FILSAFAT
AKUAKULTUR

Oleh:

P3300214005
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PENDAHULUAN
Apa
yang di katakan oleh Jujun Suriasumantri di dalam bukunya Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer, paling tidak 80% ada benarnya, bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi telah berjasa meberikan kemudahan-kemudahan di dalam mendisain
nasah-naskah ilmiah. Perjalanan sains dan teknologi juga sangat berperan di
dalam pembangunan sistem kelautan dan perikanan di dunia secara global dan
Indonesia pada khususnya.
Pemanfaatan
potensi perikanan laut Indonesia ini walaupun telah mengalami berbagai peningkatan
pada beberapa aspek, namun secara signifikan belum dapat memberi kekuatan dan
peran yang lebih kuat terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan
pendapatan masyarakat nelayan atau petambak Indonesia.Sisi Epistimologisnya
bahwa profil petambak tradisional walaupun pada umumnya cukup terampil
menggunakan peralatan yang dimilikinya dengan sarana budidayaperikanan dan
kemampuan yang sangat terbatas dan seringkali sulit untuk ditingkatkan ke arah
yang lebih modern.
Disini filsafat akuakultur akan mencoba
memberi penerangan terhadap segala permasalahan akuakultur kita. Mungkin Ia bukan solusi jitu namun
ia mampu mengarahkan kita
apa yang seharusnya kita
kaji lebih lanjut. Kesenangan fisik terus-menerus pada suatu titik akan menjadi
sangat memuakkan dan kerja kerasnya sepanjang hari akan tanpa makna jika tidak
selalu direnungkan. Akuakultur perlu dicari akar filosofisnya.
PEMBAHASAN
Filsafat akuakultur dan objek
kajiannya
Akuakultur
bukanlah sebuah ilmu, karena akuakultur merupakan objek formal yang merupakan
bagian dari objek kajian atau sudut pandang ilmu perikanan. Ilmu perikanan
memiliki objek material sebagai berikut:
1.
Lingkungan
2.
Biota
(ikan,udang dll)
3.
Teknologi
1.
Pengertian
Budidaya Perairan
Untuk menjawab ini, pertama kita
harus menyepakati dulu pengertian akuakultur. Budidaya Perairan atau akuakultur yakni kegiatan untuk memelihara, membesarkan
dan atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.
Usaha perikanan yang berupa produksi hasil perikanan melalui budidaya
dikenal sebagai perikanan budidaya atau budidaya perairan (aquaculture)..
Dengan kesepakatan pula kita sebut organisme air itu sebagai ikan (fish) sesuai
definisi FAO.Pertanyaan selanjutnya. Sekarang ini, organisme air apa yang telah
menjadi komoditas bisnis dan akan menjadi komoditas bisnis dan telah dapat pula
dipelihara oleh manusia? berikut ini contoh kategoris dari komoditas tersebut
1.
Ikan bersirip untuk konsumsi :
Salmon, Karper, Sturgeon, Bawal, Baung, Patin, Araipama, Lele, Betok, Sepat,
Gabus, Sidat, Belut, Gurami, Tawes, Nila, Kerapu, Bawal Bintang, Cobia,
Bandeng, Tuna, Kuda Laut, Tangkur Buaya.
2.
Ikan bersirip untuk hiasan : Arwana,
Lou Han, Neon Tetra, Cupang, Guppy, Molly, Ekor Pedang, Discus, Koi, Sepat
Mutiara, Badut/Nemo.
3.
Udang-udangan : Udang Galah, Udang
Penaeid (Windu, Vanname, Putih), Lobster, Yabby, Kepiting, Rajungan.
4.
Hewan Lunak : Kerang hijau, Tiram,
Tiram Mutiara, Kerang Darah, Abalon.
5.
Tumbuhan : Rumput Laut (Gracillaria,
Cottoni, Laminaria).
Praktisi Budidaya Perairan menangkap pesan kebutuhan pasar terhadap ikan
dan berusaha untuk mengembangkan komoditas tersebut dengan memahami bagaimana
membuat wadah pemeliharaan, menyediakan pakan dan menjaga kondisi lingkungan
sehingga selalu sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap komoditas. Kemampuan teknis
ini akan menghasilkan produksi optimal per luasan lahan per waktu. Untuk
memperoleh profit ia akan berusaha menghemat biaya sekecil mungkin dan mencari
cara supaya ikannya dihargai setinggi-tingginya.
2. Pengertian filsafat
2. Pengertian filsafat
Setelah memiliki gambaran tentang
apa itu Budidaya Perairan, kita
beralih pada pengertian filsafat. Filsafat yang secara harafiah berarti
mencintai kebenaran, berusaha memahami pengetahuan hakiki segala yang ada dan
mungkin ada.Karena filsafat berupa pemahaman maka yang diperoleh orang yang
berfilsafat hanya keterangan pikiran karena menjadi lebih tahu (pengetahuan)
oleh karena itu filsafat tidak membuat orang menjadi bisa (keterampilan).Karena
filsafat ingin mengkaji yang hakiki maka pertanyaan-pertanyaan filosofis selalu
mengarah pada yang mendasar, tujuan sebenarnya, dan yang berlaku
universal.
Untuk memudahkan analisisnya,
filsafat harus bersifat proses berpikir yang sistematis untuk itu ia
membutuhkan alat-alat yakni bahasa, logika, dan matematika. Bahasa digunakan
untuk menjelaskan batasan-batasan pernyataan sehingga dapat dikaji
kebenarannya. Logika membantu menunjukkan keberurutan ide satu dengan ide yang
lain, kaitannya, relevansinya dan bagaimana menyimpulkan pernyataan-pernyataan
yang berhubungan. Kemudian, matematika berguna untuk mempersingkat
relasi-relasi pernyataan, sehingga bahasa logika menjadi ekonomis,
menyimpulkannya pun menjadi lebih ringkas.
2.
Filsafat Budidaya
Perairan
Merujuk konsep diatas, filsafat Budidaya Perairan dapat diartikan sebagai
pemahaman secara sistematis,
mendasar, dan menyeluruh tentang segala kegiatan memelihara organisme air yang
bertujuan mendapatkan atau memungkinkan mendatangkan profit atau keuntungan.
Namun karena budidaya perairan
itu berangkat dari alam nyata maka permasalahan yang diajukan dalam filsafat budidaya perairan juga nyata atau
mungkin akan menjadi nyata.
Bekerja sepanjang waktu untuk
memelihara ikan tidak akan membuat kita memahami akuakultur. Kita secara
teratur harus berhenti sejenak dan bermenung diri untuk berusaha memahami apa
yang sebenarnya sedang kita kerjakan itu. Inilah bedanya manusia dengan hewan.
Manusia bisa berefleksi: keluar dan memaknai aktifitas fisiknya, kemudian
memperbaikinya. Akuakulturis yang baik akan membawa kegiatan memelihara ikannya
ke saung-saung rindang untuk mengistirahatkan tubuh dan mengaktifkan pikiran,
berpikir sejenak untuk mencari jawab pertanyaan-pertanyaan dari pengalaman
kesehariannya.
Mengapa ikan Saya hari ini tidak mau
makan ? Dia sedang lebih butuh oksigen dari
pada pakan. Mengapa ikan Saya lebih butuh oksigen ? Warna air terlalu pekat,
fitoplankton terlalu banyak, ikan sudah sedemikian besar. Mengapa demikian ? kotoran telah terurai dan menjadi
pupuk, air tidak pernah diganti, dan biomassa ikan tak dapat lagi ditunjang
oleh oksigen di air. Apa yang harus Saya lakukan ?sedot kotoran, ganti air,
pindah sebagian ikan. Seberapa banyak kotoran yang harus Saya sedot, air yang
harus Saya ganti dan ikan yang harus Saya pindah ?sebanyak-banyaknya sampai
ikan mau makan kembali.
Dengan demikian filsafat akuakultur
itu bersifat dialektis ada tanya jawab. setiap pertanyaan menginginkan jawaban
dan setiap jawaban menimbulkan pertanyaan baru. Khas metode Socrates. Ini juga
salah satu tips untuk menjadi seorang akuakulturis yang baik menurut Boyd
(lihat materi ahli akuakultur) Seberapa banyak pertanyaan berkait yang dapat
Anda jawab sebanyak itulah pemahaman filsafat akuakultur Anda. Kebenaran
jawaban Anda selain tercermin dari logika berpikir yang konsisten juga terbukti
secara nyata di lapangan.
Epistemologi Akuakultur: Bagaimana
cara memperoleh pengetahuan akuakultur ?
Meninjau bahwa akuakultur adalah
pengetahuan empiris maka kita menjadi paham bahwa pengetahuan ini hanya dapat
diperoleh dengan rangsang inderawi.
Fenomenologi.Cara
pertama untuk memahaminya adalah dengan melihat gejala-gejalanya.ruang dan waktu, misalnya di tambak
pada sore hari, membantu kita untuk membuat film (video mental) dalam ingatan
kita. Secara indrawi kita dapat berlatih mengidentifikasi benih bagus dengan
yang tidak dengan melihatcaranya
berenang.kita bisa mengetahui tingkat stress induk dengan merabalendir tubuhnya kita dapat
mengetahui kualitas pakan dengan menciumnya
dan mengecapnya.Kitabisa
memprediksi kerusakan kincir dan pompa air dengan menyimaksuaranya. Daya tangkap indrawi yang membuat video mental
yang sama diantara manusialah, yang membuat kita bisa saling berkomunikasi.
Film ini akan menjadi alat dan bahan untuk perenungan.
Observasi sistematik.Metode
ini menurut adalah metode yang paling tepat untuk diterapkan dalam akuakultur
untuk skala pembesaran. Semua pengambilan data berjalan secara parallel dengan
mengikuti cara budidaya yang biasa dilakukan. Benih diamati kualitasnya,
bagaimana tingkah lakunya ketika ia hidup di kolam, bagaimana cara makannya,
bagaimana nasib kotorannya, apa pengaruhnya pada air dan mikroorganisme.
Data-data historis ini akan menjadi alat utama untuk menjawab pertanyaan nilai
SR, FCR dan SGR yang dihasilkan. Data ini akan menjadi sumber untuk membuat
rekomendasi lebih lanjut cara-cara budidaya selanjutnya atau jenis coba-coba
atau eksperimen apa yang harus dilakukan.
Coba-coba (Trial and Error).Coba-coba
adalah salah satu ciri utama sains teknik.Bahkan dalam penyempurnaan sinar
laser pun demikian.Dengan rekaman film yang sedemikian banyak, akuakulturis
berpengalaman kemudian memotong dan menggabungkannya menjadi film baru dalam
benaknya.Mereka mencoba mewujudkan film itu dalam kenyataan. Tepat atau tidak
hasilnya akan menjadi bahan pertimbangan kembali dalam pembuatan film dan
implementasi berikutnya. Tidak heran jika para engineer dan praktisi di
lapangan lebih sering memberikan solusi dibanding para saintis. Kita sebut
proses mental ini sebagai eksperimen
imajiner.
Eksperimen.Jika
semua permasalahan sulit dipecahkan dengan coba-coba karena banyaknya variable
yang berperan maka cara selanjutnya adalah dengan meniadakan pengaruh faktor
lain selain faktor yang ingin diteliti untuk melihat pengaruh factor yang
dipertanyakan. Sebagai contoh, seorang akuakulturis ragu apakah salinitas
benar-benar berpengaruh pada pertumbuhan udang ukuran 4-20 gr. Keraguan ini
timbul karena pengalamannya yang berhasil rendah pada salinitas tinggi namun
bertentangan dengan pengalaman akuakulturis lain yang memelihara udang di
salinitas tinggi. Keyakinan salinitas rendahnya akan berefek pada biaya
tambahan untuk mengangkat air tanah dengan pompa. Jika berpengaruh maka
pengaruhnya seberapa besar dan apakah seimbang dengan biaya tambahan untuk
treatment salinitas yang dikeluarkan. Jika tidak maka apa yang salah dengan
cara pemeliharaan udang sebelumnya.
Pengendalian semua faktor selain faktor
kunci seringkali sangat sulit diterapkan dan akibatnya eksperimen-eksperimen
outdoor membawa hasil yang variatif. Hanya kejelian, ketekunan dan pengalaman
meneliti yang dapat membuahkan hasil dari mencari pengetahuan dengan cara
seperti ini. Sebaliknya eksperimen-indoor seringkali tidak membawa hasil
praktis karena perlakuannya di lingkungan yang terbatas sama sakali tidak
mewakili kondisi lingkungan sesungguhnya. Kedua-duanya memiliki kelemahan
karena meneliti sebagian kecil factor dari banyaknya factor lain hanya karena
alasan kerumitan jika harus meneliti banyak factor sekaligus.
Aksiologi Akuakultur: untuk apa mempelajari
akuakultur
Perkembangbiakan manusia tidak bisa
dihentikan kecuali dengan sesuatu yang tak beradab: dipaksa tak beranak,
peperangan global, kematian karena kelaparan, bencana alam universal, dan wabah
yang mendunia. Akuakultur sebagai penghasil pangan akan berperan sangat penting
saat itu. Itu saja jika akuakultur masih layak hidup karena pengalihan
prioritas penggunaan bahan pakan ikan untuk manusia, tekanan polusi air,
prioritas penggunaan lahan untuk pemukiman dan ancaman kekacauan sosial. walau itu pasti terjadi kita harus
tetap optimis.
Posisi akuakultur cukup unik karena
akuakultur mempelajari dunia air yang tidak pernah didiami manusia sehingga
butuh ketekunan yang lebih baik. Namun air juga ibu dari makhluk hidup sehingga
sekali ada makanan maka kehidupan akan cepat sekali tumbuh di air berkompetisi
dengan ikan peliharaan dan kadang kala membunuhnya. Kita mempelajari akuakultur
untuk menyediakan sumber pangan alternative bagi manusia, mengembangkan cara
melestarikan hewan air dan meningkatkan nilai tambahnya sebagai alat hiburan tentu saja ikut menjaga ingkungannya
Memahami akuakultur juga membantu
kita untuk sadar pentingnya daya dukung lingkungan, perannya dalam
kesejahteraan kita dan peran makhluk hidup lain yang terpengaruh oleh aktivitas
kita. Coba kita lihat ikan dalam sebuah bak kecil yang dengan cepatnya menjadi
keracunan oleh kotorannya sendiri atau mati karena berkembangnya mikroorganisme
penyebab penyakit. Sebuah
cermin yang amat jernih.
Belajar akuakultur, terutama dalam
pemeliharaan ikan di tambak, membuat kita semakin bijak bahwa kita sangat
saling bergantung secara berantai dan kehilangan satu mata rantai maka rantai
itu tak lagi dapat menjalankan kendaraan. Renungkanlah kesalingbergantungan
antara kotoran-mikroorganisme-zooplankton-avertebrata-ikan dalam ekosistem
tambak, maka akan kita dapati pemahaman indah tentang yang mati berubah menjadi
hidup dan sebaliknya. Rantai jaman tetap berputar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012 .http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/10/filsafat-akuakultur-mencari-sisi.html.
Diakses pada tanggal 31 oktober 2012
Anonim. 2012 http://idiyl4kbar.blogspot.com/2010/01/filsafat-ilmu-dunia-perikanan.html. Diakses
pada tanggal 31 oktober 2012
Bakhtiar,A.
Filsafat Ilmu. Rajawali Pers. Jakarta 2012
Sumantri,J.S. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. 1982
Tidak ada komentar:
Posting Komentar