MAKALAH
KELOMPOK
EVALUASI
PROYEK PERIKANAN
BUDIDAYA AIR LAUT
“ BUDIDAYA
MUTIARA “

DISUSUN OLEH :
KHAERANI (L24110002)
MARYONO (L24110004)
ADE
SETIA INDAH P (L24110005)
AKBAR
NASIR (L24110254)
HASTI
OCTAVIA HP (L24110259)
A.INDAH
ANGGRAENI (L24110265)
IBNU
MALKAN HASBI (L24110276)
MUH.NUR
SAMAD (L24110902)
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I.PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Wilayah Indonesia
2/3 bagiannya merupakan perairan dengan seluruh kekayaan alam yang terkandung
didalamnya. Potensi perikanan salah satunya, sudah tidak diragukan lagi
keragaman hasil kekayaan laut yang diperoleh dari perairan Indonesia. Salah
satu potensi alam yang dimiliki perairan Indonesia adalah Mutiara. Mutiara sudah dikenal oleh masyarakat bahkan
sampai tingkat dunia sebagai “perhiasan” yang mempunyai nilai tinggi, terutama
untuk kaum perempuan. Apalagi didukung kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
pihak pemerintah ataupun swasta dengan mengadakan event/ kegiatan Pameran-pameran
kerajinan dari seluruh Nusantara seperti “Ina Craft”, dsb mengakibatkan peluang usaha budidaya tiram mutiara ini mempunyai prospek yang baik.
Mutira semula
hanya diperoleh dari tiram mutiara yang hidup alami di laut. Berkat kemajuan
teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun sebagian besar
teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain.Di negara kita
tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima (Goldlip
Pearl Oyster). Jenis ini banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur
(Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat). Berikut ulasan mengenai
bagaimana budidaya tiram mutiara.
Selain
sebagai penghasil devisa, usaha budidaya mutiara juga menggerakkan ekonomi
daerah terpencil. Masyarakat di sekitar lokasi budidaya mutiara ikut merasakan
manfat dari usaha ini. Masyarakat pada daerah terpencil (remote area) umumnya
berpendidikan tidak tinggi dan terbatas modal. Usaha budidaya yang merupakan
usaha padat modal dan padat karya, memberikan kesempatan kepada mereka untuk
menjadi pekerja dan mitranya. Mereka yang tidak mempunyai modal dapat menjadi
pekerja di usaha budidaya mutiara. Sedang yang mempunyai modal terbatas
membangun usaha-usaha untuk mendukung usaha budidaya mutiara. Usaha-usaha tersebut
antara lain: usaha suplai air bersih, usaha transportasi, usaha suplai bahan
makan/boga, membuat peralatan budidaya dsb. Malahan saat ini telah ada yang
berkembang menjadi plasma usaha budidaya mutiara dengan melakukan kegiatan
pembesaran sp.
B.
Tujuan
Tujuan
dilakukannya analisis finansial pada usaha budidaya mutiara ini adalah untuk
mengetahui layak tidaknya usaha budidaya mutiara ini di lakukan.
C.
Kegunaan
Kegunaan dilakukannya analisis finansial
pada usaha budidaya mutiara ini adalah untuk dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam hal melakukan atau menjalankan sebuah proyek atau usaha
budidaya mutiara.
II.PEMBAHASAN
A.
Aspek Teknis Usaha
Adapun aspek teknis
usaha antara lain meliputi prosedur serta alat dan bahan yang digunakan.
A.1. Pemilihan Lokasi
Budidaya Tiram
mutiara memerlukan beberapa persiapan teknis, diantaranya lokasi budidaya yang
menunjang berkembangnya tiram mutiara tersebut dan sebagian wilayah Indonesia
memenuhi persyaratan untuk hidup dan berkembangnya tiram mutiara tersebut.
Persyaratan lokasi yang diperlukan untuk budidaya tiram adalah :
1.
Lokasi terlindung dari
angin dan gelombang yang besar.
2.
Perairan subur, kaya
akan makanan alami.
3.
Kecerahan cukup
tinggi.
4.
Cukup tersedia
induk/benih tiram mutiara
5.
Dasar perairan pasir
karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
6.
Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 28 C.
7.
Bebas pencemaran.
A.2. Pemasangan Inti
Adapun cara Pemasangan inti mutiara bulat
sebagai berikut :
a. Langkah petama dalam budidaya tiram
mutiara yaitu tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam
penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
b. Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang
air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
c. Setelah posisi organ bagian dalam
terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan
hati-hati.
d. Dengan graft carrier masukkan graft tissue
(potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
e. Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati
sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan
mantel.
f.
Pemasangan inti selesai, tiram mutiara
dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
Adapun cara Pemasangan inti mutiara setengah bulat sebagai
berikut :
a. Tiram mutiara yang
telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian
ventral menghadap arah pemasang inti.
b. Inti mutiara blister
bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik.
Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
c. Sibakkan mantel yang
menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam (nacre)
terlihat jelas.
d. Tempatkan inti mutiara
blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier pada posisi
yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator
e. Setelah cangkang
bagian atas telah diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik
untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini
tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat
dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan
cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah.
f.
Pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara
dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.
A.3. Pemeliharaan
Tiram Mutiara
Adapun tahap
pemeliharaan tiram adalah :
1. Tahap pemeliharaan
pada budidaya tiram mutiara dilakukan dengan: Tiram mutiara yang dipasangi inti
mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan,
agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada
saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2. Pemeriksaan inti
dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan,
dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau
tetap pada tempatnya.
3. Pembersihan cangkang
tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala;
tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
A.4. Panen
Mutiara bulat dapat
dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan
mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan. Budidaya tiram mutiara ini
menggunakan teknologi sederhana dan modern. Teknologi sederhana berupa rakit
tempat pemeliharaan sedangkan tekonologi modern yang digunakan adalah
bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi.
Usaha budidaya mutiara menggunakan tenaga kerja keamanan dengan biaya yang
cukup besar untuk mencegah terjadinya penjarahan.
Siklus produksi adalah
5 tahun sejak awal usaha dengan melakukan penyuntikan pada spat umur 1,5 tahun.
Mutiara dapat dipanen 1,5 tahun setelah penyuntikan. Masa tunggu panen kedua
dan ketiga dari proses penyuntikan hanya 1 tahun. Setelah panen pertama, tiram
dapat disuntik lagi untuk dipanen 1 tahun berikutnya. Penyuntikan dapat
dilakukan 3 kali pada tiram yang sama sehingga selama 5 tahun dapat dilakukan 3
kali panen.
Tabel 1. Asumsi Dasar Perhitungan
Asumsi dan jadwal Kegiatan Budidaya Mutiara
No
|
Asumsi
|
Satuan
|
Jumlah/nilai
|
1
|
Periode proyek
|
Tahun
|
6
|
2
|
Luas
tanah dan area budidaya
|
||
Luas
tanah untuk kantor dan gudang
|
m2
|
2.500
|
|
Jumlah
jalur area budidaya
|
Jalur
|
30
|
|
3
|
Pembenihan
|
||
Siklus
usaha
|
Tahun
|
5
|
|
Lama
pemeliharaan
|
Tahun
|
1.5
|
|
Ukuran
spat
|
Cm
|
2-3 cm
|
|
Ukuran
siap dioperasi
|
Cm
|
minimal 9 cm
|
|
Intensitas
operasi tiap siput
|
Kali
|
2 – 3 kali
|
|
Jangka
waktu panen 1 dan ke 2
|
Tahun
|
1
|
|
Jangka
waktu panen 2 dan ke 3
|
Tahun
|
1
|
|
4
|
Harga
mutiara dan siput
|
||
a. Spat
ukuran 2 – 3 cm
|
Rp/cm
|
2.500
|
|
b. Harga
mutiara
|
Rp/gram
|
400.000
|
|
5
|
Tenaga
kerja
|
||
a. Tetap
(termasuk manajemen)
|
orang
|
5
|
|
b. Tidak
tetap
|
orang
|
3
|
|
c.
Tenaga keamanan
|
orang
|
9
|
|
6
|
Pakan
untuk spat sampai panen
|
tidak ada
|
|
7
|
Satu
tahun
|
jumlah bulan
|
12
|
8
|
Resiko
kegagalan panen
|
persen
|
30
|
9
|
Isi kolektor
|
ekor
|
200 – 300
|
10
|
Isi net
(waring)
|
ekor
|
20
|
11
|
Isi
keranjang
|
ekor
|
10
|
12
|
Harga
nucleus
|
Rp/kg
|
4.000.000
|
13
|
Kebutuhan
nucleus
|
kg
|
10
|
14
|
Biaya
operasi nukleus ke siput
|
Rp
|
10.000
|
15
|
Jumlah
spat yang dipelihara
|
Ekor
|
5.000
|
B.
Investasi
B.1. Kebutuhan
Investasi
Secara rinci,
kebutuhan investasi untuk proyek budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Investasi Budidaya Tiram Mutiara
Jenis Investasi
|
Nilai (Rp)
|
Penyusutan (Rp)
|
Perijinan
|
25.000.000
|
|
Sewa
tanah
|
75.000.000
|
15.000.000
|
Kontruksi
tambak
|
59.700.000
|
16.500.000
|
Peralatan
Budidaya Mutiara
|
110.100.000
|
22.260.000
|
Bangunan
|
156.000.000
|
31.200.000
|
Jumlah
|
425.800.000
|
84.960.000
|
Sumber
dana investasi:
|
||
a.
Kredit
|
70 %
|
298.060.000
|
b. Dana
sendiri
|
30 %
|
127.740.000
|
Investasi
yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini adalah Rp 425.800.000 dengan umur
proyek selama 5 tahun, maka nilai penyusutan per tahunnya adalah Rp.
84.960.000. Investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) yang terdiri dari
beberapa komponen seperti biaya perijinan, sewa tanah, sewa bangunan, kontruksi
rakit untuk budidaya, dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam proyek ini, areal
budidaya adalah diperairan laut tenang sehingga luas areal budidaya diukur
dalam satuan jalur penggantung tiram untuk budidaya mutiara.
B.2. Biaya Operasional
Biaya operasional pada
budidaya mutiara sedikit berbeda dengan biaya operasional untuk budidaya produk
perikanan lainnya. Biaya operasional pada budidaya mutiara lebih banyak
bersifat tetap sepanjang waktu, mulai dari penebaran spat sampai dengan masa
panen. Hal ini dikarenakan pada budidaya mutiara, tidak ada biaya yang
dikeluarkan untuk pakan. Biaya operasional pada budidaya mutiara terdiri dari
biaya pembelian spat (anakan tiram mutiara), biaya tenaga kerja, dan biaya
operasional lainnya, seperti penyuntikan/operasi tiram mutiara.
Tabel 3. Biaya
Operasional Budidaya Tiram Mutiara
No
|
Jenis Biaya
|
Nilai
|
1
|
Biaya
pembelian spat dan nucleus
|
52.500.000
|
2
|
Biaya
tenaga kerja tetap
|
450.000.000
|
3
|
Biaya
tenaga kerja tidak tetap
|
82.125.000
|
4
|
Biaya
tenaga keamanan
|
648.000.000
|
5
|
Biaya
bola lampu sorot
|
1.500.000
|
6
|
Biaya
Operasional dan lain-lain
|
268.406.250
|
Jumlah
|
1.502.531.250
|
Tabel di atas
menunjukkan besarnya pengeluaran biaya operasional budidaya tiram mutiara
selama lima tahun. Secara rinci (pada lampiran 4) dapat dilihat bahwa biaya
operasional untuk tahun pertama adalah Rp. 311.606.250. untuk tahun kedua biaya
operasionalnya adalah Rp. 309.606.250. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
biaya yang harus dikeluarkan pada tahun kedua dan tahun ketiga untuk
penyuntikan/operasi tiram mutiara, yang biayanya Rp. 10.000 per tiram mutiara.
Dana
yang digunakan untuk investasi ini dilakukan pada tahun nol proyek. Sumber dana
pembiayaan investasi diasumsikan 70 persen berasal dari kredit (Rp.
298.060.000) dan 30 persennya modal sendiri (Rp. 127.740.000.). Sumber kredit
berasal dari perbankan dan jenis kredit komersial, yang syarat dan tingkat
bunganya disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank. Untuk proyek budidaya
mutiara ini, suku bunga kredit adalah 17% menurun.
C.
Produksi dan Biaya
C.1. Kebutuhan Kredit Dan Modal Kerja
Dana yang dibutuhkan
untuk budidaya mutiara ini diperoleh dari dua sumber, yaitu dari modal sendiri
dan dari kredit bank. Secara rinci, sumber dana untuk budidaya mutiara ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Kebutuhan Kredit dan Modal Kerja
No
|
Rincian Biaya Proyek
|
Total Biaya
|
1
|
Dana
investasi yang bersumber dari
|
|
a.
Kredit (70%)
|
298.060.000
|
|
b. Dana
sendiri (30%)
|
127.740.000
|
|
Jumlah
dana investasi
|
425.800.000
|
|
2
|
Dana
modal kerja yang bersumber dari
|
|
a.
Kredit (0%)
|
0
|
|
b. Dana
sendiri (100%)
|
621.212.500
|
|
Jumlah
dana modal kerja
|
621.212.500
|
|
3
|
Total
dana proyek yang bersumber dari
|
|
a.
Kredit
|
298.060.000
|
|
b. Dana
sendiri
|
748.952.500
|
|
Jumlah dana proyek
|
1.047.012.500
|
Dana untuk biaya
investasi yang diperlukan adalah sebesar seluruh biaya investasi pada tahun 0
proyek, yaitu Rp. 425.800.000. Modal kerja yang diperlukan sampai dengan
perusahaan memperoleh penghasilan (tahun 1 dan tahun 2) adalah sebesar Rp.
621.212.500. Jenis kredit yang diberikan dari bank adalah jenis kredit
komersial dengan tingkat bunga yang sama untuk jenis usaha lainnya yang berlaku
di masing-masing bank.
C.2. Proyeksi Produksi
Dan Cash Flow
Setelah dilakukan penyuntikan atau operasi
memasukkan inti bundar pada ukuran tiram mutiara 9 – 10 centimeter atau setelah
1,5 tahun, maka produksi tiram mutiara akan terjadi pada 1,5 tahun kemudian
atau pada tahun ke 3. Dengan mengoperasi 5.000 tiram mutiara, maka akan
diperoleh hasil Rp 1.750.000.000 angka ini memperhitungkan kegagalan maksimal
50 persen dengan harga Rp 400.000 per gram. Secara lengkap, total aliran kas
untuk budidaya mutiara ini selama 5 tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Total Aliran Kas Selama Umur Proyek Budidaya Tiram
Mutiara
No
|
Pendapatan dan Pengeluaran
|
Nilai (Rp)
|
1
|
Pendapatan
|
|
Penjualan
mutiara
|
5.250.000.000
|
|
2
|
Pengeluaran
|
0
|
a.
Investasi
|
0
|
|
(1)
Perijinan
|
25.000.000
|
|
(2) sewa
tanah dan bangunan
|
75.000.000
|
|
(3)
Kontruksi tambak
|
59.700.000
|
|
(4) Peralatan
Budidaya Mutiara
|
110.100.000
|
|
(5)
Bangunan
|
156.000.000
|
|
Jumlah
Biaya Investasi
|
425.800.000
|
|
b. Biaya
operasional dan lain-lain
|
0
|
|
Biaya
pembelian spat
|
12.500.000
|
|
Biaya
pembelian nucleus
|
40.000.000
|
|
Perawatan
benih sampai operasi
|
0
|
|
Biaya tenaga
kerja tetap
|
450.000.000
|
|
Biaya
tenaga kerja tidak tetap
|
82.125.000
|
|
Biaya
tenaga keamanan
|
648.000.000
|
|
Biaya
bola lampu sorot
|
1.500.000
|
|
Biaya
Operasional dan lain-lain
|
268.406.250
|
|
Jumlah
biaya operasional
|
1.502.531.250
|
|
3
|
Surplus/deficit
|
3.321.668.750
|
Dilihat dari cash flow
selama lima tahun dapat dilihat pada Lampiran bahwa pada pada tahun 0
sampai tahun 2, proyek ini mengalami defisit karena tiram yang dibudidayakan
belum menghasilkan mutiara. Pada tahun ketiga sampai tahun ke-5, proyek
budidaya ini akan memberikan keuntungan Rp 3.321.668.750.
D.
Analisis Keuntungan
Dalam analisis keuntungan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, diantaranya :
D.1. Proyeksi Rugi Laba Dan BEP
Hasil produksi mutiara
tergantung pada jumlah tiram yang disuntik atau dioperasi. 5.000 ekor dioperasi
akan menghasilkan Rp. 1.750.000.000. Hasil produksi dari budidaya mutiara ini
adalah butiran mutiara, untuk daging tiram dan kulit tiram tidak dijual
sehingga tidak memberikan nilai ekonomis. Proyeksi pendapatan bersih adalah
sebagai berikut :
Tabel 6. Proyeksi Keuntungan dan Kerugian
Budidaya Tiram Mutiara
Selama 5 Tahun
Selama 5 Tahun
Tahun
|
Surplus/Defisit (Rp)
|
1
|
-402.066.250
|
2
|
-474.581.250
|
3
|
1.126.180.938
|
4
|
1.083.255.938
|
5
|
1.083.255.938
|
Jumlah
|
2.416.045.313
|
Keuntungan ini akan
terus dinikmati petani budidaya mutiara seteleh panen tahun pertama sampai
dengan panen ke dua dan ketiga karena satu tiram mutiara dapat menghasilkan
mutiara 2 sampai 3 kali (sesuai asumsi). BEP rata-rata penjualan adalah Rp.
