Sabtu, 04 Maret 2017

KAN PELANGI MERAH DI DANAU SENTANI

IKAN PELANGI MERAH DI DANAU SENTANI
Danau Sentani dengan luas ± 9.360 ha terletak di Kabupaten Jayapura. Keaneka-ragaman sumberdaya hayati ikan air tawar di danau ini terdiri atas lima belas jenis ikan, sehingga danau ini merupakan pemasok ikan air tawar untuk konsumsi penduduk di sekitarnya. Delapan jenis ikan diantaranya adalah ikan asli dan salah satunya adalah ikan pelangi merah (Glossolepis incisus) yang merupakan ikan endemik di Danau Sentani (Allen, 1991). Ikan ini digemari sebagai ikan hias terutama ikan jantan yang berwarna merah cerah.
Pada tahun 1996, ikan pelangi merah telah terdaftar dalam Redlist IUCN sebagai spesies ikan yang mengalami ancaman kepunahan dengan status rentan (vulnerable A2ce) (IUCN, 2007). Diduga ikan pelangi merah mengalami penurunan populasi yang disebabkan kompetisi terhadap makanan dan habitat pemijahan dengan ikan introduksi yang ditemukan di danau ini dan menurunnya kualitas lingkungan perairan Danau Sentani serta penebangan hutan untuk pembangunan jalan dan perluasan pemukiman yang menyebabkan menurunnya luas tutupan hutan sebagai daerah tangkapan air (Allen, 1991; Allen et al., 2002; Polhemus et al., 2004).
Jenis ikan asli danau Sentani adalah sebagai berikut :








Jenis ikan introduksi di danau Sentani adalah sebagai berikut :
Beberapa penelitian mengenai ikan pelangi merah ini telah dilakukan seperti taksonomi dan distribusi (Allen, 1991), pengaruh jenis pakan terhadap warna (Sulawesty, 1997), kekerabatan beberapa spesies ikan pelangi (Said et al., 2005) dan keanekaragaman genetiknya (Said & Hidayat, 2005). Namun penelitian tersebut masih terbatas pada skala laboratorium, sedangkan informasi tentang ekologi dan biologi ikan pelangi merah di habitatnya belum tersedia. Informasi mengenai biologi reproduksi berperan sebagai landasan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
Spesies ikan yang berasal dari famili Melanotaeniidae umumnya tergolong pemijah bertahap, tidak mengasuh anaknya (Milton & Arthington, 1984; Huword & Hughes, 2001; Pusey et al., 2001; McGuigan et al., 2005) dan memperlihatkan pola pemijahan yang bervariasi berdasarkan musim yaitu pada musim basah (Allen, 1991 in Huword & Hughes, 2001), musim kering (Humphries et al., 1991) dan sepanjang waktu (Pusey et al., 2001).


Berikut kategori perkembangan dan kematangan gonad ikan pelangi merah :










Gonad ikan pelangi merah secara anatomis, testes dan ovarium terdiri atas satu lobus. Menurut Miller (1984), testes dan ovarium pada sebagian besar ikan Teleostei berupa sepasang lobus yang terletak di rongga tubuh. Namun, pada sebagian jenis ikan lain, testes dan ovarium yang berkembang hanya satu lobus. Lobus tunggal juga ditemukan pada ikan opudi (Telmatherina antoniae) di Danau Matano (Sumassetiyadi, 2003), ikan Atherina presbyter di Pulau Canary (Pajuelo & Lorenzo, 2004), ikan rainbow selebensis (T. celebensis) di Danau Towuti (Nasution, 2005) dan ikan beseng-beseng (T. ladigesi) di beberapa sungai di Sulawesi Selatan (Nasution et al., 2006).
Reproduksi ikan pelangi merah di Danau Sentani terjadi saat ikan telah mencapai tingkat kematangan tertinggi pada ukuran pertama kali matang gonad (L50) pada ikan jantan 99,5 mm dan betina 99,2 mm Hal ini menggambarkan kematangan pada ikan pelangi merah jantan dan betina terjadi pada ukuran yang relatif sama.
Selain itu, pencapaian ukuran pertama kali matang gonad (L50) dapat juga berbeda pada ikan jantan dan betina seperti yang ditemukan pada ikan Atherinisoma presbyteroides, A. elongata, A. wallacei, Allaneta mugilloides, dan Pranesus ogilby (Ordo Atheriniformes) yang dicapai pada ukuran 40-85 mm (Prince & Potter, 1983), Glossolepis multisquamatus betina pada ukuran 63 mm dan jantan 67 mm (Coates, 1990), ikan Atherina presbyter jantan mencapai ukuran pertama kali matang gonad (L50) pada ukuran 65,4 mm dan betina 73,1 mm (Moreno et al., 2005). Ikan bonti-bonti (Paratherina striata) jantan di Danau Towuti mencapai matang gonad untuk pertama kalinya pada ukuran 167,8 mm dan betina 146,1 mm (Nasution et al., 2008). Kondisi ini diduga berkaitan dengan pertumbuhan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta taktik reproduksinya.
Klsifikasi
Domain           : Eukaryota
Kingdom          : Animalia
Subkingdom    : Bilateria
Branch            : Deuterostomia
Infrakingdom   : Chordonia
Superphylum  : Deuterostomia
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Infraphylum     : Gnathostomata
Superclass      : Gnathostomata
Class               : Osteichthyes
Subclass         : Actinopterygii
Infraclass        : Actinopteri
Cohort             : Clupeocephala
Superorder      : Atherinomorphae
Order               : Atheriniformes
Suborder         : Atherinoidei
Infraorder        : Atherinoida
Family             : Melanotaeniidae
Genus             : Glossolepis
Specific name : incisus
Scientific name: - Glossolepis incisus 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);