Kamis, 23 Juli 2015

Morfometrik Danau pada mata kuliah Ekologi Perairan Lanjutan

TUGAS INDIVIDU
Prof, Dr, Ir. Sharifuddin B.A Omar, M.Sc
EKOLOGI PERAIRAN LANJUTAN



Morfometrik Danau dan Fenomena Ekologi Perairan



OLEH :

IBNU MALKAN HASBI
P3300214005





PROGRAM MAGISTER ILMU PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki lebih dari 500 danau dengan luas keseluruhan lebih dari 5.000 km2 atau sekitar 0,25% dari luas daratan Indonesia (Davies et al.,1995), namun status kondisi sebagian besar danau tersebut akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan.  Pada saat ini fungsi dan manfaat danau dirasakan sudah semakin berkurang.  Fenomena ini disebabkan oleh terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan perairan danau serta koordinasi antar sektoral dalam pengelolaannya yang sangat lemah atau hampir tidak ada sama sekali (Sumarwoto et al., 2004).
Danau memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi ekologi dan fungsi kemasyarakatan (sosial-ekonomi-budaya). Sebagai penyimpan air, danau memiliki fungsi utama sebagai sumber daya air pengisi air tanah dan air permukaan. Fungsi ekologi adalah sebagai habitat kehidupan biota air (keanekaragaman hayati) seperti jenis-jenis ikan endemik dan sumber pakan hewan liar.
Secara geografi, kepulauan Indonesia terbagi ke dalam dua kelompok yang dibatasi oleh garis Wallacea (Wallacea Line) yang memisahkan Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Garis Wallacea merupakan bentuk transisi antara fauna Australia dan New Guinea dengan fauna Asia bagian tenggara termasuk Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatera. Keragaman biota akuatik yang sangat nyata adalah komunitas jenis-jenis ikan.
Di Indonesia bagian barat ikan-ikan lebih didominasi oleh kelompok catfish (jenis-jenis ikan lele dari Famili Siluridae), jenis-jenis ikan karper dari Famili Cyprinidae dan jenis-jenis ikan sepat dari Famili Labyrinthyci. Sedangkan di Indonesia bagian timur didominasi oleh kelompok ikan gobi (jenis-jenis ikan gobius dari Famili Gobiidae). Sejarah geologi Indonesia bagian barat dan timur misalnya di Sulawesi dapat dilihat jelas dari distribusi ikan-ikan yang hidupnya terbatas di air tawar. Ikan-ikan perairan Danau Matano, Towuti, Mahalona, dan Wawontoa serta sungai-sungai di sekitarnya merupakan ikan-ikan yang khas dan endemik (Contoh: Glossogobius matanensis dan Paraterina).
            Di negara berkembang seperti Indonesia, pada umumnya daerah aliran sungai (DAS) telah mengalami degradasi lingkungan yang serius akibat kegiatan manusia atau anthropogenik, terutama pada sektor pertanian, kehutanan, perikanan, industri dan pariwisata (Mukerjee, 2009).  Pada saat yang sama, International Council for the Exploration of the Sea atau ICES (2009) menyatakan bahwa pada DAS terdapat berbagai kegiatan yang membuang limbah secara langsung maupun tidak langsung masuk kedalam perairan waduk, sehingga berbagai unsur pencemaran air dari DAS serta sempadan waduk yang terbawa aliran permukaan maupun tanah akan masuk ke dalam perairannya. 
Di perairan darat Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi saja, dihuni oleh lebih dari 1000 jenis ikan (Kottelat et al., 1993). Lebih jauh mereka menjelaskan bahwa di paparan Sunda terdapat 798 jenis ikan air tawar, di daerah Wallacea terdapat 68 jenis ikan air tawar, dan di paparan Sahul terdapat 106 jenis ikan air tawar. Di Sungai Barito tercatat terdapat lebih dari 104 jenis ikan ( Prasetiyo, et al., 2004 dalam Rahardjo et al., 2006), sedangkan di Sungai Kapuas terdapat lebih dari 200 jenis ikan (Dudley, 1996 dalam Rahardjo et al. 2006). Kekayaan keanekaragaman jenis ikan yang tinggi tersebut merupakan modal dasar penting dan tak ternilai bagi pembangunan perikanan perairan darat masa depan (Rahardjo et al., 2006).
Diantara banyak pulau di Indonesia, Pulau Sulawesi ditemukan paling banyak spesies endemik, yaitu sebesar 76% dari 68 spesies (Wirjoatmodjo, 2003 dalam  Sulistiono et al., 2005) dan hampir semua jenis hidup di danau. Tercatat delapan spesies ikan endemik di Danau Poso, dan sekitar 27 spesies ikan endemik hidup di kompleks Danau Malili (Danau Matano, Mahalona dan Towuti). Beberapa jenis ikan endemik yang terdapat di kompleks Danau Malili adalah Nomorhamphus cf brembachi (Hemirhamphidae), Oryzias matanensis (Oryziidae), Telmatherina antoniae, T. prognatha, T. opudi, T. sarasinorum, T. obscura, T. abendanoni, T. wahyuni, T. celebensis, Paratherina woltericki, P.striata, Tominanga aurea, T. sanguicauda (Telmatherinidae) (Sulistiono et al.  2005).  Jenis-jenis lain ikan endemik yang terdapat di danau-danau Indonesia khususnya antara lain adalah Rasbora tawarensis (Danau Laut Tawar), ikan batak, Neolissochillus longipinnis (Weber dan de Beufort, 1916 (Danau Toba), dan ikan bilih, Mystacoleucus padangensis (Danau Singkarak).
Penyediaan sumberdaya air pada perkembangannya semakin sulit untuk mendapatkan pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan, baik dari segia kuantitas maupun kualitas. Salah satu fungsi danau adalah berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan sebagai daerah tangkapan air untuk pengendalian banjir serta penyuplai air tanah. Ketidakpedualian menjaga ketersediaan air, baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk menjaga ekosistem aquatik akan berpengaruh kepada menurunnya sumberdaya air, keanekaragaman hayati aquatik dan keberlangsungan hidup manusia. Percepatan pembangunan dan pengembangan wilayah yang tidak memperhatikan ekologi sekitar danau juga akan mengancam timbulnya pengurangan fungsi ekologis dari danau tersebut.
Pengelolaan kawasan danau dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan pemanfaatan danau dan lahan sekitar sehingga keseimbangan antara kepentingan eksploitasi dan kemampuan daya dukung perairan danau serta fungsi ekosistem danau bagi keperluan kehidupan biota secara keseluruhan tetap terjaga. Pemanfaatan ekosistem danau didasarkan kepada pertimbangan bahwa perairan danau berfungsi selain untuk habitat biota air (ikan) juga berperan sebagai daerah reservat dan konservasi bagi satwa liar antara lain beberapa jenis burung yang hidup dan tinggal di perairan danau untuk melakukan sebagian atau keseluruhan daur hidupnya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, yang memiliki peranan penting untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya yang optimal dan mencengah terjadinya kerusakan lingkungan hidup serta menghindari terjadinya konflik pemanfaatan adalah dengan pengelolaan tata ruang yang memperhatikan unsur-unsur ekologi lingkungan.
Dengan pengelolaan tata ruang yang menjadi dasar dalam konsep pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat mencapai rencana pembangunan yang berwawasan lingkungan dan khususnya adalah pengelolaan tata ruang pembangunan kawasan danau dan daerah sekitarnya.



II. PEMBAHASAAN
Karakteristik morfometri danau yang menunjukkan kondisi komponen ekosistem abiotik sebagai habitat kehidupan kelompok biota di air danau, sangat berkaitan dengan komponen ekosistem biotik. Informasi ekosistem akuatik danau sangat diperlukan sebagai salah satu dasar pertimbangan pada pengelolaan danau. Ekosistem danau boleh juga dikatakan dengan ekosistem komplek, karena tidak hanya komponen biota di air dana namun juga komponen biotik dan abiotik didaratan memiliki ketergantungan dan interaksi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan ekosistem danau
Tabel 1. Kaitan dengan cirri morfometri dengan fenomena ekologi perairan
No.
 Ciri Morfometri
                                  Fenomena
1.
Tepi perairan
Merupakan daerah litoral habitat biota air
2.
Kedalaman
Memungkinkan terjadinya stratifikasi kolam air akibat daya tembus sinar matahari dan perubahan suhu air
3.
Fluktuasi muka air
Berhubungan dengan kemantapan kehidupan biota air di daerah litoral
4.
Daerah surutan
Merupakan sumber masukan bahan organic dari dalam perairan
5.
Daerah Tangkapan air
Merupakan sumber masukan bermacam-macam material dari luar perairan
6.
Jumlah Teluk
Mengindikasikan adanya zona produktif karena ketenangan air perairan
7.
Garis pantai
Merupakan sumber telusupan unsure hara dari daratan perairan
8.
Waktu tinggal air
Mengindikasi adanya kesempatan pengendapan partikel cemaran air ke dasar perairan
9.
Outlet dan Pengeluaran air
Menunjukkan jenis kualitas air berdasarkan kandungan unsure haranya


A.   Tepi Perairan
Tepi perairan adalah habitat biota air litoral. Tepi perairan danau terjal, menunjukkan sempitnya daerah litoral. Karena itu, keragaman biota airnya lebih sedikit dibanding perairan dangkal.
B.   Kedalaman
Danau memiliki kedalaman yang perbedaannya sangat signifikan dibanding tipe perairan darat menggenang lainnya. Kedalaman perairan danau bisa mencapai lebih dari 500 m, bagian tengah biasanya terdalam. Kedalaman perairan danau memungkinkan terjadinya stratifikasi kolom airnya akibat daya tembus sinar matahari dan perubahan (penurunan) suhu perairan. Stratifikasi akibat sinar matahari menghasilkan zona tembus cahaya (zona fotik) dan zona gelap, tidak tembus cahaya (zona afotik).
C.   Fluktuasi Muka Air
Fluktuasi atau naik-turunnya permukaan air danau relatif kecil dibanding tipe perairan darat menggenang lainnya
D.   Daerah Surutan
Danau memiliki daerah surutan yang sempit, sehingga beban masukan bahan organik dari dalam perairannya sendiri (autochthonous) sedikit, kecuali jika ada intervensi langsung seperti budidaya ikan dengan tambahan pakan.
E.    Daerah Tangkapan Air
Daerah tangkapan air merupakan sumber air utama bagi perairan danau. Semakin luas daerah ini, semakin banyak massa air yang tertampung di perairannya. Tentunya pasokan yang masuk dari luar (allochthonous) tidak hanya air saja melainkan berbagai beban cair dan padat lainnya.
F.    Jumlah Teluk
Adanya teluk di perairan danau menyebabkan air danau tenang. Ketenangan massa air dapat memicu perkembangan biota air secara optimal.
G.   Garis Pantai
Yaitu Zona pertemuan daratan dengan perairan. Di zona tersebut terjadi penelusupan unsur hara (nutrient influx) dari daratan ke perairan. Makin panjang garis pantainya, makin besar telusupan unsur hara daratan ke perairan.


H.   Waktu Tinggal Air
Makin lama massa air tersimpan di perairan, kemurnian airnya makin terjamin karena ada kesempatan partikel-partikel dalam air untuk mengendap. Selain itu, ekosistem perairannya sangat stabil. Masa simpan air (water retention time) danau adalah yang terlama dibanding tipe perairan darat menggenang lainnya, sesuai fungsinya sebagai penyimpan air.
I.      Outlet atau Pengeluaran Air
Pengeluaran air (outlet) perairan danau berada di bagian atas melalui sungai, berarti keluarnya air dari kolom epilimnion yang trofik
Gambar 1. Zonasi Perairan Danau
Biota air danau terdiri dari plankton (P) yaitu organisma renik tumbuhan dan hewan yang hidup melayang di perairan; makrofita (M) yaitu tumbuhan air mengapung, tenggelam, melayang dan tumbuh di permukaan, dasar, dan pinggir perairan; benthos (B) yaitu hewan yang hidup di dasar perairan; dan nekton (N) yaitu hewan termasuk ikan dan udang yang hidup dalam air.. Makrofita (M) seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes), Hydrilla verticilata dan Salvinia molesta selain berfungsi sebagai pemasok oksigen di perairan melalui proses fotosintesis adalah pakan dan tempat berlindung hewan air. Plankton (P) selain berfungsi sebagai pakan utama hewan air adalah pemanfaat unsur hara anorganik (fitoplankton) dan pemanfaat unsur organik (zooplankton).
Benthos (B) selain berfungsi sebagai pakan hewan air adalah pemanfaat bahan organik berupa detritus. Selain itu masih ada komponen biota air lain yaitu perifiton (organisma renik tumbuhan dan hewan yang hidup menempel pada substrat di dalam air perairan), dan neuston (organisma hewan yang hidup di permukaan air).
Gambar 2. Habitat kelompok biota air








III.  PENUTUP
Danau merupakan komponen yang sangat penting dalam keseimbangan sistem tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya lainnya. Mengamankan danau dari kerusakan akan memberikan pengaruh positif dalam pemanfaatannya tidak hanya untuk jangka pendek nam un untuk beberapa generasi. Untuk itu, sangat tepat untuk memperhatikan kawasan sekitar danau/ waduk yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.
            Adapun Kesimpulan dari makalah Morfometrik Danau dan Fenomena Ekologi  Perairan
1.    Karakteristik morfometri danau yang menunjukkan kondisi komponen ekosistem abiotik sebagai habitat kehidupan kelompok biota di air danau, sangat berkaitan dengan komponen ekosistem biotik.
2.    Ciri morfometri dengan fenomena ekologi sebagai berikut Tepi perairan Merupakan daerah litoral habitat biota air, Kedalaman Memungkinkan terjadinya stratifikasi kolam air akibat daya tembus sinar matahari dan perubahan suhu air, Fluktuasi muka air Berhubungan dengan kemantapan kehidupan biota air di daerah litoral, Daerah surutan Merupakan sumber masukan bahan organic dari dalam perairan, Daerah Tangkapan air Merupakan sumber masukan bermacam-macam material dari luar perairan, Jumlah Teluk Mengindikasikan adanya zona produktif karena ketenangan air perairan, Garis pantai Merupakan sumber telusupan unsure hara dari daratan perairan, waktu tinggal air Mengindikasi adanya kesempatan pengendapan partikel cemaran air ke dasar perairan, dan Pengeluaran air Menunjukkan jenis kualitas air berdasarkan kandungan unsure haranya
3.    Habitat kelompok biota air yang hidup diperairan danau yaitu  Makrovita tumbuhan air yang hidup dipermukaan tengan atau dasar air,  Plankton sebagai pakan utama hewan air, nekton yaitu hewan air ikan atau udang yang hidup diperairan danau, dan bhentos sebagai pakan hewan air.




DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);