Selasa, 28 Juli 2015

Nilai Valuasi Ekonomi Taman Wisata Matakuliah Valuasi Ekonomi

Dosen
Prof.Dr, Ir. Aris Baso, MS


VALUASI EKONOMI PERIKANAN

VALUASI EKONOMI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG
(Economic Valuation on Punti Kayu Recreation Park Palembang)*
Oleh/By:
Bambang Tejo Premono dan/and Adi Kunarso



IBNU MALKAN HASBI
 P3300214005



PROGRAM MAGISTER ILMU PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

I.    PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis me-miliki keanekaragaman hayati (biodiver-sity) terbesar ketiga di dunia, baik meli-puti daratan, udara, dan perairan. Potensi yang dimiliki tersebut memiliki peranan yang penting dalam pengembangan kepa-riwisataan khususnya wisata alam. Poten-si Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki berupa keaneka-ragaman flora dan fauna, keunikan budaya tradisional, bentang alam, gejala alam, dan peninggalan sejarah yang kesemua-nya dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan kegiatan pariwisata alam mempunyai dampak positif dan ne-gatif, baik dari segi ekonomi, sosial, ling-kungan dan masyarakat sekitar. Dampak positif dalam pengembangan dapat beru-pa peningkatan pendapatan masyarakat, menambah  pendapatan dan devisa nega-ra, membuka kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar serta meningkat-kan kesadaran masyarakat akan arti pen-ting konservasi sumberdaya alam. Dam-pak negatif yang sering muncul dalam pe-ngembangan kegiatan kepariwisataan ini berupa tindakan pengrusakan (vandalis-me) terhadap obyek wisata tersebut, baik bangunan maupun obyek alamnya.
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk diman-faatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Adapun kriteria untuk penunjukan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata alam (TWA) adalah sebagai beri-kut:
1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem geja-la alam serta formasi geologi yang menarik;
2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pa-riwisata alam.
Hutan sebagai barang publik membe-rikan tiga macam nilai yaitu: (1) nilai ka-rena digunakan (user value) seperti orang mengunjungi hutan tersebut, (2) nilai pi-lihan (option value) seperti dalam hal memberikan kepuasan karena adanya hu-tan tersebut, dan (3) nilai keberadaan (existence value) yang merupakan kepu-asan seseorang di atas nilai penggunaan dan nilai pilihannya, dari hanya mengeta-hui bahwa hutan tersebut ada dan bahwa orang lain dan generasi yang akan datang yang ingin melihat hutan tersebut dapat melakukannya (Suparmoko, 2005).
Penilaian (valuation) sumberdaya alam adalah alat ekonomi yang diguna-kan untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh sum-berdaya alam melalui teknik penilaian tertentu. Barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dan lingkungan se-perti nilai rekreasi, nilai keindahan, dan sebagainya yang tidak dapat diperdagang-kan dan sulit mendapatkan data mengenai harga dan kuantitas dari barang dan jasa tersebut. Nilai yang dihasilkan dari sum-berdaya alam dapat dikategorikan dalam nilai guna ordinal, karena manfaat atau kenikmatan yang diperoleh dari meng-konsumsi barang-barang tidak dapat di-kuantifikasikan (Sukirno, 2004). Pende-katan yang digunakan untuk menilai (va-luation) terhadap sumberdaya alam dan lingkungan dengan teknik pengukuran ti-dak langsung (indirect) menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method/TCM). Pendekatan biaya perja-lanan merupakan metode valuasi dengan cara mengestimasi kurva permintaan ba-rang-barang rekreasi terutama rekreasi lu-ar (outdoor recreation).
Manfaat ekonomi taman wisata alam selama ini belum banyak diketahui secara pasti karena sifatnya yang intangible (ti-dak terukur). Penilaian terhadap taman wisata alam sangat penting untuk dike-tahui sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan pengelolaan yang berkelanjutan. Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan salah satu kawasan taman wisata alam yang cukup potensial dan mempunyai prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan, namun kurang didukung dengan data dan informasi yang komprehensif. Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupa-kan salah satu lokasi wisata alam yang ada di Kota Palembang, Sumatera Se-latan. Kawasan ini telah mengalami per-ubahan peruntukan, dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata alam. Sejak tahun 1999, pengelolaan.
taman wisata alam ini dilakukan oleh pi-hak ketiga (swasta) di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan.
Pemanfaatan hasil hutan nonmarket-able seperti TWA Punti Kayu sering ti-dak diukur (terabaikan) dalam menghi-tung kontribusi nilai ekonomi hutan, akibatnya data tentang nilai ekonomi kuanti-tatifnya masih sangat kurang atau bahkan belum ada. Oleh sebab itu, maka perlu di-lakukan penghitungan nilai ekonomi TWA Punti Kayu sebagai bahan pertim-bangan dalam perencanaan dan pengelo-laan TWA Punti Kayu di masa mendatang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang: (1) karak-teristik pengunjung TWA Punti Kayu yang mempengaruhi permintaan rekreasi, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke TWA Punti Kayu, (3) menduga persamaan permintaan man-faat rekreasi dari TWA Punti Kayu, (4) valuasi ekonomi TWA Punti Kayu.



II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TWA Punti Kayu Palembang yang secara administrasi pemerintahan terletak di Keca-matan Sukarame, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitan ini dila-kukan antara bulan Agustus sampai dengan September 2007, meliputi kegiatan wawancara terhadap pengunjung TWA Punti Kayu dan pengumpulan data sekun-der. Taman Wisata Alam Punti Kayu di-pilih karena merupakan satu-satunya sa-rana rekreasi alam di Kota Palembang yang memiliki jumlah kunjungan yang cukup besar dan segmen pengunjung yang sangat beragam. Dengan pengelola-an yang baik TWA Punti Kayu dapat menjadi sumber pendapatan daerah yang potensial.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi data pri-mer dan data sekunder. Pengumpulan da-ta primer dilakukan dengan menggunakan teknik incendental sampling (responden merupakan seseorang yang kebetulan di-jumpai atau ditemui saat itu), melalui wa-wancara dengan bantuan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari PT Indosuma Pu-tra Citra sebagai pengelola TWA Punti Kayu, BKSDA Sumatera Selatan, Badan Pusat Statistik, dan instansi terkait lain-nya. Data ini meliputi karakteristik obyek rekreasi seperti letak, luas, keadaan biolo-gis, potensi wisata, aksesibilitas, fasilitas rekreasi, jumlah pengunjung setiap tahun, jumlah penduduk, daerah asal serta jum-lah penduduk per kecamatan dan per ka-bupaten di Provinsi Sumatera Selatan.
C. Analisis Data
Data yang diperoleh dikelompokkan menurut daerah asal pengunjung, kemu-dian dianalisis secara deskriptif, selanjut-nya digunakan untuk menentukan/meng-hitung besaran:
1. Faktor-faktor yang berpengaruh ter-hadap kunjungan ke TWA Punti Ka-yu. Untuk menentukan faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh ter-hadap permintaan produk dari jasa lingkungan rekreasi wisata alam digu-nakan analisis linier berganda. Model umum regresi linier berganda adalah:
Y= βo+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+μ
Keterangan :
Y : Permintaan rekreasi; βo : Intersep; β1 s.d β6 : Koefisien regresi yang akan dihitung; X1 : Biaya perjalanan; X2 : Pendapatan/uang saku per bulan; X3 ; Jumlah penduduk keca-matan asal pengunjung; X4 : Pendidikan; X5 : Umur; X6 : Jumlah waktu kerja per hari; μ : Disturbance term.
Agar didapatkan hasil Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE), model analisis regresi berganda dilakukan evaluasi ekonometri dengan asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorela-si.

2. Penilaian (valuasi) ekonomi TWA Punti Kayu. Pendekatan yang diguna-kan yaitu menggunakan metode biaya perjalanan (TCM). Penilaian pende-katan ini dengan menghitung biaya perjalanan yang dikeluarkan pengun-jung selama kegiatan rekreasi, mulai dari berangkat sampai kembali lagi ke tempat asal dan pengeluaran lain sela-ma di perjalanan dan di dalam tempat rekreasi, antara lain mencakup kon-sumsi, karcis, dokumentasi, dan par-kir.

3. Menyusun persamaan permintaan re-kreasi di TWA Punti Kayu dengan pendekatan metode biaya perjalanan (TCM), menggunakan kurva permin-taan yang merupakan hubungan anta-ra jumlah kunjungan per 1.000 pendu-duk daerah (zona) pengunjung dengan biaya perjalanan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan fungsi permintaan tersebutadalah ber-dasarkan Bahruni (1993) dalam Dji-jono (2002):



a. Menentukan jumlah kunjungan tahun 2006/2007
b. Menduga distribusi (persentase) dae-rah asal pengunjung berdasarkan sensus pengunjung di pintu masuk:
Pi=JCi/nx100%
Keterangan:
Pi : Persentase kunjungan dari daerah  (zona) i
JCi : Jumlah kunjungan contoh dari zona  i
n : Jumlah total kunjungan contoh  (jumlah contoh)
c. Menentukan jumlah kunjungan per ta-hun dari daerah (zona) tertentu (JKi)
JKi=Pi x JKT
Keterangan:
JKi : Jumlah kunjungan per tahun dari  daerah (zona) i
Pi : Jumlah pengunjung zona i
JKT : Jumlah kunjungan pada tahun tertentu
d. Menentukan jumlah kunjungan dari zona tertentu per 1.000 penduduk (Yi)
Yi=JKi/JPix100%
Keterangan :
Yi : Jumlah kunjungan dari zona i
JKi : Jumlah pengunjung zona i
JPi : Jumlah penduduk kecamatan asal pengunjung per 1.000 orang zona ke-i
e. Menentukan biaya perjalanan rata-rata dari zona tertentu (X1i) yang ditentu-kan berdasarkan biaya perjalanan responden (Bpi)
Xli= Xi/ni
Keterangan :
X1i : Biaya perjalanan rata-rata dari zona i
Xi : Biaya perjalanan responden zona i
ni : Jumlah responden zona i
f. Menentukan nilai ekonomi dengan pe-ngunjung per 1.000 penduduk sebagai penduduk Y dan biaya perjalanan wi-sata sebagai X1
4. Nilai ekonomi didapatkan dari persa-maan fungsi permintaan dengan meng-hitung nilai total kesediaan berkorban, nilai yang dikorbankan dan surplus konsumen pengunjung yang berkun-jung ke TWA Punti Kayu dilakukan dengan mengkonversi nilai tersebut dengan total jumlah penduduk di selu-ruh zona pengunjung dengan formula sebagai berikut:
Total Nilai= Nilai rata-rata x Jumlah penduduk/1000






III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Letak dan Luas
Taman Wisata Alam Punti Kayu se-cara geografis terletak antara 103º11’- 103º40” BT dan 3º11’- 3º12’ LS. Secara administrasi pemerintahan, TWA Punti Kayu terletak di dalam wilayah Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam…(B. T. Premono; A. Kunarso)  17
2. Topografi
Secara umum keadaan lapangan di kawasan TWA Punti Kayu adalah meru-pakan daerah yang datar sampai berge-lombang dengan ketinggian antara 3-20 m dpl. Kelerengan sebagian besar datar (0-8%) dan sebagian kecil landai (8-15%). Daerah yang tinggi seluas 33,7 ha merupakan tanah kering yang ditumbuhi hutan pinus, sedangkan sisanya merupa-kan tanah rawa seluas 6,2 ha yang ditum-buhi semak belukar. Curah hujan bulanan di TWA Punti Kayu dan wilayah sekitarnya berkisar an-tara 42-442 mm, dengan angka curah hu-jan tahunannya sebesar 2.385 mm. Jum-lah hari hujan bulanan di TWA Punti Ka-yu berkisar antara 7-19 hari dengan jum-lah hari hujan setahunnya sebesar 154 ha-ri. Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan tahunannya, maka dapat dihitung intensitas hujan rata-rata sebesar 15,5 mm/jam. Suhu rata-rata bulanan berkisar antara 26,0-27,0ºC dengan kelembaban udara tahunannya sebesar 86% (BKSDA, 2003).
3. Flora dan Fauna
a. Flora
Kawasan TWA Punti Kayu terdiri da-ri vegetasi hutan pinus (Pinus merkusii), hutan rawa, tanaman penghijauan, semak belukar, dan alang-alang. Jenis tumbuhan yang mendominasi kawasan tersebut ada-lah pinus, sedangkan jenis lainnya adalah mahoni (Swietenia mahagoni), kayu putih (Melaleuca leucadendron), akasia (Aca-cia auriculiformis), dan simpur (Dillenia sp.). Tanaman penghijauan/peneduh yang ditanam pada kawasan yang dibuka dan pinggir jalan, antara lain akasia (Acacia mangium) dan gmelina (Gemelina arbo-rea) (BKSDA, 2003).
Jenis tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan rawa, antara lain nipah (Nypa fruticans), waru (Hibicus sp.), dan pada bagian rawa yang digenangi air terdapat bunga teratai (Nymphaea nouchali). Tumbuhan bawah terdiri dari semak be-lukar (Melastoma sp.) dan alang-alang (Imperata cylindrica) (BKSDA, 2003).
b. Fauna
Fauna yang dapat dijumpai di dalam kawasan TWA Punti Kayu terdiri dari ti-ga kelas, yaitu mamalia, aves, dan reptil. Jenis-jenis dari kelas mamalia di antara-nya beruk (Macaca nervistrina), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), be-ruang madu (Helarctos malayanus), dan owa (Hylobates sp.). Kelas aves di anta-ranya burung raja udang (Alcedo coco-erulesceus), merak (Pavo muticus), kaka-tua jambul kuning (Cacatua gallerita tri-toni), kucica (Turdus obscuris), dan pren-jak (Philloscopus sarasinorum). Kelas reptilia di antaranya biawak (Vorarus sal-vator) dan ular piton (Phyton sp.). Satwa-satwa ini dibedakan menjadi tiga katego-ri, yaitu satwa sebagai atraksi, satwa un-tuk di kandang, dan satwa yang dilepas/ bebas di alam (BKSDA, 2003).
4. Aksesibilitas
Taman Wisata Alam Punti Kayu ter-letak pada ruas jalan provinsi yang meng-hubungkan Kota Palembang dengan Ban-dara Sultan Mahmud Badarudin II. Akse-sibilitas lokasi kawasan tersebut ke pusat Kota Palembang sangat tinggi karena le-taknya hanya sekitar enam km dan kenda-raan umum seperti bis kota dan angkutan kota tersedia sepanjang waktu (pagi hing-ga malam hari).
B. Karakteristik Pengunjung
Taman Wisata Alam Punti Kayu me-rupakan salah satu potensi wisata alam yang ada di Kota Palembang dan menjadi daya tarik bagi pengunjung, baik dari da-lam kota dan luar Kota Palembang. Karakteristik pengunjung akan mempe-ngaruhi pengembangan ekowisata (rekre-asi) dan permintaan pasar ekowisata. Pe-ngaruh tersebut merupakan hubungan an-tara kebutuhan wisata dengan kemampu-an ekonomi pengunjung.
Secara umum pengunjung di TWA Punti Kayu didominasi oleh kalangan muda-mudi (umur rata-rata 21,4 tahun) dengan pendidikan menengah ke atas. Penghasilan per bulan pengunjung TWA Punti Kayu rata-rata sebesar Rp 703.571. Karakteristik pengunjung selengkapnya meliputi umur, pendidikan, penghasilan/ uang saku, biaya konsumsi, dan waktu kerja per hari disajikan pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dilihat variasi pe-ngunjung yang datang ke TWA Punti Ka-yu mulai dari umur, pendidikan, pengha-silan, biaya konsumsi per hari sampai waktu kerja per hari, sehingga dapat dika-takan TWA Punti Kayu sebagai tempat rekreasi alam yang terbuka bagi siapa sa-ja.
C. Distribusi dan Motivasi Pengun-jung
Pengunjung TWA Punti Kayu berda-sarkan jenis kelamin memiliki persentase yang hampir seimbang antara laki-laki (53,63%) dan perempuan (46,36%). Pe-ngunjung berdasarkan cara kunjungan umumnya datang berdua dengan teman atau kerabat (42,72%), bersama rom-bongan (27,27%), dan sendiri (5,45%). Adapun tujuan utama kunjungan ke TWA Punti Kayu adalah untuk rekreasi, meng-hilangkan kejenuhan (61,81%), menik-mati pemandangan dan hewan (33,63%) serta tujuan lainnya, seperti aktivitas pe-motretan dan acara perpisahan (4,54%).
Motivasi menjadi faktor pendorong seseorang untuk melakukan suatu tindak-an dalam mencapai tujuan yang diingin-kan, begitu pula dengan pengunjung di TWA Punti Kayu. Proporsi motivasi pe-ngunjung dapat dilihat pada Tabel 2.  Frekuensi kunjungan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pengunjung terha-dap TWA Punti Kayu dan keterbatasan obyek wisata alam yang ada. Proporsi frekuensi kunjungan pengunjung di TWA Punti Kayu dapat dilihat pada Tabel 3.  Proporsi pengunjung berdasarkan je-nis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 4. Kelompok pengunjung pelajar, maha-siswa, dan wiraswasta yang besar menun-jukkan bahwa waktu kerja yang sedikit menyebabkan mereka dapat menikmati rekreasi untuk mengisi waktu luang.
Jenis kendaraan yang digunakan pe-ngunjung di TWA Punti Kayu, sebagian besar adalah sarana transportasi umum (43,63%), sepeda motor (26,36%), mobil pribadi (13,63%), dan kendaraan sewaan (16,36%). Akses untuk mencapai lokasi TWA Punti Kayu yang mudah menye-babkan banyak pengunjung mengguna-kan transportasi umum dan sepeda motor untuk mencapai lokasi.
D. Nilai Ekonomi Wisata
Penentuan nilai ekonomi untuk sum-berdaya alam dan lingkungan seperti wi-sata alam dilakukan secara tidak langsung dengan pendekatan metode biaya perja-lanan (TCM). Pendekatan ini untuk meni-lai manfaat yang diberikan dengan ada-nya suatu kawasan wisata seperti hutan, danau, dan sebagainya (Suparmoko, 2005). Perhitungannya berdasarkan be-sarnya biaya yang dikeluarkan untuk me-lakukan kunjungan wisata ke tempat wi-sata. Biaya yang dikeluarkan meliputi bi-aya transportasi pulang-pergi, biaya kon-sumsi selama kegiatan wisata, biaya do-kumentasi, dan biaya lainnya (seperti kar-cis masuk, asuransi, dan parkir). Pengun-jung dengan tempat tinggal yang dekat dengan daerah wisata alam akan mem-bayar biaya transportasi yang lebih murah daripada mereka yang tinggal dengan ja-rak yang lebih jauh. Hal ini juga akan di-pengaruhi oleh jenis transportasi yang di-gunakan (Lowe and Lewis, 1980; Supar-moko, 2005).
Untuk memproyeksikan nilai ekono-mi wisata alam dengan pendekatan meto-de biaya perjalanan, maka dilakukan sis-tem zonasi berdasarkan daerah asal, de-ngan asumsi untuk pengunjung dari zona yang sama akan mengeluarkan biaya transportasi yang sama. Semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas rekreasi, maka pengunjung lebih banyak mengeluarkan biaya perjalanan dibandingkan dengan yang tinggal dekat obyek tersebut. De-ngan demikian, mereka yang bertempat tinggal lebih dekat dan biaya perjalanan-nya lebih rendah akan memiliki surplus konsumen yang lebih besar.
Berdasarkan sistem zonasi tersebut, maka pengunjung TWA Punti Kayu diba-gi menjadi 16 zona. Besarnya biaya per-jalanan yang terdiri dari biaya transporta-si, biaya konsumsi, dan biaya lainnya da-pat dilihat dari Tabel 5.
Data jumlah penduduk per kecamatan didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Kome-ring Ilir, Musi Banyuasin, dan Kota Pa-lembang. Jumlah kunjungan dari masing-Vol. VII No.1 : 13-23, 2010 20  masing zona sangat bervariasi antara 3-12 orang. Jumlah kunjungan dari masing-masing zona kemudian ditransformasi menjadi jumlah kunjungan per 1.000 pen-duduk. Besarnya jumlah kunjungan per 1.000 penduduk dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel (Table) 5. Biaya perjalanan pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu, Sumatera Selatan masing-masing zona (Visitor travel cost of Punti Kayu Recreation Park, South Sumatra by zone)
Tabel (Table) 6. Jumlah pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu, jumlah penduduk, biaya perjalanan wisata alam, dan jumlah pengunjung per 1.000 penduduk masing-masing zona (Number of visitor of Punti Kayu Recreation Park, population, travel cost, and number of visitor per 1,000 inhabitants by zone)
Nilai ekonomi wisata alam ditentukan melalui karakteristik pengunjung yang mempengaruhi tingkat kunjungan berda-sarkan biaya perjalanan, pendapatan/uang saku, jumlah penduduk per zona asal pe-ngunjung, pendidikan, umur, dan waktu kerja. Nilai dari tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan karakteristik pengunjung lainnya yang dikategorikan berdasarkan zonasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Untuk mengetahui pengaruh faktor biaya perjalanan, pendapatan/uang saku, jumlah penduduk, pendidikan, umur, dan waktu kerja terhadap jumlah kunjungan seperti pada Tabel 8, digunakan analisis kuantitatif dengan model regresi bergan-da. Dari hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi dida-patkan model persamaan regresi sebagai berikut : Y = 2,763 + 2,428e - 0,5X1 -1,63e0,5X3 - 0,376X6.
Berdasarkan hasil analisis regresi pa-da Tabel 8 didapatkan hasil bahwa faktor biaya perjalanan, jumlah penduduk per
Keterangan (Remarks) :
Y : Jumlah pengunjung per 1.000 penduduk (orang)
X1 : Biaya perjalanan (rupiah)
X2 : Pendapatan/uang saku per bulan (rupiah)
X3 : Jumlah penduduk kecamatan asal pengunjung (orang)
X4 : Pendidikan ( tahun)
X5 : Umur (tahun)
X6 : Jumlah waktu kerja per hari (jam)
kecamatan, dan jumlah waktu luang me-miliki pengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan. Hanya faktor biaya perjalanan yang memiliki pengaruh positif terhadap kunjungan, sedangkan faktor jumlah pen-duduk per kecamatan dan jumlah waktu kerja memiliki pengaruh negatif. Nilai koefisien determinasi (r2) dari Tabel 8 di-dapatkan nilai positif (0,767). Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas (biaya perjalanan, pendapatan, jumlah penduduk kecamatan, pendidikan, umur, dan jumlah waktu kerja) mampu menje-laskan variasi perubahan pada variabel terikat (jumlah pengunjung) sebesar 76,7%; sisanya dipengaruhi oleh varia-bel-variabel lain yang tidak dilibatkan da-lam penelitian ini.
Hasil dari regresi merupakan fungsi permintaan produk rekreasi terhadap bia-ya perjalanan, digunakan sebagai acuan untuk menyusun kurva permintaan guna menduga nilai ekonomi wisata alam. Pen-dugaan nilai ekonomi wisata TWA Punti Kayu menggunakan biaya perjalanan de-ngan menganggap variabel lainnya tetap (digunakan nilai rata-rata), karena biaya perjalanan dapat menggambarkan kese-diaan membayar dari konsumen, merupa-kan biaya yang harus dikorbankan konsu-men untuk mendapatkan jasa rekreasi alam tersebut. Penggunaan nilai rata-rata untuk variabel lain berpengaruh terhadap persamaan intersep, sehingga persamaan menjadi Y = -4,018 + 0,0002428 X1. Se-lanjutnya diinversi menjadi X11 = 165.485,997 + 41.186 Y. Perhitungan to-tal nilai ekonomi (rata-rata kesediaan ber-korban, nilai yang dikorbankan, dan sur-plus konsumen) dilakukan dengan meng-integralkan persamaan hasil inversi de-ngan batas bawah pada saat Y = 0 dan ba-tas atas Y rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kesediaan berkor-ban, nilai yang dikorbankan, dan surplus konsumen masing-masing adalah Rp 365.932,215 per 1.000 penduduk, Rp 165.485,997 per 1.000 penduduk, dan Rp 200.446,218 per 1.000 penduduk.
Nilai yang diperoleh dari Tabel 9 me-rupakan hasil dari analisis kurva permin-taan pada saat biaya perjalanan rata-rata Rp 36.869,56 di mana surplus konsumen lebih besar dibandingkan nilai yang di-korbankan. Surplus konsumen adalah perbedaan antara kepuasaan yang diper-oleh seseorang di dalam mengkonsum-sikan sejumlah barang dengan pembayar-an yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Hal ini terjadi pada wi-sata alam dengan daya tarik unik (Klem-pener, 1996). Pada wisata alam dengan daya tarik unik, ketika harga naik maka jumlah pengunjung tidak turun secara ce-pat, karena tidak terdapat obyek wisata lain sebagai substitusi. Hal ini juga terjadi pada TWA Punti Kayu yang merupakan satu-satunya obyek wisata alam yang ada di Kota Palembang. Penurunan jumlah pengunjung pada obyek wisata alam de-ngan daya tarik unik terjadi bila terjadi kerusakan atau penurunan kualitas obyek wisata tersebut (Klempener, 1996).




IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi permin-taan rekreasi adalah biaya perjalanan yang memiliki pengaruh positif ter-hadap kunjungan, sedangkan faktor jumlah penduduk per kecamatan dan jumlah waktu kerja memiliki penga-ruh negatif.
2. Pendugaan persamaan permintaan manfaat ekonomi rekreasi dari Ta-man Wisata Alam Punti Kayu berda-sarkan metode biaya perjalanan yaitu Y = -4,018 + 0,0002428 X1 dengan r2 = 0,767.
3. Nilai ekonomi Taman Wisata Alam Punti Kayu berupa kesediaan berkor-ban, nilai yang dikorbankan, dan sur-plus konsumen per 1.000 penduduk masing-masing adalah Rp 365.932,215, Rp 165.485,907, dan Rp 200.446,218.
B. Saran
1. Perlu pemeliharaan dan peningkatan kualitas sarana prasana yang telah tersedia untuk memberikan kenya-manan bagi pengunjung.
2. Perlu dilakukan upaya peningkatan/ penambahan sarana prasana yang di-perlukan bagi pengunjung serta pe-nambahan atraksi wisata alam untuk meningkatkan jumlah pengunjung.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Kabupaten Ogan Ilir Da-lam Angka. BPS Kabupaten Ogan Ilir.

Anonim. 2006. Kabupaten Ogan Kome-ring Ilir Dalam Angka 2005. BPS Ogan Komering Ilir.

Anonim. 2006. Palembang Dalam Angka 2005/206. BPS Kota Palembang.

Anonim. 2006. Kabupaten Musi Banyu Asin Dalam Angka. BPS Musi Ba-nyu Asin.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan. 2003. Rencana Pengelolaan Taman Wisa-ta Alam Punti Kayu Periode tahun 2004-2028. Kota Palembang Pro-vinsi Sumatera Selatan. Tidak di-publikasikan.

Departemen Kehutanan. 2002. Keputusan Menteri Kehutanan No. 9273 /Kpts-II/2002 tanggal 7 Oktober 2002 ten-tang Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Punti Kayu Kota Pa-lembang.

Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Meng-gunakan Metode Perjalanan Travel Cost Taman Wisata

Hutan di Ta-man Wan Abdul Rachman, Provinsi Lampung. www.Tumoutou.net  /70205123/dijiono.pdf diakses pada tanggal 5 Mei 2007.

Klempener,W.D. 1996. Forest Resources Economics and Finance. McGraw-Hill.Inc.

Lowe, J.F. and D. Lewis. 1980. The Eco-nomic of Environmental Manage-ment. Philip Alan Publishers Limit-ed.

Sukirno, S. 2004. Pengantar Teori Mikro-ekonomi. PT. RajaGrafindo Persa-da. Jakarta.

Suparmoko. 2005. Neraca Sumberdaya Alam. BPFE. Yogyakarta.


Undang-Undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. www.dephut.go.id. /INFORMASI/UNDANG2/uu/5_90 .htm. diakses pada tanggal 5 Mei 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);