192.936.286.
E.
Analisis Finansial (NPV,
Net B/C, dan IRR)
E.1. Proyeksi Arus Kas Dan Kelayakan Proyek
Dari hasil perhitungan arus kas diperoleh IRR
sebesar 52,09 %, NPV Rp 703.443.993,3 dan Net B/C Ratio
lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan bahwa proyek ini layak dilaksanakan.
PBP (payback period) untuk proyek budidaya mutiara ini adalah 3 tahun 8 bulan.
Artinya seluruh biaya investasi pada proyek tersebut dapat dikembalikan dalam
masa tersebut dan hasil penjualan pada tahun-tahun berikutnya merupakan
pendapatan bersih dari investasi proyek.
Tabel
7. Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan
|
Nilai
|
NPV DF
17% (Rp)
|
Rp 703.443.993,3
|
Net B/C
Ratio DF 17%
|
1.44
|
IRR (%)
|
52.09 %
|
PBP
Usaha
|
3 tahun 8 bulan
|
PBP
Kredit
|
2 tahun 9 bulan
|
Secara detail, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.
NPV
NPV
=
{(Bt – Ct) / (1 – i)t} atau
NPV
= {(Bt – Ct) x DF}
Tabel 8. NPV
Tahun
|
Penerimaan
(Rp)
|
Biaya (Rp)
|
Net Benefit
(Rp)
|
DF (17%)
|
PV Benefit
(Rp)
|
0
|
0
|
425800000
|
-425800000
|
1
|
-425800000.0
|
1
|
-402581250
|
311606250
|
-714187500
|
0.850
|
-607059375.0
|
2
|
-474581250
|
311606250
|
-786187500
|
0.730
|
-573916875.0
|
3
|
1750000000
|
311606250
|
1438393750
|
0.620
|
891804125.0
|
4
|
1750000000
|
311606250
|
1438393750
|
0.530
|
762348687.5
|
5
|
1750000000
|
311606250
|
1438393750
|
0.46
|
656067430.8
|
NPV
|
703443993.3
|
2.
Net B/C
NPV(+)
Net
B/C = ---------------
NPV(-)
2310220243.3
Net
B/C = ----------------- = 1.437798351 = 1.44
1606776250.0
3.
IRR
Tabel 9. NPV’ dan
NPV’’
Tahun
|
Net Benefit (Rp)
|
DF' (17%)
|
PV Benefit (Rp)
|
DF" (20%)
|
PV Benefit (Rp)
|
0
|
-425800000
|
1.00
|
-425800000
|
1.00
|
-425800000.0
|
1
|
-714187500
|
0.85
|
-610416666.7
|
0.85
|
-605243644.1
|
2
|
-786187500
|
0.73
|
-574320622.4
|
0.72
|
-564627621.4
|
3
|
1438393750
|
0.62
|
898090706.1
|
0.61
|
875450843.3
|
4
|
1438393750
|
0.53
|
767598894.1
|
0.52
|
741907494.3
|
5
|
1438393750
|
0.46
|
656067430.8
|
0.44
|
628735164.7
|
NPV'
|
711219741.9
|
NPV"
|
650422236.9
|
NPV’
IRR
= i’ + --------------- (i”-i’)
NPV’-NPV”
711219741.9
IRR
= 17 % + ---------------------------------- (20%-17%)
711219741.9 - 650422236.9
711219741.9
= 17 % + ------------------ (3%)
60797505
21336592.26
= 17 % +
------------------
60797505
= 0.17 + 0.3509
= 0.5209
= 52.09%
E.2. Analisis
Sensitivitas Dan Kelayakan Proyek
Dalam suatu proyek,
penerimaan dan biaya operasional diasumsikan dapat diperkirakan sebelumnya.
Dalam kenyataannya penerimaan dan biaya operasional mungkin saja mengalami
perubahan. Untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan pendapatan dan biaya
operasional terhadap kelayakan proyek, maka dilakukan analisis sensitivitas.
