
![]() |
|||
![]() |

A.
Pendahuluan
Logika adalah bidang
pengetahuan yang mempelajari tentang asa, aturan, dan prosedur penalaran yang
benar. Dalam filsafat ada pemahaman bahwa pengetahuan yang tepat itu belum
tentu benar, tetapi pengetahuan yang benar itu pasti tepat.
B. Pengertian
Logika
Berasal dari bahasa
Yunani “logikos” yang berarti mengenai sesuatu yang diutarakan,mengenai suatu
perkembangan akal (pikiran),mengenai kata ,mengenai percakapan atau
berkenaan dengan bahasa.
Logika dapat di simpulakan tentang
penalaran dan ilmu berfikir. Jadi ilmu logika adalah satu ilmu pengetahuan yang
dibicarakan tentang aturan-atura berfikir dan bekomunikasi,agar dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil
kesimpulan yang benar dan tepat. Dalam penalaran logika dibagi atas dua unsur,
deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut
logika, deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif.
Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau
merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan
valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif
dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis
dari premis-premisnya. Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada
suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk
kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap
konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena
semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan,
dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram
himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan
proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan
logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah
berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian
diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah
adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada
kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah.
Logika deduktif karena berbicara
tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang
diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal. Logika induktif adalah sistem penalaran yang
menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai
pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering
disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan
kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti
selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu
benar, dan tidak dapat dikatakan pasti. Jika dikonsepkan bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan
(validitas)
sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal
ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara
kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika
silogistik tradisional
Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut
logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif.
Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau
merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan
benar atau salah
C.Sejarah Perkembangan Logika
Soewandi mengemukakan
bahwa secara historis logika telah berkembang sejak abad ke -17sampai abad
ke-20 sekarang ini ,dimana spesifikasi masing-masing periode memiliki kekhasan
tersendiri.Pada abad ke-17 cara kerja logika baru muncul setelah renaissance di
Eropa.Abad ke-18disebut abad pencerahan.Abad ke 19 merupakan pertentengan
anatra deduktif dan induktif.Pada abad ke-20 penggabungan antara pemikiran
deduktif dan induktif.
D. Pengertian,Proposisi
dan Penalaran
1. Pengertian
Pengertian adalah tanggapan
atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang dipahami,atau
merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai realitas.
2. Proposisi
Proposisi adalah rangkaian dari
pengertian-pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan
mengenai hubungan yang terdapat diantara dua buahterm
3. Penalaran
adalah suatu proses berfikir yang menghasilkan pengetahuan.
E. Silogisme
Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling
tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari
kesimpulan umum . hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya
terdiri dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal
dan dalam dua keputusan tersebut harus ada usur – unsur yang sama – sama
dipunyai oleh kedua keputusannnya
Jadi tegasnya yang di namakan dengan silogisme adalah suatu
pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan ( yang mengandung unsur yang
sama dan salah satunya harus universal ) suatu keputusan yang ketiga yang
kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya. Dengan kata lain
silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun dari dua buah pernyataan
dan sebuah kesimpulan. Contoh
1,
Semua makhluk mempuyai mata , ( Primis Mayor )
2.
Si kacong adalah seorang mahluk ( Primis Minor )
3.
Jadi Si kacong mempuyai mata . ( Kesimpulan )
Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan antara
keputusan pertama dengan keputusan kedua yakni sama – sam mahkluk dan salah
satu dari keduanya universal ( Keputusan pertama ) oleh karena itu nilai
kebenaran dari keputusan ketiga sama dengan nilai kebenaran dua keputusan
sebelumnya. Kesimpulan yang diambil bahwa Si kacong mempuyai mata adalah sah
menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua
primis yang mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini
harus di kembalikan kepada kebenaran primis yang mendahuluinya.. Sekiranya
kedua primis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa
kesimpulan yang di tariknya juga adalah benar.
Dengan demikian maka ketetapan penarikan kesimpulan
tergantung dari tiga hal yakni kebenaran primis mayor, kebenaran premis minor
dan keabsahan pengambilan kesimpulan . Dan ketika salah satu dari ketiga unsur
tersebut persyaratannya tidak di penuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan
salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif, Argumentasi
matematik seperti : a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a sama dengan
c hal ini merupakan penalaran deduktif , Kesimpulan ang berupa pengetahuan baru
bahwa a sama dengan c pada haketnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti
yang sebenarnya , melainkan sekedar konsekwensi dari dua pengetahuan yang sudah
kita ketahui sebelumnya , yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.
F. Teori dan Ilmu
Teori-Teori
Kebenaran Menurut Filsafat
1. Teori
Corespondence ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti
benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau
pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.
2. Teori
Consistency ® Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti
kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang
berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test
eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori
Pragmatisme ® Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra
pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran.
Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang
ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di
dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan
utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk
ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan.
4.
Kebenaran Religius ® Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan
individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat
manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari
Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
G. Antologi
Antologi
adalah persesuaian dari dua jenis pengertian yang mana pada satu sisi sama,
tetapi di sisi lain berbeda pengertian. Antologi juga sering diartikan sebagai
proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudan
disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga
pada fenomena lain.
Pada
umumnya, dalam setiap tindakan penyimpulan analogi harus terdapat tiga unsure
pokok:
1.
Peristiwa pokok yang menjadi dasar
analogi
2.
Persamaan prinsip yang menjadi pengikat
3.
Fenomena yang hendak dianalogikan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Prof Dr. Amshal Bachtiar MA
Buku : Prof Dr. Amshal Bachtiar MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar