Dosen
Prof.Dr, Ir. Aris Baso,
MS
VALUASI EKONOMI PERIKANAN
VALUASI
EKONOMI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG
(Economic Valuation on Punti Kayu
Recreation Park Palembang)*
Oleh/By:
Bambang Tejo Premono dan/and Adi
Kunarso
IBNU MALKAN HASBI
P3300214005
PROGRAM MAGISTER ILMU PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
sebagai negara tropis me-miliki keanekaragaman hayati (biodiver-sity) terbesar
ketiga di dunia, baik meli-puti daratan, udara, dan perairan. Potensi yang
dimiliki tersebut memiliki peranan yang penting dalam pengembangan
kepa-riwisataan khususnya wisata alam. Poten-si Obyek dan Daya Tarik Wisata
Alam (ODTWA) yang dimiliki berupa keaneka-ragaman flora dan fauna, keunikan budaya
tradisional, bentang alam, gejala alam, dan peninggalan sejarah yang
kesemua-nya dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan
kegiatan pariwisata alam mempunyai dampak positif dan ne-gatif, baik dari segi
ekonomi, sosial, ling-kungan dan masyarakat sekitar. Dampak positif dalam
pengembangan dapat beru-pa peningkatan pendapatan masyarakat, menambah pendapatan dan devisa nega-ra, membuka
kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar serta meningkat-kan
kesadaran masyarakat akan arti pen-ting konservasi sumberdaya alam. Dam-pak
negatif yang sering muncul dalam pe-ngembangan kegiatan kepariwisataan ini
berupa tindakan pengrusakan (vandalis-me) terhadap obyek wisata tersebut, baik
bangunan maupun obyek alamnya.
Menurut
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya, kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan
tujuan utama untuk diman-faatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Adapun
kriteria untuk penunjukan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata alam (TWA)
adalah sebagai beri-kut:
1.
Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem geja-la alam
serta formasi geologi yang menarik;
2.
Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya
tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
3.
Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pa-riwisata alam.
Hutan
sebagai barang publik membe-rikan tiga macam nilai yaitu: (1) nilai ka-rena
digunakan (user value) seperti orang mengunjungi hutan tersebut, (2) nilai
pi-lihan (option value) seperti dalam hal memberikan kepuasan karena adanya
hu-tan tersebut, dan (3) nilai keberadaan (existence value) yang merupakan
kepu-asan seseorang di atas nilai penggunaan dan nilai pilihannya, dari hanya
mengeta-hui bahwa hutan tersebut ada dan bahwa orang lain dan generasi yang
akan datang yang ingin melihat hutan tersebut dapat melakukannya (Suparmoko,
2005).
Penilaian
(valuation) sumberdaya alam adalah alat ekonomi yang diguna-kan untuk
mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh sum-berdaya
alam melalui teknik penilaian tertentu. Barang dan jasa yang dihasilkan dari
sumberdaya alam dan lingkungan se-perti nilai rekreasi, nilai keindahan, dan
sebagainya yang tidak dapat diperdagang-kan dan sulit mendapatkan data mengenai
harga dan kuantitas dari barang dan jasa tersebut. Nilai yang dihasilkan dari
sum-berdaya alam dapat dikategorikan dalam nilai guna ordinal, karena manfaat
atau kenikmatan yang diperoleh dari meng-konsumsi barang-barang tidak dapat
di-kuantifikasikan (Sukirno, 2004). Pende-katan yang digunakan untuk menilai
(va-luation) terhadap sumberdaya alam dan lingkungan dengan teknik pengukuran
ti-dak langsung (indirect) menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost
Method/TCM). Pendekatan biaya perja-lanan merupakan metode valuasi dengan cara
mengestimasi kurva permintaan ba-rang-barang rekreasi terutama rekreasi lu-ar
(outdoor recreation).
Manfaat
ekonomi taman wisata alam selama ini belum banyak diketahui secara pasti karena
sifatnya yang intangible (ti-dak terukur). Penilaian terhadap taman wisata alam
sangat penting untuk dike-tahui sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
dan pengelolaan yang berkelanjutan. Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu
merupakan salah satu kawasan taman wisata alam yang cukup potensial dan
mempunyai prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan, namun kurang didukung
dengan data dan informasi yang komprehensif. Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu
merupa-kan salah satu lokasi wisata alam yang ada di Kota Palembang, Sumatera
Se-latan. Kawasan ini telah mengalami per-ubahan peruntukan, dari kebun
percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata alam. Sejak tahun 1999, pengelolaan.
taman
wisata alam ini dilakukan oleh pi-hak ketiga (swasta) di bawah pengawasan Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan.
Pemanfaatan
hasil hutan nonmarket-able seperti TWA Punti Kayu sering ti-dak diukur
(terabaikan) dalam menghi-tung kontribusi nilai ekonomi hutan, akibatnya data
tentang nilai ekonomi kuanti-tatifnya masih sangat kurang atau bahkan belum
ada. Oleh sebab itu, maka perlu di-lakukan penghitungan nilai ekonomi TWA Punti
Kayu sebagai bahan pertim-bangan dalam perencanaan dan pengelo-laan TWA Punti
Kayu di masa mendatang.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang: (1) karak-teristik
pengunjung TWA Punti Kayu yang mempengaruhi permintaan rekreasi, (2)
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke TWA Punti Kayu, (3) menduga
persamaan permintaan man-faat rekreasi dari TWA Punti Kayu, (4) valuasi ekonomi
TWA Punti Kayu.
II. METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di TWA Punti Kayu Palembang yang secara administrasi pemerintahan
terletak di Keca-matan Sukarame, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Penelitan ini dila-kukan antara bulan Agustus sampai dengan September 2007,
meliputi kegiatan wawancara terhadap pengunjung TWA Punti Kayu dan pengumpulan
data sekun-der. Taman Wisata Alam Punti Kayu di-pilih karena merupakan
satu-satunya sa-rana rekreasi alam di Kota Palembang yang memiliki jumlah
kunjungan yang cukup besar dan segmen pengunjung yang sangat beragam. Dengan
pengelola-an yang baik TWA Punti Kayu dapat menjadi sumber pendapatan daerah
yang potensial.
B.
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data meliputi data pri-mer dan data sekunder. Pengumpulan da-ta primer
dilakukan dengan menggunakan teknik incendental sampling (responden
merupakan seseorang yang kebetulan di-jumpai atau ditemui saat itu), melalui
wa-wancara dengan bantuan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari PT Indosuma
Pu-tra Citra sebagai pengelola TWA Punti Kayu, BKSDA Sumatera Selatan, Badan
Pusat Statistik, dan instansi terkait lain-nya. Data ini meliputi karakteristik
obyek rekreasi seperti letak, luas, keadaan biolo-gis, potensi wisata,
aksesibilitas, fasilitas rekreasi, jumlah pengunjung setiap tahun, jumlah
penduduk, daerah asal serta jum-lah penduduk per kecamatan dan per ka-bupaten
di Provinsi Sumatera Selatan.
C.
Analisis Data
Data
yang diperoleh dikelompokkan menurut daerah asal pengunjung, kemu-dian
dianalisis secara deskriptif, selanjut-nya digunakan untuk
menentukan/meng-hitung besaran:
1.
Faktor-faktor yang berpengaruh ter-hadap kunjungan ke TWA Punti Ka-yu. Untuk
menentukan faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh ter-hadap permintaan
produk dari jasa lingkungan rekreasi wisata alam digu-nakan analisis linier
berganda. Model umum regresi linier berganda adalah:
Y=
βo+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+μ
Keterangan
:
Y :
Permintaan rekreasi; βo : Intersep; β1 s.d β6 : Koefisien regresi yang akan
dihitung; X1 : Biaya perjalanan; X2 : Pendapatan/uang saku per bulan; X3 ;
Jumlah penduduk keca-matan asal pengunjung; X4 : Pendidikan; X5 : Umur; X6 :
Jumlah waktu kerja per hari; μ : Disturbance term.
Agar
didapatkan hasil Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE), model
analisis regresi berganda dilakukan evaluasi ekonometri dengan asumsi klasik
yaitu uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorela-si.
2.
Penilaian (valuasi) ekonomi TWA Punti Kayu. Pendekatan yang diguna-kan yaitu
menggunakan metode biaya perjalanan (TCM). Penilaian pende-katan ini
dengan menghitung biaya perjalanan yang dikeluarkan pengun-jung selama kegiatan
rekreasi, mulai dari berangkat sampai kembali lagi ke tempat asal dan
pengeluaran lain sela-ma di perjalanan dan di dalam tempat rekreasi, antara
lain mencakup kon-sumsi, karcis, dokumentasi, dan par-kir.
3.
Menyusun persamaan permintaan re-kreasi di TWA Punti Kayu dengan pendekatan
metode biaya perjalanan (TCM), menggunakan kurva permin-taan yang
merupakan hubungan anta-ra jumlah kunjungan per 1.000 pendu-duk daerah (zona)
pengunjung dengan biaya perjalanan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
menentukan fungsi permintaan tersebutadalah ber-dasarkan Bahruni (1993) dalam
Dji-jono (2002):
a.
Menentukan jumlah kunjungan tahun 2006/2007
b.
Menduga distribusi (persentase) dae-rah asal pengunjung berdasarkan sensus
pengunjung di pintu masuk:
Pi=JCi/nx100%
Keterangan:
Pi :
Persentase kunjungan dari daerah (zona)
i
JCi
: Jumlah kunjungan contoh dari zona i
n :
Jumlah total kunjungan contoh (jumlah
contoh)
c.
Menentukan jumlah kunjungan per ta-hun dari daerah (zona) tertentu (JKi)
JKi=Pi
x JKT
Keterangan:
JKi
: Jumlah kunjungan per tahun dari daerah
(zona) i
Pi :
Jumlah pengunjung zona i
JKT :
Jumlah kunjungan pada tahun tertentu
d.
Menentukan jumlah kunjungan dari zona tertentu per 1.000 penduduk (Yi)
Yi=JKi/JPix100%
Keterangan
:
Yi :
Jumlah kunjungan dari zona i
JKi
: Jumlah pengunjung zona i
JPi
: Jumlah penduduk kecamatan asal pengunjung per 1.000 orang zona ke-i
e.
Menentukan biaya perjalanan rata-rata dari zona tertentu (X1i) yang ditentu-kan
berdasarkan biaya perjalanan responden (Bpi)
Xli=
Xi/ni
Keterangan
:
X1i
: Biaya perjalanan rata-rata dari zona i
Xi :
Biaya perjalanan responden zona i
ni :
Jumlah responden zona i
f.
Menentukan nilai ekonomi dengan pe-ngunjung per 1.000 penduduk sebagai penduduk
Y dan biaya perjalanan wi-sata sebagai X1
4.
Nilai ekonomi didapatkan dari persa-maan fungsi permintaan dengan meng-hitung
nilai total kesediaan berkorban, nilai yang dikorbankan dan surplus konsumen
pengunjung yang berkun-jung ke TWA Punti Kayu dilakukan dengan mengkonversi
nilai tersebut dengan total jumlah penduduk di selu-ruh zona pengunjung dengan
formula sebagai berikut:
Total
Nilai= Nilai rata-rata x Jumlah penduduk/1000
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Lokasi Penelitian
1.
Letak dan Luas
Taman
Wisata Alam Punti Kayu se-cara geografis terletak antara 103º11’- 103º40” BT
dan 3º11’- 3º12’ LS. Secara administrasi pemerintahan, TWA Punti Kayu terletak
di dalam wilayah Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam…(B. T. Premono; A.
Kunarso) 17
2. Topografi
Secara umum keadaan lapangan di kawasan TWA Punti Kayu adalah
meru-pakan daerah yang datar sampai berge-lombang dengan ketinggian antara 3-20
m dpl. Kelerengan sebagian besar datar (0-8%) dan sebagian kecil landai
(8-15%). Daerah yang tinggi seluas 33,7 ha merupakan tanah kering yang
ditumbuhi hutan pinus, sedangkan sisanya merupa-kan tanah rawa seluas 6,2 ha yang
ditum-buhi semak belukar. Curah hujan bulanan di TWA Punti Kayu dan wilayah
sekitarnya berkisar an-tara 42-442 mm, dengan angka curah hu-jan tahunannya
sebesar 2.385 mm. Jum-lah hari hujan bulanan di TWA Punti Ka-yu berkisar antara
7-19 hari dengan jum-lah hari hujan setahunnya sebesar 154 ha-ri. Berdasarkan
data curah hujan dan hari hujan tahunannya, maka dapat dihitung intensitas
hujan rata-rata sebesar 15,5 mm/jam. Suhu rata-rata bulanan berkisar antara
26,0-27,0ºC dengan kelembaban udara tahunannya sebesar 86% (BKSDA, 2003).
3. Flora dan Fauna
a. Flora
Kawasan TWA Punti Kayu terdiri da-ri vegetasi hutan pinus (Pinus
merkusii), hutan rawa, tanaman penghijauan, semak belukar, dan alang-alang.
Jenis tumbuhan yang mendominasi kawasan tersebut ada-lah pinus, sedangkan jenis
lainnya adalah mahoni (Swietenia mahagoni), kayu putih (Melaleuca
leucadendron), akasia (Aca-cia auriculiformis), dan simpur (Dillenia
sp.). Tanaman penghijauan/peneduh yang ditanam pada kawasan yang dibuka dan
pinggir jalan, antara lain akasia (Acacia mangium) dan gmelina (Gemelina
arbo-rea) (BKSDA, 2003).
Jenis tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan rawa, antara lain
nipah (Nypa fruticans), waru (Hibicus sp.), dan pada bagian rawa
yang digenangi air terdapat bunga teratai (Nymphaea nouchali). Tumbuhan
bawah terdiri dari semak be-lukar (Melastoma sp.) dan alang-alang (Imperata
cylindrica) (BKSDA, 2003).
b. Fauna
Fauna yang dapat dijumpai di dalam kawasan TWA Punti Kayu
terdiri dari ti-ga kelas, yaitu mamalia, aves, dan reptil. Jenis-jenis dari
kelas mamalia di antara-nya beruk (Macaca nervistrina), kera ekor
panjang (Macaca fascicularis), be-ruang madu (Helarctos malayanus),
dan owa (Hylobates sp.). Kelas aves di anta-ranya burung raja udang (Alcedo
coco-erulesceus), merak (Pavo muticus), kaka-tua jambul kuning (Cacatua
gallerita tri-toni), kucica (Turdus obscuris), dan pren-jak (Philloscopus
sarasinorum). Kelas reptilia di antaranya biawak (Vorarus sal-vator)
dan ular piton (Phyton sp.). Satwa-satwa ini dibedakan menjadi tiga
katego-ri, yaitu satwa sebagai atraksi, satwa un-tuk di kandang, dan satwa yang
dilepas/ bebas di alam (BKSDA, 2003).
4. Aksesibilitas
Taman Wisata Alam Punti Kayu ter-letak pada ruas jalan
provinsi yang meng-hubungkan Kota Palembang dengan Ban-dara Sultan Mahmud
Badarudin II. Akse-sibilitas lokasi kawasan tersebut ke pusat Kota Palembang
sangat tinggi karena le-taknya hanya sekitar enam km dan kenda-raan umum
seperti bis kota dan angkutan kota tersedia sepanjang waktu (pagi hing-ga malam
hari).
B. Karakteristik Pengunjung
Taman Wisata Alam Punti Kayu me-rupakan salah satu potensi
wisata alam yang ada di Kota Palembang dan menjadi daya tarik bagi pengunjung,
baik dari da-lam kota dan luar Kota Palembang. Karakteristik
pengunjung akan mempe-ngaruhi pengembangan ekowisata (rekre-asi) dan permintaan
pasar ekowisata. Pe-ngaruh tersebut merupakan hubungan an-tara kebutuhan wisata
dengan kemampu-an ekonomi pengunjung.
Secara
umum pengunjung di TWA Punti Kayu didominasi oleh kalangan muda-mudi (umur
rata-rata 21,4 tahun) dengan pendidikan menengah ke atas. Penghasilan per bulan
pengunjung TWA Punti Kayu rata-rata sebesar Rp 703.571. Karakteristik
pengunjung selengkapnya meliputi umur, pendidikan, penghasilan/ uang saku,
biaya konsumsi, dan waktu kerja per hari disajikan pada Tabel 1.
Dari
Tabel 1 dapat dilihat variasi pe-ngunjung yang datang ke TWA Punti Ka-yu mulai
dari umur, pendidikan, pengha-silan, biaya konsumsi per hari sampai waktu kerja
per hari, sehingga dapat dika-takan TWA Punti Kayu sebagai tempat rekreasi alam
yang terbuka bagi siapa sa-ja.
C.
Distribusi dan Motivasi Pengun-jung
Pengunjung
TWA Punti Kayu berda-sarkan jenis kelamin memiliki persentase yang hampir
seimbang antara laki-laki (53,63%) dan perempuan (46,36%). Pe-ngunjung
berdasarkan cara kunjungan umumnya datang berdua dengan teman atau kerabat
(42,72%), bersama rom-bongan (27,27%), dan sendiri (5,45%). Adapun tujuan utama
kunjungan ke TWA Punti Kayu adalah untuk rekreasi, meng-hilangkan kejenuhan
(61,81%), menik-mati pemandangan dan hewan (33,63%) serta tujuan lainnya,
seperti aktivitas pe-motretan dan acara perpisahan (4,54%).
Motivasi
menjadi faktor pendorong seseorang untuk melakukan suatu tindak-an dalam
mencapai tujuan yang diingin-kan, begitu pula dengan pengunjung di TWA Punti
Kayu. Proporsi motivasi pe-ngunjung dapat dilihat pada Tabel 2. Frekuensi kunjungan dipengaruhi oleh tingkat
kepuasan pengunjung terha-dap TWA Punti Kayu dan keterbatasan obyek wisata alam
yang ada. Proporsi frekuensi kunjungan pengunjung di TWA Punti Kayu dapat
dilihat pada Tabel 3. Proporsi
pengunjung berdasarkan je-nis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 4. Kelompok
pengunjung pelajar, maha-siswa, dan wiraswasta yang besar menun-jukkan bahwa
waktu kerja yang sedikit menyebabkan mereka dapat menikmati rekreasi untuk
mengisi waktu luang.
Jenis kendaraan yang digunakan
pe-ngunjung di TWA Punti Kayu, sebagian besar adalah sarana transportasi umum
(43,63%), sepeda motor (26,36%), mobil pribadi (13,63%), dan kendaraan sewaan
(16,36%). Akses untuk mencapai lokasi TWA Punti Kayu yang mudah menye-babkan
banyak pengunjung mengguna-kan transportasi umum dan sepeda motor untuk
mencapai lokasi.
D.
Nilai Ekonomi Wisata
Penentuan
nilai ekonomi untuk sum-berdaya alam dan lingkungan seperti wi-sata alam
dilakukan secara tidak langsung dengan pendekatan metode biaya perja-lanan (TCM).
Pendekatan ini untuk meni-lai manfaat yang diberikan dengan ada-nya suatu
kawasan wisata seperti hutan, danau, dan sebagainya (Suparmoko, 2005).
Perhitungannya berdasarkan be-sarnya biaya yang dikeluarkan untuk me-lakukan
kunjungan wisata ke tempat wi-sata. Biaya yang dikeluarkan meliputi bi-aya
transportasi pulang-pergi, biaya kon-sumsi selama kegiatan wisata, biaya
do-kumentasi, dan biaya lainnya (seperti kar-cis masuk, asuransi, dan parkir).
Pengun-jung dengan tempat tinggal yang dekat dengan daerah wisata alam akan
mem-bayar biaya transportasi yang lebih murah daripada mereka yang tinggal
dengan ja-rak yang lebih jauh. Hal ini juga akan di-pengaruhi oleh jenis
transportasi yang di-gunakan (Lowe and Lewis, 1980; Supar-moko, 2005).
Untuk
memproyeksikan nilai ekono-mi wisata alam dengan pendekatan meto-de biaya
perjalanan, maka dilakukan sis-tem zonasi berdasarkan daerah asal, de-ngan
asumsi untuk pengunjung dari zona yang sama akan mengeluarkan biaya transportasi
yang sama. Semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan
fasilitas rekreasi, maka pengunjung lebih banyak mengeluarkan biaya perjalanan
dibandingkan dengan yang tinggal dekat obyek tersebut. De-ngan demikian, mereka
yang bertempat tinggal lebih dekat dan biaya perjalanan-nya lebih rendah akan
memiliki surplus konsumen yang lebih besar.
Berdasarkan
sistem zonasi tersebut, maka pengunjung TWA Punti Kayu diba-gi menjadi 16 zona.
Besarnya biaya per-jalanan yang terdiri dari biaya transporta-si, biaya
konsumsi, dan biaya lainnya da-pat dilihat dari Tabel 5.
Data
jumlah penduduk per kecamatan didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Kome-ring Ilir, Musi Banyuasin, dan Kota Pa-lembang.
Jumlah kunjungan dari masing-Vol. VII No.1 : 13-23, 2010 20 masing zona sangat
bervariasi antara 3-12 orang. Jumlah kunjungan dari masing-masing zona kemudian
ditransformasi menjadi jumlah kunjungan per 1.000 pen-duduk. Besarnya jumlah
kunjungan per 1.000 penduduk dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel (Table) 5.