Analisis sensitivitas ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis sensitivitas
pendapatan dan analisis sensitivitas biaya operasional.
a.
Sensitivitas Pendapatan
Pada skenario yang
pertama ini, pendapatan diasumsikan mengalami penurunan sebesar 12%, sehingga
total pendapatan yang diperoleh hanya 88%. Nilai Net BC Ratio dengan penurunan
pendapatan ini adalah lebih besar dari 1 sehingga masih layak dilaksanakan.
Apabila pendapatan turun 13%, maka proyek ini sudah tidak layak lagi untuk
dilaksanakan karena Net B/C Ratio dibawah 1 dan NPV lebih kecil dari nol
(negatif). Secara rinci, hasil skenario ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 10. Kelayakan
Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan
|
Biaya Operasional Naik
|
|
12%
|
13%
|
|
NPV DF
17% (Rp)
|
26.887.675,20
|
-1.359.630,55
|
Net
B/C Ratio DF 17%
|
1,0171
|
0,9991
|
IRR
|
17,59%
|
16,97%
|
PBP
Usaha
|
4 tahun 6 bulan
|
4 tahun 6 bulan
|
PBP
Kredit
|
3 tahun 3 bulan
|
2 tahun 3 bulan
|
b.
Sensitivitas Biaya Operasional
Tabel 11. Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan
|
Biaya Operasional Naik
|
|
38%
|
39%
|
|
NPV DF
17% (Rp)
|
169.796,63
|
-9.453.507,25
|
Net B/C
Ratio DF 17%
|
1,0001
|
0,9947
|
IRR
|
17%
|
16,81%
|
PBP
Usaha
|
4 tahun 6 bulan
|
4 tahun 6 bulan
|
PBP Kredit
|
3 tahun 3 bulan
|
3 tahun 3 bulan
|
Kenaikan biaya operasional lebih dari 38% akan
mengakibatkan usaha ini menjadi tidak layak dengan IRR sebesar 16,81% dan Net
B/C Ratio lebih kecil dari 1.
c.
Sensitivitas Gabungan
Tabel 12. Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Sensitivitas Gabungan
Kriteria Kelayakan
|
Pendapatan = 91 %
|
Pendapatan = 90 %
|
Biaya Operasional = 109%
|
Biaya Operasional = 110%
|
|
NPV DF
17% (Rp)
|
25.019.857,50
|
-12.850.752,13
|
Net B/C
Ratio DF 17%
|
1,0154
|
0,9921
|
IRR
|
17,54%
|
16,72%
|
PBP
Usaha
|
4 Tahun 6 Bulan
|
4 Tahun 6 Bulan
|
PBP Kredit
|
3 Tahun
3 Bulan
|
2 Tahun 3 Bulan
|
Gabungan perubahan
penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional sebesar 9% masih layak
untuk usaha budidaya mutiara ini. Proyek menjadi tidak layak pada penurunan
pendapatan sebesar 10% dan pda saat yang bersamaan terjadi kenaikan biaya
operasional sebesar 10%.
III.PENUTUP
Kesimpulan :
1. Aspek
usaha terdiri atas tahap prosedur pemilihan lokasi, pemasangan inti,
pemeliharaan mutiara serta tahap panen.
2. Pay Back Periode pada usaha budidaya
mutiara ini yakni, 3 tahun 8 bulan. Artinya usaha akan mengalami pengembalian
modal pada tahun ke tiga bulan kedelapan.
3. NPV
pada usaha budidaya mutiara ini lebih
besar dari 0, maka dapat diartikan bahwa proyek layak untuk dijalankan.
4. Net
B/C Rasio pada usaha budidaya mutiara
ini adalah 1,44
artinya usaha ini layak untuk dilanjutkan.
5. IRR
pada usaha budidaya mutiara ini yakni
sebesar 52,09 %
yang berarti lebih besar dari suku bunga yang berlaku yang
berarti bahwa usaha ini layak untuk dikembangkan.
6.
Break Event Point rata-rata penjualan adalah Rp. 192.936.286.
DAFTAR PUSTAKA
http://produkmutiara.blogspot.com/2009/12/aspek-keuangan-budidaya-mutiara.html.
Diakses pada hari Senin, 01 Oktober 2012 Pukul 11.00 WITA
http://www.google.co.id/search?q=c&oq=c&sugexp=chrome,mod=1&sourceid=chrome&ie=UTF.
Diakses pada hari Senin, 01 Oktober 2012 Pukul 11.10 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar