Rabu, 22 Juli 2015

Budidaya Mutiara Evaluasi Proyek Perikanan

MAKALAH KELOMPOK
EVALUASI PROYEK PERIKANAN

BUDIDAYA AIR LAUT
BUDIDAYA MUTIARA


DISUSUN OLEH :
KHAERANI                      (L24110002)
MARYONO                      (L24110004)
ADE SETIA INDAH P       (L24110005)
AKBAR NASIR                 (L24110254)
HASTI OCTAVIA HP       (L24110259)
A.INDAH ANGGRAENI    (L24110265)
IBNU MALKAN HASBI      (L24110276)
MUH.NUR SAMAD           (L24110902)

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I.PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Wilayah Indonesia 2/3 bagiannya merupakan perairan dengan seluruh kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Potensi perikanan salah satunya, sudah tidak diragukan lagi keragaman hasil kekayaan laut yang diperoleh dari perairan Indonesia. Salah satu potensi alam yang dimiliki perairan Indonesia adalah Mutiara. Mutiara sudah dikenal oleh masyarakat bahkan sampai tingkat dunia sebagai “perhiasan” yang mempunyai nilai tinggi, terutama untuk kaum perempuan. Apalagi didukung kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pihak pemerintah ataupun swasta dengan mengadakan event/ kegiatan Pameran-pameran kerajinan dari seluruh Nusantara seperti “Ina Craft”, dsb mengakibatkan peluang usaha budidaya tiram mutiara ini mempunyai prospek yang baik.
Mutira semula hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain.Di negara kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat). Berikut ulasan mengenai bagaimana budidaya tiram mutiara.
Selain sebagai penghasil devisa, usaha budidaya mutiara juga menggerakkan ekonomi daerah terpencil. Masyarakat di sekitar lokasi budidaya mutiara ikut merasakan manfat dari usaha ini. Masyarakat pada daerah terpencil (remote area) umumnya berpendidikan tidak tinggi dan terbatas modal. Usaha budidaya yang merupakan usaha padat modal dan padat karya, memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pekerja dan mitranya. Mereka yang tidak mempunyai modal dapat menjadi pekerja di usaha budidaya mutiara. Sedang yang mempunyai modal terbatas membangun usaha-usaha untuk mendukung usaha budidaya mutiara. Usaha-usaha tersebut antara lain: usaha suplai air bersih, usaha transportasi, usaha suplai bahan makan/boga, membuat peralatan budidaya dsb. Malahan saat ini telah ada yang berkembang menjadi plasma usaha budidaya mutiara dengan melakukan kegiatan pembesaran sp.



B.     Tujuan
Tujuan dilakukannya analisis finansial pada usaha budidaya mutiara ini adalah untuk mengetahui layak tidaknya usaha budidaya mutiara ini di lakukan.
C.     Kegunaan
Kegunaan dilakukannya analisis finansial pada usaha budidaya mutiara ini adalah untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam hal melakukan atau menjalankan sebuah proyek atau usaha budidaya mutiara.


























II.PEMBAHASAN

A.     Aspek Teknis Usaha
         Adapun aspek teknis usaha antara lain meliputi prosedur serta alat dan bahan yang digunakan.
A.1. Pemilihan Lokasi
Budidaya Tiram mutiara memerlukan beberapa persiapan teknis, diantaranya lokasi budidaya yang menunjang berkembangnya tiram mutiara tersebut dan sebagian wilayah Indonesia memenuhi persyaratan untuk hidup dan berkembangnya tiram mutiara tersebut. Persyaratan lokasi yang diperlukan untuk budidaya tiram adalah :
1.      Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
2.      Perairan subur, kaya akan makanan alami.
3.      Kecerahan cukup tinggi.
4.      Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara
5.      Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6.       Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 C.
7.      Bebas pencemaran.
A.2. Pemasangan Inti
Adapun cara Pemasangan inti mutiara bulat sebagai berikut :
a.       Langkah petama dalam budidaya tiram mutiara yaitu tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
b.       Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
c.       Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
d.       Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
e.       Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
f.         Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
Adapun cara Pemasangan inti mutiara setengah bulat sebagai berikut :
           
a.       Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
b.      Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
c.       Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam (nacre) terlihat jelas.
d.      Tempatkan inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator
e.       Setelah cangkang bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
f.        Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.
A.3. Pemeliharaan Tiram Mutiara
Adapun tahap pemeliharaan tiram adalah :
1.      Tahap pemeliharaan pada budidaya tiram mutiara dilakukan dengan: Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2.      Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3.      Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
A.4. Panen
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan. Budidaya tiram mutiara ini menggunakan teknologi sederhana dan modern. Teknologi sederhana berupa rakit tempat pemeliharaan sedangkan tekonologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Usaha budidaya mutiara menggunakan tenaga kerja keamanan dengan biaya yang cukup besar untuk mencegah terjadinya penjarahan.
Siklus produksi adalah 5 tahun sejak awal usaha dengan melakukan penyuntikan pada spat umur 1,5 tahun. Mutiara dapat dipanen 1,5 tahun setelah penyuntikan. Masa tunggu panen kedua dan ketiga dari proses penyuntikan hanya 1 tahun. Setelah panen pertama, tiram dapat disuntik lagi untuk dipanen 1 tahun berikutnya. Penyuntikan dapat dilakukan 3 kali pada tiram yang sama sehingga selama 5 tahun dapat dilakukan 3 kali panen.
Tabel 1. Asumsi Dasar Perhitungan
Asumsi dan jadwal Kegiatan Budidaya Mutiara
No
Asumsi
Satuan
Jumlah/nilai
1
Periode proyek
Tahun
6
2
Luas tanah dan area budidaya
Luas tanah untuk kantor dan gudang
m2
2.500
Jumlah jalur area budidaya
Jalur
30
3
Pembenihan
Siklus usaha
Tahun
5
Lama pemeliharaan
Tahun
1.5
Ukuran spat
Cm
2-3 cm
Ukuran siap dioperasi
Cm
minimal 9 cm
Intensitas operasi tiap siput
Kali
2 – 3 kali
Jangka waktu panen 1 dan ke 2
Tahun
1
Jangka waktu panen 2 dan ke 3
Tahun
1
4
Harga mutiara dan siput
a. Spat ukuran 2 – 3 cm
Rp/cm
2.500
b. Harga mutiara
Rp/gram
400.000
5
Tenaga kerja
a. Tetap (termasuk manajemen)
orang
5
b. Tidak tetap
orang
3
c. Tenaga keamanan
orang
9
6
Pakan untuk spat sampai panen
tidak ada
7
Satu tahun
jumlah bulan
12
8
Resiko kegagalan panen
persen
30
9
Isi kolektor
ekor
200 – 300
10
Isi net (waring)
ekor
20
11
Isi keranjang
ekor
10
12
Harga nucleus
Rp/kg
4.000.000
13
Kebutuhan nucleus
kg
10
14
Biaya operasi nukleus ke siput
Rp
10.000
15
Jumlah spat yang dipelihara
Ekor
5.000


B.     Investasi
B.1. Kebutuhan Investasi     
Secara rinci, kebutuhan investasi untuk proyek budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Investasi Budidaya Tiram Mutiara
Jenis Investasi
Nilai (Rp)
Penyusutan (Rp)
Perijinan
25.000.000
Sewa tanah
75.000.000
15.000.000
Kontruksi tambak
59.700.000
16.500.000
Peralatan Budidaya Mutiara
110.100.000
22.260.000
Bangunan
156.000.000
31.200.000
Jumlah
425.800.000
84.960.000
Sumber dana investasi:
a. Kredit
70 %
298.060.000
b. Dana sendiri
30 %
127.740.000

Investasi yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini adalah Rp 425.800.000 dengan umur proyek selama 5 tahun, maka nilai penyusutan per tahunnya adalah Rp. 84.960.000. Investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) yang terdiri dari beberapa komponen seperti biaya perijinan, sewa tanah, sewa bangunan, kontruksi rakit untuk budidaya, dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam proyek ini, areal budidaya adalah diperairan laut tenang sehingga luas areal budidaya diukur dalam satuan jalur penggantung tiram untuk budidaya mutiara.
B.2. Biaya Operasional
Biaya operasional pada budidaya mutiara sedikit berbeda dengan biaya operasional untuk budidaya produk perikanan lainnya. Biaya operasional pada budidaya mutiara lebih banyak bersifat tetap sepanjang waktu, mulai dari penebaran spat sampai dengan masa panen. Hal ini dikarenakan pada budidaya mutiara, tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Biaya operasional pada budidaya mutiara terdiri dari biaya pembelian spat (anakan tiram mutiara), biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya, seperti penyuntikan/operasi tiram mutiara.
Tabel 3. Biaya Operasional Budidaya Tiram Mutiara
No
Jenis Biaya
Nilai
1
Biaya pembelian spat dan nucleus
52.500.000
2
Biaya tenaga kerja tetap
450.000.000
3
Biaya tenaga kerja tidak tetap
82.125.000
4
Biaya tenaga keamanan
648.000.000
5
Biaya bola lampu sorot
1.500.000
6
Biaya Operasional dan lain-lain
268.406.250
Jumlah
1.502.531.250

Tabel di atas menunjukkan besarnya pengeluaran biaya operasional budidaya tiram mutiara selama lima tahun. Secara rinci (pada lampiran 4) dapat dilihat bahwa biaya operasional untuk tahun pertama adalah Rp. 311.606.250. untuk tahun kedua biaya operasionalnya adalah Rp. 309.606.250. Perbedaan ini disebabkan karena adanya biaya yang harus dikeluarkan pada tahun kedua dan tahun ketiga untuk penyuntikan/operasi tiram mutiara, yang biayanya Rp. 10.000 per tiram mutiara.
Dana yang digunakan untuk investasi ini dilakukan pada tahun nol proyek. Sumber dana pembiayaan investasi diasumsikan 70 persen berasal dari kredit (Rp. 298.060.000) dan 30 persennya modal sendiri (Rp. 127.740.000.). Sumber kredit berasal dari perbankan dan jenis kredit komersial, yang syarat dan tingkat bunganya disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank. Untuk proyek budidaya mutiara ini, suku bunga kredit adalah 17% menurun.
C.     Produksi dan Biaya
C.1. Kebutuhan Kredit Dan Modal Kerja
Dana yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini diperoleh dari dua sumber, yaitu dari modal sendiri dan dari kredit bank. Secara rinci, sumber dana untuk budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kebutuhan Kredit dan Modal Kerja
No
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya
1
Dana investasi yang bersumber dari
a. Kredit (70%)
298.060.000
b. Dana sendiri (30%)
127.740.000
Jumlah dana investasi
425.800.000
2
Dana modal kerja yang bersumber dari
a. Kredit (0%)
0
b. Dana sendiri (100%)
621.212.500
Jumlah dana modal kerja
621.212.500
3
Total dana proyek yang bersumber dari
a. Kredit
298.060.000
b. Dana sendiri
748.952.500
Jumlah dana proyek
1.047.012.500
Dana untuk biaya investasi yang diperlukan adalah sebesar seluruh biaya investasi pada tahun 0 proyek, yaitu Rp. 425.800.000. Modal kerja yang diperlukan sampai dengan perusahaan memperoleh penghasilan (tahun 1 dan tahun 2) adalah sebesar Rp. 621.212.500. Jenis kredit yang diberikan dari bank adalah jenis kredit komersial dengan tingkat bunga yang sama untuk jenis usaha lainnya yang berlaku di masing-masing bank.
C.2. Proyeksi Produksi Dan Cash Flow
Setelah dilakukan penyuntikan atau operasi memasukkan inti bundar pada ukuran tiram mutiara 9 – 10 centimeter atau setelah 1,5 tahun, maka produksi tiram mutiara akan terjadi pada 1,5 tahun kemudian atau pada tahun ke 3. Dengan mengoperasi 5.000 tiram mutiara, maka akan diperoleh hasil Rp 1.750.000.000 angka ini memperhitungkan kegagalan maksimal 50 persen dengan harga Rp 400.000 per gram. Secara lengkap, total aliran kas untuk budidaya mutiara ini selama 5 tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Total Aliran Kas Selama Umur Proyek Budidaya Tiram Mutiara
No
Pendapatan dan Pengeluaran
Nilai (Rp)
1
Pendapatan
Penjualan mutiara
5.250.000.000
2
Pengeluaran
0
a. Investasi
0
(1) Perijinan
25.000.000
(2) sewa tanah dan bangunan
75.000.000
(3) Kontruksi tambak
59.700.000
(4) Peralatan Budidaya Mutiara
110.100.000
(5) Bangunan
156.000.000
Jumlah Biaya Investasi
425.800.000
b. Biaya operasional dan lain-lain
0
Biaya pembelian spat
12.500.000
Biaya pembelian nucleus
40.000.000
Perawatan benih sampai operasi
0
Biaya tenaga kerja tetap
450.000.000
Biaya tenaga kerja tidak tetap
82.125.000
Biaya tenaga keamanan
648.000.000
Biaya bola lampu sorot
1.500.000
Biaya Operasional dan lain-lain
268.406.250
Jumlah biaya operasional
1.502.531.250
3
Surplus/deficit
3.321.668.750
Dilihat dari cash flow selama lima tahun dapat dilihat pada Lampiran bahwa pada pada tahun 0 sampai tahun 2, proyek ini mengalami defisit karena tiram yang dibudidayakan belum menghasilkan mutiara. Pada tahun ketiga sampai tahun ke-5, proyek budidaya ini akan memberikan keuntungan Rp 3.321.668.750.
D.    Analisis Keuntungan
Dalam analisis keuntungan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya :
D.1. Proyeksi Rugi Laba Dan BEP
Hasil produksi mutiara tergantung pada jumlah tiram yang disuntik atau dioperasi. 5.000 ekor dioperasi akan menghasilkan Rp. 1.750.000.000. Hasil produksi dari budidaya mutiara ini adalah butiran mutiara, untuk daging tiram dan kulit tiram tidak dijual sehingga tidak memberikan nilai ekonomis. Proyeksi pendapatan bersih adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Proyeksi Keuntungan dan Kerugian Budidaya Tiram Mutiara
Selama 5 Tahun
Tahun
Surplus/Defisit (Rp)
1
-402.066.250
2
-474.581.250
3
1.126.180.938
4
1.083.255.938
5
1.083.255.938
Jumlah
2.416.045.313
Keuntungan ini akan terus dinikmati petani budidaya mutiara seteleh panen tahun pertama sampai dengan panen ke dua dan ketiga karena satu tiram mutiara dapat menghasilkan mutiara 2 sampai 3 kali (sesuai asumsi). BEP rata-rata penjualan adalah Rp. 192.936.286.
E.     Analisis Finansial (NPV, Net B/C, dan IRR)
E.1. Proyeksi Arus Kas Dan Kelayakan Proyek
Dari hasil perhitungan arus kas diperoleh IRR sebesar 52,09 %, NPV Rp 703.443.993,3 dan Net B/C Ratio lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan bahwa proyek ini layak dilaksanakan. PBP (payback period) untuk proyek budidaya mutiara ini adalah 3 tahun 8 bulan. Artinya seluruh biaya investasi pada proyek tersebut dapat dikembalikan dalam masa tersebut dan hasil penjualan pada tahun-tahun berikutnya merupakan pendapatan bersih dari investasi proyek.
Tabel 7. Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan
Nilai
NPV DF 17% (Rp)
Rp 703.443.993,3
Net B/C Ratio DF 17%
1.44
IRR (%)
52.09 %
PBP Usaha
3 tahun 8 bulan
PBP Kredit
2 tahun 9 bulan
Secara detail, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      NPV
NPV = {(Bt – Ct) / (1 – i)t}        atau
NPV = {(Bt – Ct)  x DF}
Tabel 8. NPV
Tahun
Penerimaan (Rp)
Biaya (Rp)
Net Benefit (Rp)
DF (17%)
PV Benefit (Rp)
0
0
425800000
-425800000
1
-425800000.0
1
-402581250
311606250
-714187500
0.850
-607059375.0
2
-474581250
311606250
-786187500
0.730
-573916875.0
3
1750000000
311606250
1438393750
0.620
891804125.0
4
1750000000
311606250
1438393750
0.530
762348687.5
5
1750000000
311606250
1438393750
0.46
656067430.8
NPV
703443993.3

2.      Net B/C
                        NPV(+)
Net B/C = ---------------
                       NPV(-)
                  2310220243.3
Net B/C = ----------------- = 1.437798351 = 1.44
                  1606776250.0
3.      IRR
Tabel 9. NPV’ dan NPV’’
Tahun
Net Benefit (Rp)
DF' (17%)
PV Benefit (Rp)
DF" (20%)
PV Benefit (Rp)
0
-425800000
1.00
-425800000
1.00
-425800000.0
1
-714187500
0.85
-610416666.7
0.85
-605243644.1
2
-786187500
0.73
-574320622.4
0.72
-564627621.4
3
1438393750
0.62
898090706.1
0.61
875450843.3
4
1438393750
0.53
767598894.1
0.52
741907494.3
5
1438393750
0.46
656067430.8
0.44
628735164.7
NPV'
711219741.9
NPV"
650422236.9

                         NPV’
IRR = i’ + --------------- (i”-i’)
            NPV’-NPV”
                                         

                                      711219741.9
IRR = 17 % + ---------------------------------- (20%-17%)
                       711219741.9 - 650422236.9
                        711219741.9
 = 17 % + ------------------ (3%)
                      60797505
                  21336592.26
= 17 % + ------------------
                    60797505
= 0.17 + 0.3509
= 0.5209
= 52.09%

E.2. Analisis Sensitivitas Dan Kelayakan Proyek
Dalam suatu proyek, penerimaan dan biaya operasional diasumsikan dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam kenyataannya penerimaan dan biaya operasional mungkin saja mengalami perubahan. Untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan pendapatan dan biaya operasional terhadap kelayakan proyek, maka dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis sensitivitas pendapatan dan analisis sensitivitas biaya operasional.
a.       Sensitivitas Pendapatan
Pada skenario yang pertama ini, pendapatan diasumsikan mengalami penurunan sebesar 12%, sehingga total pendapatan yang diperoleh hanya 88%. Nilai Net BC Ratio dengan penurunan pendapatan ini adalah lebih besar dari 1 sehingga masih layak dilaksanakan. Apabila pendapatan turun 13%, maka proyek ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan karena Net B/C Ratio dibawah 1 dan NPV lebih kecil dari nol (negatif). Secara rinci, hasil skenario ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan
Biaya Operasional Naik
12%
13%
NPV DF 17% (Rp)
26.887.675,20
-1.359.630,55
Net B/C Ratio DF 17%
1,0171
0,9991
IRR
17,59%
16,97%
PBP Usaha
4 tahun 6 bulan
4 tahun 6 bulan
PBP Kredit
3 tahun 3 bulan
2 tahun 3 bulan
b.      Sensitivitas Biaya Operasional
Tabel 11. Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan
Biaya Operasional Naik
38%
39%
NPV DF 17% (Rp)
169.796,63
-9.453.507,25
Net B/C Ratio DF 17%
1,0001
0,9947
IRR
17%
16,81%
PBP Usaha
4 tahun 6 bulan
4 tahun 6 bulan
PBP Kredit
3 tahun 3 bulan
3 tahun 3 bulan

Kenaikan biaya operasional lebih dari 38% akan mengakibatkan usaha ini menjadi tidak layak dengan IRR sebesar 16,81% dan Net B/C Ratio lebih kecil dari 1.
c.       Sensitivitas Gabungan
Tabel 12. Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara Sensitivitas Gabungan
Kriteria Kelayakan
Pendapatan = 91 %
Pendapatan = 90 %
Biaya Operasional = 109%
Biaya Operasional = 110%
NPV DF 17% (Rp)
25.019.857,50
-12.850.752,13
Net B/C Ratio DF 17%
1,0154
0,9921
IRR
17,54%
16,72%
PBP Usaha
4 Tahun 6 Bulan
4 Tahun 6 Bulan
PBP Kredit
3 Tahun 3 Bulan
2 Tahun 3 Bulan
Gabungan perubahan penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional sebesar 9% masih layak untuk usaha budidaya mutiara ini. Proyek menjadi tidak layak pada penurunan pendapatan sebesar 10% dan pda saat yang bersamaan terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 10%.




III.PENUTUP
Kesimpulan :
1.      Aspek usaha terdiri atas tahap prosedur pemilihan lokasi, pemasangan inti, pemeliharaan mutiara serta tahap panen.
2.      Pay Back Periode pada usaha budidaya mutiara ini yakni, 3 tahun 8 bulan. Artinya usaha akan mengalami pengembalian modal pada tahun ke tiga bulan kedelapan.
3.      NPV pada usaha budidaya mutiara  ini lebih besar dari 0, maka dapat diartikan bahwa proyek layak untuk dijalankan.
4.      Net B/C Rasio pada usaha budidaya mutiara  ini adalah 1,44 artinya usaha ini layak untuk dilanjutkan.
5.      IRR pada usaha budidaya mutiara  ini yakni sebesar 52,09 % yang berarti lebih besar dari suku bunga yang berlaku yang berarti bahwa usaha ini layak untuk dikembangkan.
6.      Break Event Point rata-rata penjualan adalah Rp. 192.936.286.




















DAFTAR PUSTAKA

http://produkmutiara.blogspot.com/2009/12/aspek-keuangan-budidaya-mutiara.html. Diakses pada hari Senin, 01 Oktober 2012 Pukul 11.00 WITA

http://www.google.co.id/search?q=c&oq=c&sugexp=chrome,mod=1&sourceid=chrome&ie=UTF. Diakses pada hari Senin, 01 Oktober 2012 Pukul 11.10 WITA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);