Biaya perjalanan pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu, Sumatera Selatan
masing-masing zona (Visitor travel cost of Punti Kayu Recreation Park, South
Sumatra by zone)
Tabel (Table) 6. Jumlah pengunjung
Taman Wisata Alam Punti Kayu, jumlah penduduk, biaya perjalanan wisata alam,
dan jumlah pengunjung per 1.000 penduduk masing-masing zona (Number of
visitor of Punti Kayu Recreation Park, population, travel cost, and number of
visitor per 1,000 inhabitants by zone)
Nilai
ekonomi wisata alam ditentukan melalui karakteristik pengunjung yang
mempengaruhi tingkat kunjungan berda-sarkan biaya perjalanan, pendapatan/uang
saku, jumlah penduduk per zona asal pe-ngunjung, pendidikan, umur, dan waktu
kerja. Nilai dari tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan karakteristik
pengunjung lainnya yang dikategorikan berdasarkan zonasi dapat dilihat pada
Tabel 7.
Untuk
mengetahui pengaruh faktor biaya perjalanan, pendapatan/uang saku, jumlah
penduduk, pendidikan, umur, dan waktu kerja terhadap jumlah kunjungan seperti
pada Tabel 8, digunakan analisis kuantitatif dengan model regresi bergan-da.
Dari hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi
dida-patkan model persamaan regresi sebagai berikut : Y = 2,763 + 2,428e -
0,5X1 -1,63e0,5X3 - 0,376X6.
Berdasarkan
hasil analisis regresi pa-da Tabel 8 didapatkan hasil bahwa faktor biaya
perjalanan, jumlah penduduk per
Keterangan
(Remarks) :
Y
: Jumlah pengunjung per 1.000 penduduk (orang)
X1
: Biaya perjalanan (rupiah)
X2
: Pendapatan/uang saku per bulan (rupiah)
X3
: Jumlah penduduk kecamatan asal pengunjung (orang)
X4
: Pendidikan ( tahun)
X5
: Umur (tahun)
X6 :
Jumlah waktu kerja per hari (jam)
kecamatan,
dan jumlah waktu luang me-miliki pengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan.
Hanya faktor biaya perjalanan yang memiliki pengaruh positif terhadap
kunjungan, sedangkan faktor jumlah pen-duduk per kecamatan dan jumlah waktu
kerja memiliki pengaruh negatif. Nilai koefisien determinasi (r2) dari Tabel 8
di-dapatkan nilai positif (0,767). Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas
(biaya perjalanan, pendapatan, jumlah penduduk kecamatan, pendidikan, umur, dan
jumlah waktu kerja) mampu menje-laskan variasi perubahan pada variabel terikat
(jumlah pengunjung) sebesar 76,7%; sisanya dipengaruhi oleh varia-bel-variabel
lain yang tidak dilibatkan da-lam penelitian ini.
Hasil
dari regresi merupakan fungsi permintaan produk rekreasi terhadap bia-ya
perjalanan, digunakan sebagai acuan untuk menyusun kurva permintaan guna
menduga nilai ekonomi wisata alam. Pen-dugaan nilai ekonomi wisata TWA Punti
Kayu menggunakan biaya perjalanan de-ngan menganggap variabel lainnya tetap
(digunakan nilai rata-rata), karena biaya perjalanan dapat menggambarkan
kese-diaan membayar dari konsumen, merupa-kan biaya yang harus dikorbankan
konsu-men untuk mendapatkan jasa rekreasi alam tersebut. Penggunaan nilai
rata-rata untuk variabel lain berpengaruh terhadap persamaan intersep, sehingga
persamaan menjadi Y = -4,018 + 0,0002428 X1. Se-lanjutnya diinversi menjadi X11
= 165.485,997 + 41.186 Y. Perhitungan to-tal nilai ekonomi (rata-rata kesediaan
ber-korban, nilai yang dikorbankan, dan sur-plus konsumen) dilakukan dengan
meng-integralkan persamaan hasil inversi de-ngan batas bawah pada saat Y = 0
dan ba-tas atas Y rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kesediaan
berkor-ban, nilai yang dikorbankan, dan surplus konsumen masing-masing adalah
Rp 365.932,215 per 1.000 penduduk, Rp 165.485,997 per 1.000 penduduk, dan Rp
200.446,218 per 1.000 penduduk.
Nilai
yang diperoleh dari Tabel 9 me-rupakan hasil dari analisis kurva permin-taan
pada saat biaya perjalanan rata-rata Rp 36.869,56 di mana surplus konsumen
lebih besar dibandingkan nilai yang di-korbankan. Surplus konsumen adalah
perbedaan antara kepuasaan yang diper-oleh seseorang di dalam mengkonsum-sikan
sejumlah barang dengan pembayar-an yang harus dibuat untuk memperoleh barang
tersebut. Hal ini terjadi pada wi-sata alam dengan daya tarik unik (Klem-pener,
1996). Pada wisata alam dengan daya tarik unik, ketika harga naik maka jumlah
pengunjung tidak turun secara ce-pat, karena tidak terdapat obyek wisata lain
sebagai substitusi. Hal ini juga terjadi pada TWA Punti Kayu yang merupakan satu-satunya
obyek wisata alam yang ada di Kota Palembang. Penurunan jumlah pengunjung pada
obyek wisata alam de-ngan daya tarik unik terjadi bila terjadi kerusakan atau
penurunan kualitas obyek wisata tersebut (Klempener, 1996).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Faktor yang mempengaruhi permin-taan rekreasi adalah biaya perjalanan yang
memiliki pengaruh positif ter-hadap kunjungan, sedangkan faktor jumlah penduduk
per kecamatan dan jumlah waktu kerja memiliki penga-ruh negatif.
2.
Pendugaan persamaan permintaan manfaat ekonomi rekreasi dari Ta-man Wisata Alam
Punti Kayu berda-sarkan metode biaya perjalanan yaitu Y = -4,018 + 0,0002428 X1
dengan r2 = 0,767.
3.
Nilai ekonomi Taman Wisata Alam Punti Kayu berupa kesediaan berkor-ban, nilai
yang dikorbankan, dan sur-plus konsumen per 1.000 penduduk masing-masing adalah
Rp 365.932,215, Rp 165.485,907, dan Rp 200.446,218.
B.
Saran
1.
Perlu pemeliharaan dan peningkatan kualitas sarana prasana yang telah tersedia
untuk memberikan kenya-manan bagi pengunjung.
2.
Perlu dilakukan upaya peningkatan/ penambahan sarana prasana yang di-perlukan
bagi pengunjung serta pe-nambahan atraksi wisata alam untuk meningkatkan jumlah
pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Kabupaten Ogan Ilir Da-lam
Angka. BPS Kabupaten Ogan Ilir.
Anonim. 2006. Kabupaten Ogan Kome-ring Ilir
Dalam Angka 2005. BPS Ogan Komering Ilir.
Anonim. 2006. Palembang Dalam Angka 2005/206.
BPS Kota Palembang.
Anonim. 2006. Kabupaten Musi Banyu Asin Dalam
Angka. BPS Musi Ba-nyu Asin.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Sumatera Selatan. 2003. Rencana Pengelolaan Taman Wisa-ta Alam Punti Kayu
Periode tahun 2004-2028. Kota Palembang Pro-vinsi Sumatera Selatan. Tidak
di-publikasikan.
Departemen Kehutanan. 2002. Keputusan Menteri
Kehutanan No. 9273 /Kpts-II/2002 tanggal 7 Oktober 2002 ten-tang Penetapan
Kawasan Taman Wisata Alam Punti Kayu Kota Pa-lembang.
Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Meng-gunakan
Metode Perjalanan Travel Cost Taman Wisata
Hutan di Ta-man Wan Abdul Rachman, Provinsi
Lampung. www.Tumoutou.net /70205123/dijiono.pdf
diakses pada tanggal 5 Mei 2007.
Klempener,W.D. 1996. Forest Resources
Economics and Finance. McGraw-Hill.Inc.
Lowe, J.F. and D. Lewis. 1980. The Eco-nomic
of Environmental Manage-ment. Philip Alan Publishers Limit-ed.
Sukirno, S. 2004. Pengantar Teori
Mikro-ekonomi. PT. RajaGrafindo Persa-da. Jakarta.
Suparmoko. 2005. Neraca Sumberdaya Alam.
BPFE. Yogyakarta.
Undang-Undang No 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. www.dephut.go.id.
/INFORMASI/UNDANG2/uu/5_90 .htm. diakses pada tanggal 5 Mei 2007.