KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERIKANAN
![]() |
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
![]() |

OLEH:
NAMA : IBNU MALKAN HASBI
N I M : L 241 10 276
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : Abdul Muhajirin, S.pi
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


A.
Latar Belakang
Wilayah
kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala katulistiwa
dari 94 o sampai 141o Bujur Timur dan 6 o Lintang Utara sampai 11 o Lintang Selatan, dan merupakan negara
kepulauan. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil dan
memiliki garis pantai 81.00 km terpanjang ke dua di dunia, serta luas laut 5,8
juta km2 (G. Jusuf,
1999).
Indonesia
adalah negara yang memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam baik hayati maupun
non-hayati yang melimpah.Sebagian besar kekayaan sumberdaya alam yang
dimilikinya terdapat di wilayah pesisir dan laut.Letak strategis di wilayah
khatulistiwa yang beriklim tropis dan diapit oleh dua buah samudera menyebabkan
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (mega
biodiversity).Pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan
tersebut diharapkan mampu menciptakan industri berbasis perikanan tangkap yang
maju dan bernilai tambah tinggi, sehingga dapat berperan serta dalam
meningkatkan ketahanan pangan bangsa dan dunia (Anonim,
2011).
Provinsi Sulawesi Selatan
yang beribukota di Makassar terletak antara 0o12' – 8o Lintang Selatan dan
116o48' – 122o36' Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat
di sebelah utara dan Teluk Bone serta Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah
timur. Batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan
Laut Flores. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 45 764,53 km
persegi yang meliputi 20 Kabupaten dan 3 Kota. Kabupaten Luwu Utara kabupaten
terluas dengan luas 7 502,68 km persegi
atau luas kabupaten tersebut merupakan 16,46 persen dari seluruh wilayah
Sulawesi Selatan (batukar.info, 2013).
Potensi sektor perikanan Provinsi Sulsel meliputi
perikanan laut dan perikanan darat (tambak air payau, kolam, sawah, danau,
sungai, dan rawa). Berdasarkan data produksi perikanan menurut kabupaten/kota
di Sulsel pada tahun 2005 menunjukkan, secara keseluruhan produksi perikanan
laut mencapai 315.734 ton dengan daerah pengahasil terbesar adalah Kabupaten
Bone sebesar 67.707,9 ton. Kemudian menyusul Kabupaten Jeneponto dengan
43.670,7 ton, Kabupaten Takalar
sebesar 39.543,5 ton.Sementara
produksi perikanan darat secara keseluruhan mencapai 425.753,44 ton yang
meliputi tambak 391.745,40 ton, kolam 13.798,90 ton, sawah 37,442 ton, danau
14.252,40 ton, dan sungai 2.091,4 ton, dan produksi perikanan rawa mencapai
5.919,30 ton.Sekitar 70 persen potensi ikan tangkap atau sekitar 600 ribu ton
dari 900 ton total sumber daya ikan tangkap di Sulawesi Selatan belum
dimanfaatkan Sulawesi Selatan menyimpan potensi sumberdaya kelautan,
baik hayati maupun non hayati yang cukup menjanjikan untuk dikelola. Potensi
ini bukan hanya menjadi aset lokal namun juga nasional jika dikelola dan
dimanfaatkan secara arif dan bijaksana..
Kabupaten Takalar adalah
salah satu Kabupaten dalam wilayah propinsi sulawesi selatan yang memiliki luas
yakni 566,51 km² dengan rincian wilayah yakni berada di lintang selatan 5,30° ±
5,38° dan bujur timur 119,22° ± 199,39°. Takalar berbatasan dengan kota
Makassar dan Kabupaten Gowa pada sebelah utara, Kabupaten Jeneponto dan
Kabupaten Gowa sebelah timur, laut Flores pada sebelahselatan dan selat
makassar pada sebelah baratnya (Dinas Perikanan Kabupaten Takalar, 2005)
Keunggulan
geografis ini menjadikan Takalar sebagai alternatif terbaik untuk investasi
atau penanaman modal.Dengan fasilitas pelabuhan yang ada, Takalar memiliki
potensi akses regional maupun nasional sebagai pintu masuk baru untuk kegiatan
industri dan perdagangan untuk kawasan Indonesia Timur.Demikian pula dengan
sarana dan prasarana transportasi darat seperti; akses jalan menuju kota
Makassar, jarak yang relative tidak jauh dari pelabuhan, potensi pariwisata
yang didukung dengan keadaan alam, kehidupan masyarakat, kondisi sosial budaya
dan dunia usaha. (www.kmb-sulsel.net/,2011).
Melihat potensi pembangunan indonesia, maka
dirasa perlu dilakukan
praktek lapang kebijakan dan strategi pembangunan untuk melihat kebijakan
pemerintah dalam mengatur pembangunan di lokasi praktek lapang.
B.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan di laksanakannya praktek lapang
kebijakan dan strategi pembangunan adalah :
1.Untuk melihat
kebijakan dan strategi pembangunan pemerintah dilokasi praktek
2.Untuk mengetahui kebijakan yang tepat dalam
pengelolaan masyarakat pesisir.
Kegunaan di laksanakannya Praktek lapang kebijakan
dan strategi pembangunan adalah:
untuk membandingkan materi yang di dapatkan
di bangku kuliah dengan keadaan di lokasi praktek.

A.
Pengertian
kebijakan dan strategi
kebijakan
adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik
kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi
dari kebijakan yang sudah ada (nugroho, 2004)
Strategi adalah arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan
keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah
untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan .(
Henry Mintzberg,1998)
Pembangunan adalah segala upaya yang
dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan dengan tujuan utama
memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (Mohammad Ali, 2001)
Kebijakan
strategi pembangunan adalah strategi sebagai rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis pembangunan dengan
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
pembangunan dapat dicapai (WF Glueck dan LR Jauch, 1999)
B. Permasalahan
pembangunan perikanan dan kelautan
Pengentasan
kemiskinan di wilayah pesisir dan sentra-sentra perikanan merupakan salah satu
fokus dalam pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 mencapai
30,02 juta jiwa. Sebagian besar dari jumlah tersebut adalah masyarakat
kelautan dan perikanan. Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang
penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Pembangunan
ekonomi nasional berbasis kelautan dan perikanan secara langsung maupun tidak
langsung dilaksanakan untuk percepatan pengentasan kemiskinan. Permasalahan
mendasar kualitas masyarakat kelautan dan perikanan yang menyebabkan kemiskinan
adalah kurangnya akses permodalan, pasar dan teknologi, perlindungan sosial
budaya, tidak memiliki aset sebagai modal aktif, rendahnya kualitas lingkungan
serta lemahnya kelembagaan nelayan, pembudidaya, pengolah/pemasar ikan,
masyarakat petambak garam rakyat, dan masyarakat pesisir lainnya.(Anonim, 2012)
C.
Kebijakan
dan strategi yang tepat dalam pengelolaan masyarakat pesisir
Dalam
rangka penanggulangan kemiskinan yang merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan kesepakatan global untuk mencapai Tujuan
Pembangunan Milenium. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai tahun 2009
telah menginisiasi program pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) yang
terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM
Mandiri) di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
PNPM
Mandiri KP Tahun 2012 dilakukan melalui tiga komponen yaitu Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan, dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR)
serta Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Selanjutnya untuk meningkatkan
koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri KP Tahun 2012 yang terdapat di 4 (empat) unit
kerja eselon I KKP, Menteri Kelautan dan Perikanan membentuk Tim
Koordinasi yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari
masing-masing unit kerja eselon I terkait.
upaya
kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan melalui fasilitasi bantuan pengembangan
usaha bagi nelayan, pembudidaya ikan, pengolah/pemasar ikan, petambak garam
rakyat dan masyarakat pesisir dalam wadah Kelompok Usaha Kelautan dan Perikanan
(KUKP). KUKP merupakan kelembagaan masyarakat kelautan dan perikanan pelaksana
PNPM Mandiri KP untuk penyaluran bantuan pengembangan usaha bagi anggota
kelompok. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan PNPM
Mandiri KP, KUKP didampingi oleh tenaga pendamping dari Penyuluh
Perikanan PNS, Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK), penyuluh swadaya
dan/atau tenaga pendamping PUGAR. Melalui pelaksanaan PNPM Mandiri KP
diharapkan KUKP dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola
nelayan, pembudidaya ikan, pengolah/pemasar ikan, petambak garam rakyat, dan
masyarakat pesisir lainnya (Anonim, 2012)
D. Identifikasi
kebutuhan dalam aktivitas ekonomi yang sehubungan dengan pekerjaan
Nelayan
merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat pesisir. Keberadaan
nelayan sangat identik dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya
terutama dibidang sosial ekonomi, di mana ketergantungan masyarakat nelayan
pada sumber daya laut, keadaan cuaca dan alam sehingga pendapatan mereka juga
tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa
melaut atau mencari ikan.
Pekerjaan
nelayan sudah menjadi budaya atau kebiasaan turun menurun bagi masyarakat
pesisir dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga sampai saat ini mereka masih
bernelayan Peran dan partisipasi dalam
menopang kegiatan ekonomi terlihat dari aktifitas perempuan yang bekerja
sebagai nelayan dengan melakukan produksi dan distribusi hasil tangkapan berupa
kerang sebagai upaya memperkuat kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir yang
lemah.(Antaranews, 2013)
Salah satu bentuk strategi sosial (adaptasi)
yang senantiasa dilakukan dalam menghadapi lingkungan pekerjaan serta
kondisi-kondisi dari berbagai keterbatasan yang dialami adalah melalui
pertukaran sosial atau jaringan sosial. Konteks jaringan sosial (social net)
untuk jaringan produksi dan pemasaran yang terbentuk, ternyata seringkali
kepadanya hanya ditempatkan atau diposisikan sebagai objek eksploitatif oleh
para pemilik modal. Harga ikan maupun
komoditas budidaya, sebagai sumber pendapatan mereka, tetap ”dikendalikan” oleh
para pemilik modal atau para pedagang/tengkulak, sehingga distribusi pendapatan
menjadi sangat tidak merata (Bailey, 1982)
E. Klasifikasi Identifikasi kebutuhan dalam
aktivitas pekerjaan
Masyarakat daerah pesisir merupakan masyarakat
yang mayoritas penghasilannya sehari-hari dari hasil laut, mereka itu adalah
para nelayan. Aktivitas sehari-hari adalah menangkap ikan dan mengumpulkan
hasil laut seperti kepiting, rumput laut, kerang, tiram dan sebagainya. Umumnya
hidup di kawasan pesisir pantai sangat dipengaruhi oleh kondisi alam yang tidak
menentu, terutama terjadinya angin, gelombang laut, sehingga aktivitas melaut
terganggu dan tidak terjadi sepanjang masa. Secara otomatis penghasilan
masyarakat pesisir akan menurun. Kasus ini merupakan problem bagi masyarakat
pesisir dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bila kebutuhan tidak
terpenuhi, maka mereka akan mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan hidup yang
akhirnya mengakibatkan miskin.
Kejadian yang tidak mendukung aktivitas melaut
mereka sehari-hari kerap kali disebut dengan musim paceklik, dimana penghasilan
mereka yang sudah bergantung kepada nasib dan sedikit akan bertambah menurun
secara draktis. Pekerjaan sampinganpun tidak dapat memberikan jaminan mereka
bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Akhirnya mereka harus berhutang
kepada juragan yang membeli ikannya, atau kepada masyarakat lain secara umum.
Berdasarkan beberapa realita dan penelitian yang terjadi, mayoritas penyebab kemiskinan nelayan adalah kemiskinan struktural, dimana umumnya ketika musim paceklik tiba mereka berhutang pada juragan-juragan. Utang akan dibayar saat kondisi alam membaik dan hasil tangkapan ikan melimpah. Prasyaratnya adalah nelayan harus menjual hasil tangkapannya pada juragan dengan harga yang ditentukan juragan. Implikasi dari hal ini malah memperburuk dan memperkeruh masalah, dimana seharusnya mereka mendapatkan bantuan malah ditambah dengan beban yang menyulitkan. Pantas dari beberapa kasus yang terjadi di tengah-tengah masyarakat akhirnya ada praktek pencurian hasil tangkapan nelayan lain, penggunaan pukat harimau, pengeboman dengan potas sehingga bibit ikan dan sejenisnya mati dan intinya merusak lingkungan. (Wikipedia, 2010)
Berdasarkan beberapa realita dan penelitian yang terjadi, mayoritas penyebab kemiskinan nelayan adalah kemiskinan struktural, dimana umumnya ketika musim paceklik tiba mereka berhutang pada juragan-juragan. Utang akan dibayar saat kondisi alam membaik dan hasil tangkapan ikan melimpah. Prasyaratnya adalah nelayan harus menjual hasil tangkapannya pada juragan dengan harga yang ditentukan juragan. Implikasi dari hal ini malah memperburuk dan memperkeruh masalah, dimana seharusnya mereka mendapatkan bantuan malah ditambah dengan beban yang menyulitkan. Pantas dari beberapa kasus yang terjadi di tengah-tengah masyarakat akhirnya ada praktek pencurian hasil tangkapan nelayan lain, penggunaan pukat harimau, pengeboman dengan potas sehingga bibit ikan dan sejenisnya mati dan intinya merusak lingkungan. (Wikipedia, 2010)
III.
METODOLOGI PRAKTEK

A.
Waktu dan Tempat
Praktek
lapang Perencanaan mata kuliah kebijakan strategi dan pembangunan dilaksanakan pada hari sabtu-minggu,
tanggal 20-21 April 2013, yang bertempat di Desa Sampulungan, Kecamatan
Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
B. Sumber Data
Ada
pun sumber data yang digunakan antara lain:
1.
Data
primer adalah data yang diperoleh dari observasi atau wawancara secara langsung di lapangan.
2.
Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari buku atau pustaka lain yang digunakan
sebagai pengangan pembelajaran.
C. Metode Pengambilan Data
Ada
pun metode pengambilan data yang digunakan antara lain:
1.
Observasi
yaitu peninjauan langsung kelapangan.
2.
Wawancara
adalah matode pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
kepada responden.
DAFTAR PUSTAKA
http://dhkangmas.wordpress.com/2011/02/01/melembagakan-kelembagaan-petani-pedesaan/
http://suara-anak-nelayan.blogspot.com/2009/09/peranan-lembaga-adat-terhadap.html
http://indramunawar.blogspot.com/2009/04/organisasi-dan-lembaga-serta.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197105042005012-FARIDA_SARIMAYA/TEORI_SOSIAL_BUDAYA/TTSB.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Takalar
http://batukar.info/system/files/Susel%20DA2008.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar