sehingga danau Toba akan mengalami perubahan-perubahan ekologis
dimana kondisinya sudah berbeda dengan kondisi alami yang semula (Barus, 2007).
Ekosistem Kawasan Danau Toba terletak di Pegunungan Bukit Barisan Provinsi
Sumatera Utara. Menurut wilayah administrasi pemerintahan Ekosistem Kawasan
Danau Toba meliputi tujuh kabupaten yaitu : Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Karo (Simanjuntak, 2008). Berbagai
penelitian di Danau Toba memberikan indikasi bahwa telah terjadi penurunan
kualitas air dan perubahan ekologis, khususnya pada lokasi-lokasi yang banyak
terkena dampak dari kegiatan masyarakat (Siagian, 2009).
Pada
perairan Danau Toba ini tempo dulu masih dijumpai ikan asli yaitu ikan batak
dan pora-pora. Tetapi saat ini sudah jarang bahkan mungkin sudah hilang dan
tidak jelas apa penyebabnya. Pada tahun 1996 usaha perikanan di perairan Danau
Toba mulai berkembang dalam bentuk Keramba Jaring Apung (KJA) dan hingga saat
ini mencapai luas ± 440 ha. Walaupun luas perairan yang digarap baru mencapai
0,4% dari ambang luas dan yang diizinkan sebesar 1% dari luas perairan Danau
Toba. Dalam Hidayati (2010), mengatakan bahwa dari beberapa hasil
penelitian di Danau Toba, dijumpai 14
spesies ikan. Informasi yang diperoleh dari nelayan setempat bahwa ikan yang
akhir-akhir ini sering adalah ikan mujahir (Tilapia mossambica), ikan kepala
timah (Aplocheilus panchax), ikan seribu (Lebistes reticulates),ikan
gurami,(Osphronemus goramy), ika sepat (Trichogaster
trichopterus),ikan gabus
(Channa striata), ikan lele (Clarias batrachus), ikan (Cyprinus carpio), dan
ikan nila.selain itu terdapat satu jenis ikan endemik yaitu yaitu ikan yang
hanya terdapat di Danau Toba yang disebut sebagai ikan batak atau “ihan”
(Neolisssochillus thienemannni). Ikan ini berdasarkan kriteria IUCN (International
Union for the Conservation of Nature) sudah diklasifikasikan sebagai terancam
punah (endangered). Jenis ikan ini dahulu sering dihidangkan sebagai sajian
istimewa untuk berbagai acara pesta adat bagi masyarakat setempat, tetapi kini
masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba sudah sangat sulit untuk menemukan
ikan tersebut.
Ikan
pora pora atau ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan endemik
dari Danau Singkarak diintroduksi di Danau Toba pada tahun 2003. Dimana tujuan
dari introduksi tersebut adalah untuk meningkatkan produksi dan menyelamatkan
populasi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) di habitatnya yang baru yaitu
di Danau Toba (Kartamihardja dan Kunto purnomo , 2006). Ikan pora pora
(Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan khas Danau Singkarak. Ikan pemakan
plankton sepanjang 6-12 sentimeter ini hasil dari evolusi selama berjuta-juta
tahun di lingkungan danau itu. Ikatan antara ikan ini dengan danaunya sangat
erat bahkan sampai belum bisa dibudi dayakan di kolam buatan. Suatu kali pernah
ada serombongan peneliti dari Amerika Serikat yang terpikat akan kelezatannya
dan mencoba membudidayakan ikan tersebut menggunakan kolam buatan. Kondisi
lingkungan kolam tersebut dibuat semirip mungkin dengan Danau Singkarak. Tetapi
hasilnya nol besar. Untuk itulah Badan Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta
membawa ikan bilih ini untuk dibudidayakan di Danau Toba (Sumatera Selatan)
sejak enam tahun lalu. Habitat baru ini ternyata cocok bagi ikan bilih untuk
berkembang biak dengan baik. Bahkan ukurannya menjadi lebih besar dari pada yang
hidup di Danau Singkarak, orang Sumatera Selatan lebih mengenalnya dengan
sebutan ikan pora-pora. Dan ikan bilih Danau Toba inilah yang saat ini menjadi
komoditi perdagangan. Bukan hanya di ekspor ke luar negeri, atau dijual di
Jakarta, bahkan yang dijajakan di pinggiran Danau Singkarak sekarang ini tak
lain dan tak bukan adalah ikan bilih budidaya Danau Toba (Tiara, 2009).
Menurut
Kartamihardja dan Kunto purnomo, (2006), ikan pora pora (Mystacoleucus
padangensis) yang diintroduksikan ke Danau Toba dapat tunbuh lebih cepat dan
berkembangbiak serta mempunyai fekunditas yang lebih tinggi dari ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis) yang ada di Danau Singkarak. Makanan utama ikan
pora pora di Danau Toba hampir sama dengan makanan ikan bilih di Danau Singkarak,
yaitu detritus dan fitoplankton sebagai makanan utamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar